33. Liontin perak

66 43 44
                                    


HAPPY READING...

"Ayah" teriak Zehra antusias.

"Zehra besok ayah akan tiba di London" ucap Abizard dari seberang telepon.

"Benar kah ayah ??!" tanya Zehra memastikan.

"Apa ayah pernah berbohong padamu ??" Keduanya tertawa renyah.

Hans yang melihat hal itu, mengangkat sebagai alisnya isyarat bertanya apa yang terjadi.

"Oke ayah, aku ingin kau segera tiba... Aku merindukanmu"

"Ayah juga sayang..."
Zehra menutup telepon kemudian langsung berlari memegang kedua tangan Hans dan meloncat-loncat kegirangan.

"Zehra, kau sehat kan ??" Hans menempelkan punggung tangannya tepat di dahi Zehra. Seperti memeriksa orang yang sedang demam.

"Besok ayahku akan pulaaaaaaaanggg !! Yeeeeaayyy"

Teriakan itu membuat telinga Hans hampir lepas. Ia tau betapa bahagianya Zehra.
Melihat Zehra seperti ini saja, rasanya sudah cukup bagi Hans.

Sesekali ia tersenyum samar melihat Zehra kegirangan seperti anak kecil. Itu sangat imut baginya.

"Eh eh... Kau mau kemana ??" Hans melihat Zehra memakai jubah dingin dan syalnya, kemudian berjalan menuju pintu luar.

"Besok ayahku pulang, aku ingin beli hadiah !! Dan... Aku juga ingin masak makanan untuknya, mau ikut ?!" tawar Zehra pada Hans yang berdiri didepannya.

Hans menganggukkan kepala sebagai jawabannya.

••••

Lizzy berlari ke kamarnya sambil menangis. Rasa penyesalan itu terus menjalar didalam hatinya. Kantung matanya terlihat sangat jelas. Tatapannya legam dan sayu.
Apa yang telah ia lakukan.

"Kau bodoh Lizzy !!" rentetan cacian itu ia lontarkan untuk dirinya sendiri. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Lizzy duduk termenung merangkul lututnya. Tak ada yang bisa ia lakukan sekarang untuk kembali mendapatkan kepercayaan Zehra dan Hans. Lizzy memutuskan untuk pergi, ia tak berani menampakkan wajahnya disini lagi.

Lizzy mengambil sebuah koper cokelat dan mengemas pakaiannya kedalam koper itu. Ia hanya membawa beberapa baju saja. Tak hanya itu, ia juga membawa berkas-berkas kuliahnya selama di London.

Dan satu lagi, ia membawa foto kenangannya bersama Hans dan Zehra. Setidaknya, ia tetap membawa sahabatnya pergi walau hanya sebingkai foto saja, itu sudah cukup.

Bahkan ia tak tau apa dia akan kembali atau tidak.
Melihat Lizzy berjalan dengan menuntun koper, lantas Albert mengalihkan pandangannya dan menghampiri sang anak.

Ekspresi heran sangat jelas terlihat di wajah Albert.

"Where are you go Lizzy ??"
(Kau mau kemana Lizzy) Albert meneliti barang yang dibawa Lizzy.

"Ayah, aku akan ke Jerman" ucap Lizzy menuang segelas air putih kedalam sebuah botol.

"Why ?? What happened ??"
(Kenapa ?? Apa yang terjadi ??)

deretan pertanyaan terlontar dalam detik yang sama. Albert masih tak percaya, kenapa tiba-tiba anaknya memutuskan untuk pergi ??

"Ayah selalu bilang, aku harus mandiri... Dan sekarang aku memutuskan untuk pergi ke Jerman agar Akau bisa lebih mandiri disana, aku tak ingin menyusahkan ayah"

"Lagi pula Lizzy sudah besar, Lizzy bisa jaga diri. Di Jerman terdapat beberapa rumah sakit yang membutuhkan dokter bedah, ayah.
Ini peluang Lizzy untuk berhasil dan membanggakan ayah"
Jelas Lizzy panjang lebar dan sesuai dengan tujuan awalnya.

TIRAI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang