23. Dendam

143 82 45
                                    


HAPPY READING...

"Selama ini Zehra tak pernah memiliki masalah apapun dengan orang-orang disana, lalu siapa yang melakukannya ??"
Gumam Hans menerka-nerka sipelaku.

"Hans... Hello.... Heyy !!" Zehra melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Hans.

Seketika lamunan Hans membuyar. Hans mencoba untuk tetap tenang seakan tak memikirkan apapun.
Ia mencoba untuk tetap bersikap seperti biasa.

"Zehra, sekarang sudah setengah tujuh, boleh aku pulang ??"

"Hmm ya..."
Hans beranjak dari tempat ia duduknya. Mengingat matahari perlahan mengundurkan diri dari atas sana.

"Hans" Lirih Zehra memanggil.
"Ya ??"

"Terimakasih"
"Santai saja... Aku kan sahabatmu"
Hans pergi meninggalkan rumah Zehra.
Tak berapa lama kemudia, Abizard tiba dirumah. Ada banyak berkas perusahaan yang ia bawa.

Langkahnya terhenti ketika berjalan melewati kamar Zehra. Abizard masuk tanpa memberitahu.

Tanpa pikir panjang, ia langsung menyentuh kaki putrinya yang berbalut perban. Ada rasa khawatir sekaligus heran.

"Bagaimana kakimu bisa terluka Zehra ??"
Lirihnya dengan nada cemas.

"Tidak apa-apa ayah, tadi ada pecahan kaca disepatuku, mungkin saat joging tadi aku terlalu bersemangat sehingga pecahan kaca itu tak sengaja masuk kedalam sepatuku"

Zehra berusaha membuat alasan agar ayahnya tak terlalu mengkhawatirkan nya.

"Lagi pula lukanya pasti akan membaik besok, Hans sudah mengobatiku tadi" lirihnya mencoba meyakinkan.

"Aku sudah yakin itu Zehra, sejak dulu Hans lah yang selalu berusaha melindungi mu" Abizard tersenyum.

Ia paham betul Hans sangat menyayangi Zehra begitupun sebaliknya. Namun keduanya tak pernah mengungkap kan.

••••

Disisi lain, Lizzy berjalan mondar-mandir di balkon kamarnya. Sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.

Keningnya mengerut, seperdetik kemudian, senyum licik terpajang diwajahnya.

Entah apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Tak ada yang tahu hal itu.
Ia berpikir rencananya akan berjalan mulus jika ia tetap bersandiwara dan bertingkah seperti biasa.

Tok... Tok... Tok...
Seseorang mengetuk pintu kamar dari luar.
Entah siapa yang datang.
Cklekk...
Perlahan Lizzy membuka pintu untuk memastikan siapa yang datang.

"Ayah..."

"Seminggu lagi adalah sidang skripsimu, dan dua hari setelah itu kau akan wisuda.
Ayah ingin namamu termasuk kedalam daftar mahasiswa terbaik negeri ini"

Ujarnya meletakkan beberapa buku keatas meja belajar anaknya.

"Baik ayah" Sikap Lizzy sangat berbeda dari sebelumnya. Tentu saja, karena watak iblisnya hanya tertuju pada Zehra.

Saat ayahnya pergi ia segera menutup rapat pintu kamar dan mengambil ponselnya dari balik bantal.
Jari tangannya yang lentik seakan menari dipermukaan layar ponsel itu.

"Apa yang kau inginkan ??" Ucap seseorang dari seberang telepon.

"Aku ingin kau melenyapkan seseorang"
Lirihnya dengan alis terangkat sebelah.

"What do you mean ??"
(Apa maksudmu ??)

"Ck. Aku bukan budakmu yang bisa kau atur sesukamu !!"

"Ikuti saja perintah ku !! Aku akan transfer berapapun yang kau mau"
Nada suara Lizzy meninggi saat orang itu mulai menentangnya. Namun ia masih menyesuaikan emosionalnya agar tak seorang pun tau.

"Baiklah, kapan aku harus memulai aksiku ??!"

"Tepat dihari wisuda universitas Westminster, nanti akan aku kirimkan foto mangsamu"

"Baiklah"

Lizzy menutup telepon. Tawa iblis kembali menggema didalam kamarnya.

****

Aslan berbaring diatas kasurnya. Menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah. Entah mengapa ia sangat merindukan Zehra. Terakhir kali mereka bertemu saat pesta ulang tahun ayahnya.

Tapi ia tak ingin mengganggu Zehra kali ini. Apalagi dalam waktu dekat ia akan menghadapi sidang kelulusannya. Untuk sementara ia tak akan menemui Zehra.

Ponselnya berdering. Merasa terusik, ia tak mengangkat telepon dari orang itu. Tak berapa lama, ponselnya kembali berdering.
Ia menghela napas, matanya membelalak ketika ponsel itu dari Zehra.

Tanpa pikir panjang ia langsung mengangkatnya. Perasaannya sangat senang. Walaupun tak bertemu setidaknya ia dapat mendengar suara itu lagi.

"Aslan"
"Ya ??"

"Aku ingin  dihari aku wisuda kau datang, itupun jika kau tak keberatan"

Aslan senang bukan main. Ia meloncat-loncat tak karuan. Bahkan berjoget-joget seperti orang gila.
Setelah beberapa saat ia berdehem, mencoba untuk tetap rileks dan bersikap seperti biasa.

"Aku tak keberatan, bahkan aku sangat senang"

"Baiklah, jangan lupa ya "

"Aku tak akan lupa" ujarnya tersenyum.
Zehra menutup telepon. Percakapan singkat itu membuat Aslan seakan ingin jungkir balik.

"Pucuk dicinta... Ulampun tibaaaa" senangnya bukan main, kini ia menatap foto Zehra di ponselnya.

"Ummmahhhhh" ia mencium foto Zehra. Seperti orang gila, tapi ia tak perduli meskipun ada yang melihatnya. Ia sangat menantikan hari itu tiba, ia akan bertemu dengan Zehra.

Seperdetik kemudian, ia terlelap. Sinar rembulan menyorot kearah wajah tampannya. Persis seperti pangeran didalam dunia dongeng.

Entah lah, banyak kaum hawa yang tergila-gila padanya. Tapi hanya Zehra yang berhasil membuatnya menjadi manusia setengah gila. Atau bahkan sudah gila.

Suara kepakan sayap burung seakan menghiasi malam kala itu. Suara itu sungguh tak asing disana. Beberapa daun berguguran ketika angin meniupnya. Kaca jendela pun haus akan sinar rembulan.

Melahap dan mempersilahkan sinar itu masuk menembus tubuh transparannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melahap dan mempersilahkan sinar itu masuk menembus tubuh transparannya. Tabir tipis pun menari ketika angin sejuk yang dirindukan menyapanya. Sama seperti malam sebelumnya.

Haii....👋👋
Semoga suka ya....
Setelah ini...
Sebentar lagi akan ada satu tokoh yang buat kalian semua kaget😱😫
Klo gak kaget ya kaget" in aja biar seneng akunya🤣🤣
Jangan lupa vote and komen ya...😍
Teşekkür 🙏

rantii.__

TIRAI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang