22. Hati Batu

153 101 27
                                    

HAPPY READING...

"Kau sendiri yang menginginkan aku menjadi seorang penjahat Zehra, baiklah... Sekarang akulah penjahatnya !!"

"Kau telah berani melawanku Zehra" Lirih Lizzy dengan tawa iblisnya.

••••

Hari ini adalah jadwal joging kelas farmasi.
Tentu saja, Zehra membawa perlengkapan joging hari ini. Botol air, sepatu sport, topi, smile handuk, dan headset.
Headset ??
Ya, seperti biasanya. Zehra joging sambil mendengar musik.

Kebetulan jadwal hari ini sedikit lebih lama dari biasanya, karena ditambah sampai waktu makan siang. Bahkan setelah joging seluruh mahasiswa diintruksikan untuk pulang lebih awal.

Mungkin karena seluruh dosen sibuk  berkaitan dengan sidang mahasiswa yang tak lama lagi akan tiba.

Tak ada satu orang pun dikelas kecuali Lizzy. Semua orang sedang mengganti pakaian dikamar mandi. Lizzy menutup pintu kelas, entah apa yang ingin ia lakukan.

Dengan langkah yang teratur dan rapi, Lizzy mengambil sepasang sepatu sport milik Zehra dari dalam loker.

Cklekk....
Pintu kelas terbuka. Dengan sigap Lizzy meletakkan sepatu Zehra dan menutup lokernya kembali.

Tak ada yang menaruh curiga padanya. Seperti yang orang-orang lihat, Lizzy adalah gadis cantik, lugu dan pintar. Semua orang bersikap seperti biasa tanpa menyadari ada hal ganjal yang telah merubah sikap gadis itu.

Semua mahasiswa memutuskan kembali ke kelas untuk mengambil botol minum dan perlengkapan lainnya.

Begitu pula dengan Zehra. Ia memakai sepatu sportnya dan berjalan kearah Lizzy yang terus saja terdiam.

"Lizzy, aku keluar duluan ya" lirih Zehra dengan senyum polosnya yang khas.
Lizzy hanya mengangguk.

"Sial !! Aku hampir saja ketahuan !!"
Dercaknya kesal dalam hati.

Tak ada gunanya dia sendirian didalam kelas. Merasa bosan, mau tak mau dia pun ikut terjun kelapangan dan joging disana.
Sebelum pergi, ia memasukkan sesuatu kedalam sakunya.

Bukan uang atau pun ponsel. Melainkan selembar lipatan tissue. Sepertinya ada sesuatu didalam lipatan itu. Tapi entahlah, tak ada yang dapat menebaknya sekali pun dilihat dari dekat.

Tak terasa  sudah empat jam jadwal joging berlangsung. Seperti yang telah diintruksikan, hari ini akan pulang lebih awal bahkan jam pulang akan tiba beberapa menit lagi.

Merasa lelah, Zehra dan Hans memutuskan untuk berteduh dibawah sebuah pohon rindang. Daun yang lebat dan ranting yang bersahutan, menambah kesan estetis ketika angin meniupnya perlahan.

Zehra melepas sepatunya agar kakinya sedikit lebih sejuk. Ia meletakkan sepatunya dibelakang pohon tempat ia berteduh.

Lizzy yang melihat hal itu, langsung meneliti sekeliling dan bergerak cepat mendekati sepatu itu.
Semua orang masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Tak menutup kemungkinan jika rencana Lizzy kali ini akan berhasil.

Entah niat jahat apa yang ada dipikirannya.
Perlahan ia mengeluarkan tissue itu dari sakunya dan memisahkannya dari benda yang ada didalamnya.

Kemudian, dengan teliti dan hati-hati, ia memasukkan benda itu kedalamnya dan meletakkan sepatunya  pada posisi awal.

Ia sama sekali tak peduli dengan hubungan persahabatan mereka. Seakan sirna begitu saja. Lenyap dibakar amarah, dan luntur diguyur dendam.

Waktu pulang tiba. Hans dan Zehra memutuskan untuk pulang.
Dengan senyum palsunya Lizzy bersandiwara untuk menghampiri mereka dan ingin melihat langsung bagaimana reaksi Zehra setelah ini.

TIRAI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang