Izin Irene.

2.2K 225 12
                                    

Keysa berjalan turun dari kamarnya menuju lantai bawah. Dengan seragam yang sudah lengkap dan rapi serta tas dan sepatu yang ia tenteng. "Pagi, Ma," sapanya duduk dimeja makan dengan Kina yang sedang menyiapkan makanan.

Kina tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Kok gak siap-siap?"

"Emang mau ke mana?"

"Loh, mama gak ke kantor?"

"Engga, mama berhenti kerja."

"Kenapa? Terus yang jadi sekretaris papa siapa dong?"

"Udah ada penggantinya, Sayang."

Keysa mengangguk paham.

"Adek mana?"

"Pagi Kak, nyari adek ya?" Anetta tiba-tiba muncul dan berlari naik ke atas kursi, dengan senyum lebar ia mendekatkan wajahnya pada Keysa untuk mencium sekilas bibir gadis itu.

Keysa ikut tersenyum dan mengacak pelan rambut Anetta. Adiknya itu sangat mandiri, baru kelas satu sudah pandai mengurus segala keperluannya sendiri. Dari samping, terlihat Yuno berjalan keluar dan duduk didepan Keysa. Keysa hanya diam bergerak mengambil makanannya.

Anggap saja ia masih kesal dengan kejadian semalam.

"Ini untuk adek." Keysa meletakkannya di atas meja didepan Anetta yang tersenyum senang meraih sendok. Ia kembali menyendokkan untuknya.

Setelah berdoa, keadaan tampak tenang sampai Yuno berdehem pelan membuat jantung Keysa berdegup kencang.

"Nanti papa mau ke sekolah Kakak"

Keysa mendongak menatap Yuno dengan protes. "Gak usah, kakak udah gapapa. Lagian mereka juga udah minta maaf"

"Bagi papa, maaf bukan penyelesaian terbaik, tapi pembalasan."

Keysa meletakkan sendoknya dengan sedikit kuat membuat Anetta terkejut, begitu juga dengan Kina. "Kakak udah bilang gak usah. Ini masalah kakak, kakak bisa sendiri nyelesainnya. Kakak bukan anak kecil lagi."

"Kamu tetap anak kecil."

Keysa mendengus kesal dan beranjak dari duduknya sambil membawa tas dan juga sepatunya.

"Kak, mau ke mana? Ini makanannya belum habis."

"Kakak berangkat naik sepeda."

"Jangan nekat. Kamu pikir ini desa kamu bisa bermain sepeda sesukamu?"

Keysa tidak peduli dan berjalan keluar dari rumah. Duduk sebentar di teras sambil memakai sepatunya setelahnya ia berjalan menuju garasi mengeluarkan sepedanya dan pergi.

***

Kayvi memasuki kawasan sekolah dengan wajah datarnya. Wajahnya masih sedikit membengkak, namun ia sudah mengobatinya sesuai instruksi sang mama. Timothy juga kemarin membantunya hanya saja sahabatnya itu tidak menginap di apartemennya karena harus menjemput Stavy dari rumah Keysa.

Memasukkan tangannya ke dalam saku hoodie berwarna abu-abu miliknya dan berjalan menyusuri koridor yang masih lumayan sepi. Well, saat ini Kayvi tidak ingin diganggu oleh fansnya yang akan menyerbunya, jadilah ia berangkat pagi-pagi sekali.

Mengenai basketnya, ia tidak tahu kelanjutannya. Ia tak berniat bertanya, Timothy juga tak berniat memberitahu. Dan Kayvi tak peduli tentang itu. Jika memang kalah, ya terserah saja.

Toh, Kayvi tidak terlalu rugi.

Memasuki kelasnya yang hanya berisi lima orang. Kayvi meletakkan tasnya di atas meja dan duduk di bangkunya sembari memasang earphone di telinganya dan menyalakan musik.

Halcyon; Take Me Wherever You Go✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang