21

5.8K 587 62
                                    

Yoongi meringis ketika tangan itu menampar pipinya kencang.

Baekhyun, dengan wajah merah padam dan air mata yang mengalir deras. "Apa salah putraku padamu?!"

Yoongi menunduk, tidak berani untuk membuka suara sedikit pun. Baekhyun yang tidak mendapat jawaban semakin emosi. "JAWAB!"

"Hiks maaf," lirih Yoongi.

Jimin mengalihkan tatapannya. Sakit ketika orang yang ia cintai dibentak-bentak seperti itu, tapi dia tidak ingin membela karena sudah jelas Yoongi bersalah.

"Apa dengan maaf bisa membuat putraku sembuh? Apa maaf bisa membuat dia bangun? Tidak kan?!"

Yoongi semakin menunduk.

"Kau tidak tau kan rasanya menjadi aku? Menjadi seorang ibu yang gagal menjaga anaknya?! Menjadi ibu yang setiap saat merasakan ketakutan akan kehilangan buah hatinya! Menjadi ibu yang selalu melihat anaknya kesakitan dan mendekam di tempat ini!"

Bisu. Bibir mereka seolah kelu. Seharusnya mereka senang karena berhasil membuat Taehyung benar-benar menderita, tapi apa ini? Perasaan sesak dan air mata yang tiba-tiba mengalir di pelupuk mata.

Kenapa? Bukankah ini yang mereka inginkan?

"Mam-"

"Jangan memanggilku Mama! Karena panggilan itu tidak cocok untukmu yang telah melukai anakku!"

Tubuh Yoongi bergetar hebat. Sudut matanya dapat melihat tubuh ringkih yang terbaring lemah.

"Nyonya maafkan kami," ucap Namjoon tiba-tiba membuat semuanya menoleh ke arahnya.

"Kenapa kau meminta maaf? Apa kau juga ikut membuat anakku menderita?" Kali ini Chanyeol yang bertanya.

"Katakan!" Pinta Chanyeol.

"M-maafkan kami."

"Kurang ajar!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Pa tenang!" Jimin panik ketika Chanyeol dengan beringas menonjok wajah Namjoon.

Koridor dipenuhi pekikan ketakutan.

"Berani sekali kau melukai anakku Kim Namjoon! Kau lupa? Kalau bukan karenaku kau pasti sudah menjadi gelandangan!"

Namjoon tidak mengelak. Semua yang Chanyeol katakan memang benar, kebaikan keluarga Taehyung memang banyak sekali tapi kenapa hanya karena satu kesalahan membuatnya lupa tentang rasa terima kasih dan balas budi.

"Pa berhenti!"

"Apa kau juga ikut Jimin!"

Jimin membisu mendengar pertanyaan Chanyeol.

"Sebenarnya apa salah Taehyung pada kalian hah?!"

"A-aku akan jelaskan semuanya tapi jangan di sini," lirih Jimin.

Di taman rumah sakit, semuanya berkumpul mengitari Jimin.

"Sebenarnya terjadi kesalahan pahaman di sekolah." Jimin melirik Chanyeol yang sepertinya ingin membuka suara namun kembali menutup mulutnya.

"Hari itu Jungkook mendapat panggilan telepon dari Yeri dan juga pesan yang memintanya untuk ke gudang."

"Setelah itu kami ikut ke sana karena Jungkook yang panik, tapi ketika kami sampai di sana ... kami melihat Taehyung memegang pisau berlumuran darah dan ... Yeri yang sudah tidak sadarkan diri."

"Jadi kalian menuduh Taehyung melakukan itu?" Tanya Chanyeol dingin.

Jimin mengangguk pelan. "Kami membenci Taehyung setelah itu, tapi sekarang aku punya bukti jika Taehyung bukan pelakunya."

"K-kau punya buktinya?" Tanya Hoseok terkejut.

"Iya, sebenarnya aku ingin memberikan pada kalian tadi pagi tapi apa yang aku dapat? Kenyataan bahwa kalian merencanakan sesuatu yang buruk pada Taehyung."

"B-boleh kami melihat bukti itu?" Tanya Seokjin.

Jimin mengangguk seraya tersenyum tipis. Memberikan ponselnya pada mereka yang kini terpaku dan tidak percaya.

"Bukankah dia anak Minkyu?" Tanya Chanyeol yang sepertinya tidak asing.

"Benar."

"Tidak orang tuanya, ternyata anaknya juga sama licik," sahut Baekhyun dengan  emosi yang mengggebu-gebu.

"Sepertinya dia belum tau sedang berurusan dengan siapa. Besok bawa dia ke hadapanku," perintah Chanyeol.

"Dan untuk kalian, aku belum memaafkan kalian, tunggu apa yang aku lakukan untuk menghukum orang-orang seperti kalian," lanjutnya.

Semuanya tidak berkutik. Bahkan setelah Baekhyun dan Chanyeol melangkah pergi.

"Sekarang kalian menyesal kan?" Tanya Jimin namun hanya dibalas tatapan nanar. "Nikmati penyesalan kalian."

TBC

Kalau kalian minta aku up lebih dari satu itu bisa aku kabulin. Serius!

Tapi kalau kalian mau aku perpanjang ceritanya nggak bisa, sorry.

Aku memang sengaja nulis sekitar 400 kata dan paling banyak 700 kata. Kenapa? Karena aku suka bingung mau lanjut ceritanya kayak gimana.

Menulis itu nggak semudah membaca teman-teman. Jadi maaf kalau aku nggak bisa kabulin permintaan kalian.

Zero O'clock (KOOKV)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang