TPL XXIX : feud?

17.9K 1.4K 156
                                    

HALOW HALOW HALOW!

SIAPAA YANG UDAH NUNGGUIN TPL?!

SEBELUM BACA, PASTIKAN DULU UDAH TEKAN BINTANG. JUGA JANGAN LUPA KOMEN SERTA FOLLOW!

HAPPY READING TEMAN TEMAN!

****

Hari ini tepat malam setelah ditemukan nya sang Luna. Axton tak membiarkan Anne lepas dari pandangan nya barang semenit pun. Matanya terus mengekori keberadaan Anne.

Dan malam ini, dengan sebuah berkas di tangan nya, Axton duduk bersandar di kasur sedangkan Anne sudah tertidur di samping nya. Mengelus surai wanita itu yang menjadi favorit nya.

Saat sudah merasa cukup, barulah Axton lepaskan berkas nya dan meletakan berkas itu di atas nakas. Pria itu menoleh menatap Anne yang kini sudah tertidur dengan nafas yang teratur.

Axton tersenyum tipis, di elusnya permukaan pipi Anne yang sangat lembut. Di amati nya wajah teramat cantik yang wanita itu miliki.

Puteri Dewi Aphrodite. Siapa yang menyangka Axton akan mendapatkan keistimewaan ini?

Ya, Axton sudah mengetahui segala nya. Anne sudah menceritakan segala hal yang terjadi secara terperinci. Apa yang terjadi, siapa yang Axton temui, hingga mengapa ia bisa kembali.

Axton ingin tak percaya. Tapi kecantikan yang dimiliki wanita itu memang membuktikan nya. Cantik yang berbeda. Cantik yang Axton jamin hanya Anne yang memiliki nya di dunia.

Axton mengerutkan dahi saat perlahan mata Anne terbuka dan menatap nya sayu.

"Maaf Anne, apa aku menganggu tidur mu?" Tanya Axton yang di jawab Anne dengan sebuah gelengan kecil.

Anne tersenyum, "kenapa kau belum tidur, Axton?" Tanya nya dengan suara khas bangun tidur.

Tangan Axton sudah lihai mengelusi pipi Anne. "Hanya belum mengantuk. Kau tidurlah, istirahat dengan baik."

Anne menggeleng. Wanita itu ikut mendudukkan tubuh nya dan bersandar di kepala kasur.

"Aku menjadi tak mengantuk lagi."

Axton membiarkan nya saja. Mungkin dengan begini, mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Berdua, tanpa mendapat gangguan.

"Orang orang berkata jika wanita sedang hamil, wajah nya akan terlihat lebih cerah dan berseri seri. Apa kau melihat nya pada ku, Axton?" Tanya Anne sangat random.

Axton menggeleng, "tidak," ujar nya.

Anne mengerucutkan bibirnya. "Begitu?"

Axton tersenyum, "entah bagaimana membedakan nya. Hamil atau pun tidak, kau tetap perempuan tercantik yang pernah aku lihat."

Pipi Anne bersemu merah, "kau berbohong," ujarnya.

"I'm not!" Ujar Axton membela dirinya.

Anne tertawa. Membuat Axton seakan terbius dengan tawa wanita itu yang begitu merdu bak lulaby.

"Jika saja aku bukan belahan jiwa mu, apa kau juga akan mengatakan hal yang sama?" Tanya Anne.

"Sayangnya kau belahan jiwa ku."

"Aku berkata jika"

"Aku tak suka berandai."

"Dasar kau!"

Axton terkekeh. Di cubitnya pipi Anne dengan gemas.

"Jika saja aku tak bertemu dengan mu. Mungkin saja kini aku sudah berkuliah, atau... langsung bekerja. Dan ya, tentu saja, memiliki kekasih."

The Predicted LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang