Bankar itu didorong cepat dengan Taehyung berada di atasnya dengan tubuh yang berlumuran darah. Manik itu terpejam erat membuat Seojoon semakin ketakutan.
Setelah Taehyung masuk ke dalam ruang operasi Seojoon terpaku di tempatnya.
Ingatannya kembali pada kejadian beberapa saat yang lalu.
Masih sangat segar di ingatan bagaimana peluru itu tepat menembus di kepala anaknya. Bagaimana Taehyung merintih kesakitan sebelum benar-benar terpejam dengan denyut yang semakin melemah.
Hampir dua jam namun operasi masih belum selesai juga, sejak tadi Seojoon tidak bisa bernafas dengan benar, ia merasa tercekik.
Dan ketika lampu operasi padam disertai dokter keluar dari ruangan mengerikan itu, Seojoon mendekat.
"Dok, bagaimana anak saya?"
Dokter itu menatap ragu. "Mohon maaf, pasien dinyatakan mati otak."
Seketika napas Seojoon tersendat. "I-ini bohongkan dok?"
"Maaf sekali lagi, keadaan pasien memang sangat buruk. Bahkan dia masih dinyatakan hidup sampai saat ini, itu hanya karena alat medis yang terpasang di tubuhnya."
Dunia Seojoon hancur, penyesalan datang. Dia mengingat bagaimana dia hanya mementingkan pekerjaan daripada Taehyung, bagaimana ia memukul Taehyung, bahkan dia juga mengusir Taehyung yang nyatanya hanyalah korban.
"Sebenarnya, pasien sudah membuat kartu pendonor, jika Anda setuju jantung pasien akan didonorkan kepada Jeon Jungkook."
"Apa maksudmu! Bagaimana mungkin aku membiarkan anakku mati padahal dia masih bernapas! Kau brengsek!" Seojoon memaki sang dokter.
"Ini adalah permintaan pasien, dan seperti yang saya katakan, anak bapak hidup sampai sekarang itu hanya karena alat medis, kecuali ada keajaiban dari Tuhan yang membuat keadaan pasien membaik."
Hancur. Seojoon sudah tidak bisa menopang tubuhnya. Dia terjatuh membentur lantai koridor.
"Kau bilang ini permintaannya kan?" Tanya Seojoon dengan nada lirih.
"Itu benar."
Seojoon menarik napas dalam-dalam. "Baiklah, berikan jantung Taehyung pada Jungkook."
*
Operasi berhasil, keadaan Jungkook membaik. Orang-orang bahagia mendengar berita itu.
Tapi berbeda dengan Seojoon yang saat ini sedang menatap Taehyung yang sudah terpejam tanpa hembusan napas.
Tangan yang dingin, bibir pucat. Seojoon menangis histeris.
Anaknya sudah tidak ada.
*
"Jungkook, aku kau sadar." Ucapan syukur mereka panjatkan.
Jungkook melihat kedua orang tuanya yang tersenyum haru. "M-ma Pa."
"Ada apa? Kau butuh sesuatu?"
"T-taehyung."
Hanya kebungkaman yang Jungkook dapatkan. Keduanya mengalihkan pandangan.
"Mana Taehyung," tanya Jungkook sekali lagi.
Jungkook tidak tahu kenapa dia sangat ingin bertemu dengan Taehyung saat ini. Dia merindukan Taehyung.
"Dia sedang ada urusan, lebih baik kamu istirahat."
...
Satu minggu dan Jungkook sudah pulang dari rumah sakit. Dan saat ini dia sedang bersiap-siap, rencananya ingin bertemu Taehyung dan meminta maaf.
"Mau kemana kau?"
"Mau menemui Taehyung, ada yang ingin aku bicarakan dengannya," sahut Jungkook. "Ya sudah kalau begitu aku berangkat ya."
"Jungkook!"
Baru tiga langkah namun Mamanya sudah memanggil.
Jungkook berbalik dan bertanya. "Ada apa Ma?"
Gelengan cepat yang ia dapatkan. Belakangan ini Jungkook heran dengan sikap kedua orang tuanya yang sepertinya sedang menyimpan sesuatu.
Setelahnya Jungkook melajukan mobilnya menuju rumah Taehyung. Rumah itu terlihat sepi seperti biasanya.
Namun yang tidak biasa adalah sosok Seojoon yang sedang duduk tenang. Bahkan biasanya Seojoon tidak punya waktu untuk sedikit bersantai.
"Om, Taehyungnya ada?"
Pertanyaan Jungkook membuyarkan lamunan Seojoon. Dia menatap Jungkook intens lalu beralih pada dada tempat jantung Taehyung berada.
"Kau ingin bertemu dengannya?"
Jungkook mengangguk mengiyakan.
Seojoon membawa Jungkook ke pemakaman tempat Taehyung disemayamkan.
Awalnya Jungkook bingung namun ketika melihat nama yang tertulis di atas nisan itu lututnya langsung melemas.
"Dia yang mendonorkan jantungnya untukmu."
"T-tidak mungkin. Om bohong!"
Cut.
"Selamat Kook," ucap Seokjin.
"Kau juga Hyung," balas Jungkook.
Saat ini mereka sedang berada di sebuah acara nominasi dan Jungkook mendapatkan tiga penghargaan sekaligus hari ini.
"Mau bertemu dengannya?" Tanya Hoseok.
"Ayo kita ke sana, tunjukkan penghargaanmu supaya dia iri," sahut Jimin.
Jungkook mengangguk. "Baiklah, aku juga merindukannya."
*
Di sinilah mereka, di depan kuburan Taehyung. Sudah tiga tahun berlalu, mereka semakin sukses, namun penyesalan itu tidak pernah bisa hilang dari hati mereka.
"Tae, aku sudah mengikhlaskanmu. Bahagialah di sana, dan biarkan aku di sini menjaga milikmu dan biarkan aku memenuhi mimpi-mimpimu yang belum tercapai.
'Terima kasih, Jungkook.'
END.
Makasih atas support kalian ke cerita ini.
Meski gak sebagus cerita yang lain tapi antusias kalian membuat aku bangga ke diri aku sendiri.
See you in next story
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero O'clock (KOOKV)✔
FanfictionPukul 00.00 Jeon Jungkook kehilangan Kim Taehyung karena kebodohannya sendiri.