Satu putaran terasa melelahkan sepuluh kali lipat bagi Taehyung. Dadanya sejak tadi berdenyut kencang, napasnya yang terdengar memberat.
Tapi sedikitpun, Taehyung tidak ingin menghentikan ataupun memperlambat larinya. Senyum lebar tercetak di bibirnya.
'Aku bahagia bisa berlari seperti ini di waktuku yang tidak lama lagi, terima kasih Jungkook karena sudah memberikan hadiah terindah sebelum aku menutup mata.'
Bruk!
"Kook Taehyung pingsan!" Pekik Jimin khawatir.
"Dia tidak pingsan, hanya pura-pura," jawab Jungkook tidak peduli.
"Kau gila! Aku tahu kau membencinya tapi disaat keadaan seperti ini kau masih saja meninggikan egomu!"
Jimin berlari mendekati tubuh Taehyung, menggendongnya menuju uks. Dia tidak peduli jika Jungkook akan marah dan tidak mau lagi berteman dengannya.
Sekarang Jimin menyesal karena ikut membenci Taehyung soulmatenya. Padahal sebelum mengenal Jungkook, dia sudah lebih dulu mengenal Taehyung, dan bagaimana bisa Jimin lebih mempercayai orang baru?
Jimin memperhatikan Dokter penjaga di uks itu memberikan oksigen, dia juga dapat melihat dada Taehyung yang naik turun tidak teratur.
"Keadaannya tidak memungkinkan, kita harus membawanya ke rumah sakit," ucap dokter tersebut kemudian mendial nomor rumah sakit untuk meminta ambulance datang.
"Dok, dia tidak apa-apa kan?" Meski Jimin tahu jawabannya, tapi batinnya menolak.
"Tidak Jimin, Taehyung perlu penanganan yang serius, sebenarnya apa yang terjadi sampai dia seperti ini?"
"Dia hanya berlari dua putaran di lapangan Dok."
Dokter itu menghela napas kasar. "Saya tidak yakin, tapi sepertinya Taehyung mempunyai penyakit yang cukup serius."
"Dia memiliki asma Dok," sahut Jimin.
Dokter itu menatap sangsi namun dia hanya diam.
Beberapa saat kemudian ambulance yang ditunggu pun datang, Jimin bertugas menggendong Taehyung ke dalam ambulance tersebut sebelum para tim medis melakukannya.
"Dok, saya ikut," ucap Jimin.
"Baiklah."
Jimin menatap lamat tubuh Taehyung yang entah kenapa terlihat semakin kurus.
Setelah sampai di rumah sakit, Taehyung di letakkan di atas bankar kemudian di dorong ke UGD, Jimin mengikuti dari belakang.
Jimin duduk bersandar pada tembok, menatap khawatir pada pintu yang tertutup.
"Jimin!"
Baekhyun dan Chanyeol mendekat dengan Baekhyun yang sudah banjir air mata.
"Jimin, bagaimana keadaan Taehyung? Dia baik-baik saja kan?"
"Jimin tidak tahu Ma."
Chanyeol memeluk Baekhyun yang terisak semakin kencang. "Tenang sayang, Taehyung akan baik-baik saja."
"Aku tidak mau lagi melihatnya di sini Yeol, aku tidak mau melihatnya menutup mata lagi! Tidak mau melihatnya tidur lama!"
Jimin mengalihkan pandangannya, dia tidak sanggup melihat Baekhyun dan Chanyeol yang sangat hancur.
Hingga Dokter keluar dari ruangan itu. Baekhyun dan Chanyeol sontak mendekati.
"Dok, bagaimana keadaan Taehyung?"
"Saya sudah mengatakan jika Tuan Taehyung sudah tidak bisa melakukan aktifitas yang berat. Keadaannya dalam tahap menengah, tapi jika terus saja melakukan kegiatan yang membuatnya kelelahan, hal itu bisa membuat kerusakan pada jantungnya semakin parah."
Baekhyun meraung. Lagi? Padahal baru kemarin dia mendengar berita buruk, dan sekarang yang lebih buruk kembali ia dengar.
Jimin menegang mendengar pernyataan Dokter. Jadi ini yang membuat Chanyeol marah pada Baekhyun waktu itu? Ini yang membuat Baekhyun menangis?
Bodoh, seharusnya dia menanyakannya waktu itu. Bukannya bersikap pengecut!
"Ma, Pa?"
Baekhyun dan Chanyeol menatapnya, kemudian Dokter itu pamit.
"Taehyung kenapa? Tadi dia baik-baik saja, kenapa sekarang ...."
Jimin tidak mampu untuk melanjutkan ucapannya. Sesak melingkupi dadanya.
"Papa akan menceritakan semuanya," sahut Chanyeol.
Dan setelah itu hanya ada penyesalan dalam diri Jimin, kehancuran yang membuatnya ingin membunuh orang yang ada dibalik penderitaan Taehyung saat ini.
'Jungkook, jika suatu saat nanti kau tahu tentang hal ini, akan aku pastikan kau akan lebih menyesal dariku.'
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock (KOOKV)✔
FanfictionPukul 00.00 Jeon Jungkook kehilangan Kim Taehyung karena kebodohannya sendiri.