"Keysa."
Suara teriakan itu lagi.
Keysa mendengus kesal mendengar teriakan namanya lagi. Matanya tidak pernah lepas memperhatikan setiap gerakan lihai Kayvi yang berlari membawa bola besar berwarna orange itu dan dengan senyum yang dipaksakan diwajahnya.
Kayvi, laki-laki itu terus berteriak memanggil namanya jika sudah mendapatkan kesempatan memasukkan bola padahal Keysa bisa melihat dengan jelas.
Tentu saja, di seberang tepatnya tribun penonton lapangan basket sekolah mereka sudah banyak fans Kayvi untuk menonton bermain basket. Selalu seperti ini, jika Kayvi berlatih maupun bertanding, penonton yang dominan para perempuan itu yang akan selalu memenuhi kursi tribun.
Teriakan Kayvi memanggil nama Keysa tentu saja membuat fans Kayvi menatap Keysa yang sedang duduk di pinggir lapangan—tempat para pemain duduk beristirahat. Keysa yang memang sudah terkenal semakin mudah dikenal. Gadis itu duduk di tempatnya dengan risih karena tatapan tajam yang mengintimidasinya.
Lihat tatapan iri dan tajam para manusia itu kepada Keysa, seperti ingin memakannya saja. Di samping Keysa memang ada Stavy, tetapi tapi sahabatnya itu sibuk dengan ponsel. Hanya ia yang merasakan bagaimana tersiksanya mendapatkan tatapan tajam itu.
Prrriiiitttt
Peluit berbunyi, menandakan latihan telah selesai. Kayvi melompat senang dan memasukkan bola ke dalam ring untuk terakhir kalinya. Bajunya sudah basah karena keringat, begitu juga dengan rambut dan tubuhnya menambahkan kesan seksi dan maskulin. Ia mengangkat tangannya bertos ria dengan anggota yang sudah ditentukan untuk ikut bertanding.
Kayvi, Timothy, Satria, Wandy, Sandi.
Kelima laki-laki yang akan bermain memperebutkan harga diri.
Kayvi meraih bola yang tergeletak di atas lantai dan memeluk di samping pinggangnya. Tersenyum lebar melihat Keysa yang menampilkan wajah datar—ekspresi andalah seorang Keysa.
Ya, Kayvi sangat tahu alasan dibalik ekspresi itu. Tentu saja karena ia terus memanggil nama gadis yang telah beraninya merebut hati Kayvi namun sayangnya sampai sekarang belum terbalaskan.
"Kayvi!!"
Kayvi semakin tersenyum melihat tribun penonton heboh karena para fansnya mulai berdiri berteriak mengambil fotonya. Kayvi melambaikan tangannya dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.
Teriakan itu seketika memenuhi lapangan basket. Para fans Kayvi bahkan sudah berlari memasuki lapangan dan berebut memberikan air mineral serta handuk kepada. Kayvi bahkan sampai kewalahan menghadapi para fansnya.
Mengambil sebotol air mineral, Kayvi menenggak setengah dan melemparnya kepada Wandy yang segera menangkapnya dengan mulus. Ia pasrah sedikit membungkuk, membiarkan para fansnya melap keringatnya bahkan sampai memeluk dan mencubit pipinya dengan gemas.
"Gue boleh minta foto gak?"
Kayvi langsung mengangguk tanpa berpikir. Tangan kekarnya merangkul seorang perempuan cantik dan membawa perempuan itu mendekat padanya. Perempuan itu bahkan sampai berteriak melihat perlakuan ramah Kayvi. Bukan ramah lagi melainkan terkesan romantis. Kayvi sedikit menurunkan tinggi badannya menyesuaikannya dengan perempuan itu, tersenyum ke arah ponsel yang dengan cepat mengambil fotonya.
Di seberang.
Keysa semakin kesal saja melihat Kayvi yang dikelilingi perempuan. Tentu saja, siapa yang tidak akan mengagumi sosok ramah seorang Kayvi, sikap terbuka dan sangat baik kepada orang lain. Keysa harus mengakui jika sifatnya sangat bertolak belakang dengan Kayvi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon; Take Me Wherever You Go✔️
Fiksi Penggemar"Senja bisa buat orang nyaman dan tenang. Senja adalah penghilang rasa lelah. Senja ada warna paling indah. Senja adalah bahagia." "Kamu suka baca novel juga?" "Belajar aja aku malas." "Kok pintar bikin puisi?" "Seseorang pernah mengatakannya." "Who...