🍁 Garbera - Tigabelas 🍁

130 15 0
                                    

Kamu tahu? Aku menjadi tidak berguna saat kamu menghilang. Kembali pada sisi ku yang gelap, hingga baik kamupun akan enggan mendekat

_____________________________________________

" Huft "

Entah ini sudah yang keberapa kalinya Aldo menghela napas. Suasaa ruang tengah tampak sangat sunyi, ditambah tatapan tajam Lion padanya. Kalau saja dia tidak salah disini, sudah dipastikan sebuah tonjokan maut mendarat dirahang tegas milik Lion. Tapi karena disini dialah yang bersalah, Aldo hanya bisa bertingkat seperti kucing yang terdiam ditatap tajam oleh majikannya.

" Gue gak yakin kalian berdua hanya sekedar ciuman. The man who relied on was his lust "

" Karena itu, gue hampir kelepasan "

" Awalnya ciuman, but then more than that "

" Memang sudah lebih dari seledar kiss "

" Kalau aja gue gak datang tepat waktu, it's certain you will do ... ah sial, nyebut itu aja gue gak bisa "

" Beruntungnya lo datang tepat waktu, ngebayangin gue melakukan itu sama Lisa saja gak sanggup "

Liana menatap kedua lelaki yang saling berhadapan. Lion yang tengah mencak-mencak pun penuh dengan aura kemarahan, berbanding terbalik dengan Aldo yang penuh dengan aura bersalah. Suasana diruang tengah ini sudah tidak sehat.

" Lisa kemana? Kenapa belum turun? " Bersyukurlah pertanyaan Liana mampu menarik perhatian kedua lelaki itu.

Lion dan Aldo sontak melihat ke lantai 2, tanpa berpikir pun Lion langsung menaiki tangga menuju lantai 2 setelah dia memberikan tatapan yang berkata " lo tunggu disini, kalau gak lo bakalan habis sama gue " Yang membuat Aldo menciut.

Liana bernapas lega, begitu pula dengan Aldo. Macan jantan itu sudah jauh dari mereka. Liana memastikan Lion sudah cukup jauh, hingga tidak akan mendengar pembicaraan serius antara dirinya dan Aldo.

" Lo bisa jujur sama gue. Lion mungkin bisa lo tipu, tapi beda urusannya kalau sama gue " Liana melipat kedua tangannya didepan dada, suaranya begitu tegas dan berwibawa.

Baru saja Aldo ingin berdiri untuk mengambil air minum untuk menyegarkan tenggorokannya yang tandus, perkataan Liana membuatnya harus kembali duduk. Tapi berbeda dengan Lion, yang menatap mata kakak dari Lisa itu saja dia tidak berani. Sedangkan sama Liana, dia langsung menatap tegas Liana. Berbohong sama wanita dihadapannya ini, sama saja dengan menggali kuburannya sendiri.

Liana akan terus memojokkan lawan bicaranya, sampai lawan bicaranya itu berkata jujur sesuai dengan yang dia inginkan.

" It's true. We not only kissed, but more than that. Tapi bersyukurnya gue, Lion datang tepat waktu. Buat gue sadar sama apa yang sudah gue lakukan. Sahabat lo masih utuh, Liana. Tanpa kekurangan apapun "

Liana menganggukkan kepalanya, dia sudah tahu apa yang terjadi antara Aldo dan Lisa didalam kamar tamu itu. Ayolah dia tidak bodoh, tidak seperti Lion. Tatapan jelinya itu mampu melihat bercak merah yang ada dileher Lisa, walaupun sahabatnya itu berusaha menyembunyikannya dengan menggerai rambutnya. Tapi disini dia juga bersyukur, Aldo mampu menahan nafsunya, walaupun harus dengan kehadiran Lion yang tepat waktu.

" LISA GAK ADA DI LANTAI 2 " Teriak nyaring Lion.

Aldo dan Lisa langsung menoleh dan melihat Lion yang tengah cemas itu. Tanpa berpikir apapun, Aldo langsung berlari menaiki tangga dan disusul Liana dibelakangnya.

GARBERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang