Kayvi terus berlari memutari lapangan basket dengan bola yang terus dipantulkan mengikuti gerakannya. Seakan tak menghiraukan Timothy untuk berhenti bermain. Kayvi sedang marah sekarang.
Pada dirinya sendiri.
"Lo tau yang dipikiran gue siapa pelakunya?"
"Kayvi?"
"Lebih tepatnya Fans Kayvi"
Percakapan itu terus saja terngiang di telinganya. Jika saja Kayvi tidak menguping pembicaraan Stavy dan Irene tadi, mungkin ia tak akan semarah ini sampai tidak peduli dengan tenaganya yang terus berkurang.
Kayvi sudah mandi keringat sekarang, tepi rambutnya sangat berkeringat tetapi tak mampu membuatnya berhenti. Timothy sendiri sudah lelah menyuruh agar berhenti jadi laki-laki itu membiarkan Kayvi terus bermain.
Stavy melirik Timothy yang sudah sibuk dengan gamenya. "Timo, suruh Kayvi untuk berhenti. Dia pasti udah capek banget."
"Biarin aja, Sayang, nanti juga dia berhenti sendiri."
"Tap—"
"Aku haus, mau minum." dengan wajah manjanya, Timothy meminta minum.
Stavy menghela napas dan membuka botol air mineral.
"BERHENTI NGAMBIL FOTO GUE, SIALAN!!"
Teriakan itu sangat menggelegar memenuhi lapangan basket sekarang. Timothy sampai terkejut dan hampir saja ingin menyemburkan air pada wajah Stavy. Iaenoleh ke samping menatap Kayvi yang berteriak kesal di tengah lapangan.
"Jangan ambil foto gue lagi!" teriak Kayvi lagi semakin murka menatap tribun penonton yang dipenuhi oleh para fansnya.
Like always.
Semua orang menatap Kayvi dengan wajah terkejut dan tak percaya. Ini pertama kalinya mereka melihat Kayvi marah sampai mengumpat dengan keras.
"Jangan idolain gue lagi, gue gak butuh kalian!" Kayvi menatap fansnya dengan garang. "Gue bilang berhenti, brengsek!"
Kayvi menatap salah satu perempuan yang mengarahkan kamera ke arahnya. Dengan kesal ia meraih bola basket dan melemparkannya pada gadis itu. Lantas saja semua orang menghindari dan ketakutan melihat sikapnya. "Gue senang bisa jadi idola kalian, gue senang lihat kalian semangatin gue. Gue senang kalian nonton gue setiap pertandingan. Tapi satu hal yang gue kecewain dari kalian semua ... kalian menjijikan!"
Kayvi bendecih membuang air liurnya dengan kasar. "Lo semua tau kan, cewek yang pernah duduk di sana?"
Kayvi menunjuk tempat duduk yang tak jauh dari tempat Timothy.
"Namanya Keysa ... dan dia gebetan gue. Dia lebih berharga dari kalian semua, dia lebih berharga dari teriakan dan semangat yang kalian kasih sama gue."Kayvi berjalan mendekati tribun penonton dan mengambil bola yang ia lempar tadi. "Silahkan rekam pengakuan gue sekarang ... Gue, Kayvi Abasta gak bakal tinggal diam buat siapa aja yang berani ganggu orang yang gue sayang. Terutama Keysa, jadi, kalau kalian semua mau selamat. Jangan pernah gangguin Keysa."
Kayvi berbicara dengan suara rendahnya yang malah terdengar mengerikan. Sebagian ada yang mengangguk ketakutan dan sebagian hanya diam kemudian pergi meninggalkan lapangan.
Sekali lagi Kayvi membuang air liurnya dan berjalan ke tempat duduk di samping Timothy. Mendudukkan bokongnya dengan helaan napas panjang. Kayvi menjulurkan tangannya, seakan mengerti Timothy memberikan botol minumannya yang langsung ditenggak hingga habis. Timothy masih menatapnya dengan wajah tak percaya.
"Irene udah diparkiran. Buruan bersih-bersih, kita ke rumah Keysa sekarang," ucap Stavy memasukkan baju Timothy ke dalam tas kekasihnya itu.
Kayvi juga dengan sigap membereskan barang-barangnya dengan tergesa-gesa. Berjalan mendahului Timothy dan Stavy yang menatap bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon; Take Me Wherever You Go✔️
Fanfiction"Senja bisa buat orang nyaman dan tenang. Senja adalah penghilang rasa lelah. Senja ada warna paling indah. Senja adalah bahagia." "Kamu suka baca novel juga?" "Belajar aja aku malas." "Kok pintar bikin puisi?" "Seseorang pernah mengatakannya." "Who...