18. Sepasang Merpati

142 99 31
                                    

HAPPY READING.....

Bel istirahat berakhir.
Lizzy, Hans dan Zehra memutuskan untuk pergi menuju kelas.

Lizzy tak menyangka bahwa dia akan menemukan teman baru secepat ini.

"Haaiii everybody...."
Hans mendada tangannya dan masuk ke kelas dengan percaya dirinya yang terus saja meningkat.
Ia berjalan bak model terkenal versi negerinya.

Membuat Lizzy sedikit ternganga dengan tingkahnya. Tapi seisi kelas sudah terbiasa.
Tiba-tiba....

Brhukkkhhh....

"Awwwwww....!!!!"
Hans meringis kesakitan. Ia tak memperhatikan jalan sehingga membuatnya menabrak keras sudut runcing ujung meja.

Ya, semua sudah bisa menebak. Ujung meja sudah pasti mengenai area tengah paha atasnya.

Sebagian temannya tertawa, dan sebagiannya lagi merasa ngilu dengan atraksi Hans barusan. Terutama laki-laki.

"Sssshhhhhh...."
"Dasar meja gila !!" Upatnya pada benda mati tak bersalah itu.

Lizzy terkekeh, sedangkan Zehra menjitak kepalanya dari belakang.

"Dasar bodoh !! Kau yang salah, malah menyalahkan meja"
"Sudah... Bukannya membela malah memarahiku" gerutu Hans berjalan kekursinya setengah pincang akibat ngilu itu.

"Jadi apa yang harus kukatakan, Heyyy meja !! Kau harus meminta maaf padanya !!
Begitu ?? Kau pikir aku gila"
Upat Zehra menyela perkataan Hans.

"Sudah sudah, jangan bertengkar"
Lizzy mencoba untuk membujuk kedua temannya itu.

Dosen memasuki kelas. Dan mengajarkan materi hari ini.
Tak disangka, Lizzy murid yang sangat cerdas. Sekarang, mereka bertiga adalah mafia kelas itu.

Bukannya mendengarkan penjelasan dosennya, justru Hans malah asyik membuat pesawat kertas dan melepas landaskannya kearah wajah Zehra.

"Hanss...!!"
"Jangan menggangguku !!"
Celoteh Zehra kesal.

"Siapa yang mengganggu mu"
Elak Hans mengalihkan pandangannya kearah papan tulis.

"Sekali lagi kau menggangguku....
Akan ku buat kau tak bisa tidur malam ini"
Ancam Zehra menendang lutut Hans.

"Aww..."
Hans meringis dan mengelus-elus lututnya.
"Owhh... Oke nonaa"

****

"Haii nona Ahmed"
Lagi lagi Aslan muncul dari balik pohon dan mengejutkan Zehra.

"Astaga Aslan !!"
Zehra yang tak terima langsung menjambak rambut pria itu.

"Tak disekolah, tak disini, kalian slalu saja membuatku kesal !!"
Gerutu Zehra mengacak rambutnya geram.

"Okey okeyy Nona"
"Aslan"
"Evet" (ya)

"Aku ingin esok kau datang kerumah ku, Ayahku mengadakan pesta ulang tahunnya sekaligus merayakan hari jadi perusahannya"

"Dan aku ingin, guru menyanyiku hadir"
Sambung Zehra  menoleh kearah Aslan.

"Okey, aku akan datang"

"Apa kau tau ?? Ibu meninggalkan ku dan ayah dengan pria lain saat aku berusia 5 tahun. Sejak itu ayah memenuhi kewajibannya sebagai orang tua"

"Ya... Menjadi ayah sekaligus ibuku. Tentu tak mudah, karena ayah juga harus mengurus pekerjaannya. Saat itu ayah benar-benar terpuruk. Ibu mengambil alih perusahaan, karena perusahaan itu adalah warisan keluarganya"

TIRAI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang