Hari sudah mulai gelap, rasa semangat memudar bersama dengan matahari yang kian kembali bersembunyi, dan akan di gantikan dengan bulan.
Roseanne baru saja selesai membersihkan tubuh nya dan sekarang akan kembali duduk sambil membaca sebuah buku. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Duduk di kursi dengan sebuah buku di tangan nya.
Tak ada, Anne sama sekali tak melakukan apapun. Bahkan makanan pun selalu datang dengan tepat pada Anne. Ia tak di biarkan melakukan apapun sendiri. Kata mereka "tolong katakan saja jika kau membutuhkan sesuatu Luna, atau Alpha akan marah pada kami"
Anne tau Alpha yang mereka maksud adalah Axton, tapi kenapa dia di panggil Luna? Hanya pertanyaan itu yang sampai saat ini membanjiri pikiran nya.
Anne menoleh, lamunan nya buyar saat seseorang mengetuk pintu kamar nya yang luas.
"Masuk saja, tidak terkunci" ujar Anne sopan.
Seorang pelayan masuk, berdiri di ambang pintu, membungkuk kepada Anne lalu berkata.
"Alpha memanggil anda Luna, ia akan memperkenalkan kan mu dengan seseorang"
Anne menatap pelayan itu lalu mengangguk. Dengan gaun nya yang kini berwarna cokelat ia berdiri dan mengikuti pelayan itu.
Ah ya, masalah pakaian nya. Ia juga sama sekali tak tau kenapa disini hanya ada gaun yang sangat khas. Tak ada kaus, rok, atau semacam nya. Sangat aneh.
Berdiri di atas tangga, dan melihat beberapa orang yang ada di bawah sana, Anne terdiam.
Mereka sangat terlihat.. berkelas.
Sangat berbeda dengan Anne yang hanya tinggal di tempat panti asuhan kecil sejak dulu.Perhatian mereka teralih pada Anne saat seorang pengawal membungkuk sambil berkata "salam Luna"
Anne gelagapan, perasaan gugup menghampiri nya saat mata mereka tepat tertuju pada nya.
"Kemari lah Anne" suara berat Axton menyadarkan Anne. Gadis itu berjalan dengan anggun nya, turun menghampiri kelompok tersebut.
Anne berdiri tepat di samping Axton, gadis itu menunduk memberi hormat dengan sopan nya membuat semua orang mengerutkan dahi menatap nya. Namun semua nya sadar, dapat di simpulkan bahwa gadis itu belum tau status nya di tempat ini.
"Anne, aku akan mengenalkan mu dengan beberapa orang disini"
"Dia Andrew Willson" ucap Axton sambil menunjuk pria tampan dengan rambut cokelat.
Andrew membungkukan tubuh nya. "It's a honor to meet you, Luna" ujarnya.
Anne yang mulai terbiasa dengan panggilan itu membalas membungkuk pada Andrew.
"Dan Jason Derick" ucap sang Alpha lagi, kini menunjuk seorang pria berambut blonde nya.
"Nice to meet you Luna"
"Nice to meet you too tuan Jason"
Axton sontak menoleh pada Anne. "Just call him Jason Anne, just Jason"
Anne menatap Axton, iya mengangguk dan meminta maaf.
"It's oke"
"Dia Blair Alastair, Ma---" Ucapan Axton terhenti, ia menatap Anne yang menatap nya dengan polos.
"Maksud ku, pasangan Andrew"
Anne mengangguk lalu membungkuk, wanita cantik di depan nya tersenyum juga membungkuk.
"Hello Luna, it's a honor to meet you" ucap wanita itu.
Anne mengangguk dan tersenyum. "Anne, ini hanya sebagian kecil, setidaknya kau mengetahui beberapa. Nanti akan ku kenalkan dengan yang lain nya."
Axton berhenti sebentar, ia menatap Anne dan mengelus pipi gadis itu membuat Anne mengerjapkan mata nya.
"Berbincang lah dengan Blair, aku akan menemui mu nanti" ujar pria itu lembut. Seakan terhipnotis, Anne hanya mengangguk sambil menatap mata Axton. Sampai akhirnya pria itu menarik tangan nya dan berlalu dari sana.
Anne memandangi Axton yang pergi bersama Edward dan Jason, meninggalkan Anne dan Blair disana berdua.
"Kau.. begitu cantik Luna"
Anne menoleh saat mendengar perkataan itu keluar dari bibir Blair. Ia tersenyum, "kau juga Blair"
Blair menggeleng "tidak tidak, maksud ku--- kau--- cantik mu tak manusiawi, sungguh"
Anne menunduk malu "terima kasih"
"Your welcome Luna"
Anne menatap Blair. "Kenapa semua orang memanggil ku Luna sama seperti mu, Blair.
Blair sontak terdiam, gelagatnya terlihat gugup. "Luna, aku pikir ini bukan hak ku untuk memberi tahu mu. Kau akan tau nanti"
****
"Jadi kehadiran mu pertama kali nya disini karena sebuah kejadian yang bisa di katakan tidak baik?" Tanya Blair dengan menekankan kata kejadian.Anne tersenyum dan mengangguk. "Dia.. memang tak terlalu baik pada ku sejak aku kecil. Tapi aku tak tau dia akan sampai se jahat itu." Ucapnya dengan nada kecewa.
"Maaf Luna, tapi-- kau tak pernah bertemu orang tua mu?"
Anne menggeleng kecil lalu menunduk. "Dimana pun mereka berada, aku harap mereka tak akan pernah melupakan ku"
Blair tersenyum, ia memangku kan wajah pada tangan nya. Ia menatap Anne "ceritakan sedikit tentang mu Luna"
Anne menatap blair dan tersenyum. "Aku suka melukis, Blair"
Blair membulatkan mata nya "really?!"
Anne mengangguk "aku sempat membawa buku sketsa ku. Ku taruh di dalam tas ku saat aku akan pergi dari panti asuhan. Tapi sekarang aku kehilangan nya"
"Kau tau Luna? di tempat ini ada satu ruangan yang di penuhi oleh lukisan lukisan para ra--" Blair berhenti, hampir kelepasan.
Anne menoleh "para?"
Blair menggeleng "tidak, maksud ku di sini terdapat ruangan khusus lukisan. Tapi, tak semua bisa masuk ke sana"
"Jadi kau tidak pernah kesana?"
"Benar"
"Apakah aku bisa kesana?"
Blair terkekeh, ia tersenyum. "Apa Alpha tahu anda bisa melukis?"
Anne menggeleng sebagai tanda bahwa sang Alpha pasti belum mengetahui hal itu.
"Percayalah jika Ia tahu, Ia pasti akan memberikan ruangan itu untuk mu"
Anne membulatkan mata nya. "Tidak Blair, kau berlebihan."
Blair menggeleng "ingin bertaruh?"
Anne menatap wanita itu. Rasanya ingin, tapi Blair terlihat sangat percaya dengan perkataannya.
"Kenapa?"
Blair kembali tersenyum. "Tanyakan saja nanti pada Alpha"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Predicted Luna
Fantasy"Layak nya anak mu yang mewarisi kedudukan sebagai Alpha dari segala Alpha, begitu pula belahan jiwa nya akan menjadi Luna dari segala Luna, bijak dari segala yang bijak, hebat dari segala yang hebat, dan cantik dari segala yang cantik. Semua kaum i...