Kalau udah naik kelas, gue selalu berharap nggak masuk ruangan anak-anak bermasalah. Gue nggak pengen masuk kelas yang isinya anak-anak tukang nyebat, biang kerok, berandalan, dan kurang ajar.
Bukan karena gue cupu, tapi karena pada nyatanya kelas beringas itu bisa bikin gue jadi lebih beringas. Cukup aja dikelas 8 gue jadi seseorang yang nggak pernah gue inginkan. Cukup aja jadi seseorang yang selalu direndahkan karena nggak bisa apa-apa, selain nyari masalah.
Untungnya dikelas 7 gue adalah Sang Matahari. Yang selalu bercahaya dimana-mana. Memberi kehidupan dan pusat hidup siapapun. Hingga para guru terbujuk oleh pengetahuan gue, dan sepakat jadiin gue Sang Paralel. Dan akhirnya gue bisa joint kelas Einstein.
Tapi disana gue nggak jadi Matahari lagi, gue cuman tumbuhan kaktus ditengah bunga sakura yang lagi mekar-mekarnya. Gue entah kenapa jadi jatuh dan hanya bisa terima kritikan pedas dari semua orang.
Gue pasrah aja nantinya, mau masuk dikelas Einstein apa enggak yang penting dapat kelas. Walau nggak menampik bahwa gue masih ingin berharap besar untuk bisa joint kelas Einstein lagi.
Akhirnya Tuhan masih menginginkan yang terbaik buat gue. Dia nempatin gue dikelas Einstein. Bersama semua orang yang gue harap akan jadi teman gue nantinya.
Dan, setelah gue udah beberapa lama disana, gue baru sadar anak-anak ini nggak seperti yang gue kira. Walau anak cowok nggak nyebat, mereka tetap biang kerok sekolah. Belum lagi anak-anak cewek yang selalu promosi hidup orang lain. Mereka benar-benar menguji adrenalin gue.
Makin lama disana otak gue jadi blank. Harapan yang dahulu gue dambakan akan terwujud, malah jadi angan-angan yang udah terbang ditiup angin.
Disitu gue sadar, gue nggak akan pernah jadi matahari seperti dulu lagi. Kehidupan gue yang dahulunya seluas samudera, berubah jadi sekecil zarrah.
Jadi...
Ini dunia gue.
Lo nggak perlu nyari celah buat tahu gimana perjalanannya. Karena gue sendiri yang bakal ngasih tahu lo.Seberapa suram hidup gue.
Dan seberapa buntu otak gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
dead brain
Teen FictionSemua beranggapan kelas gue adalah perwujudan Albert Einstein. Pintar, berpendidikan, teladan, dan berbahagia. Tapi sayangnya anggapan mereka nggak benar walau satu pun. Menurut gue dengan ciri-ciri IQ jongkok, bar-bar dan bermasalah, sebenarnya kel...