Disaat kelas 9 sebenarnya gue nggak terlalu dekat sama semua orang. Cuman gue kadang ngomong sama anak cowok doang. Gue kurang bergaul dengan anak cewek. Bukan karena gue kegatelan apa gimana. Tapi karena gue saat itu terlalu menganggap para dewi Einstein ini dengan rendah. Gue selalu mencaci mereka. Gue nggak ngaca aja gitu.
Tapi karena udah makin lama makin kenal, dekat, habis itu akrab gue nyadar aja, kalau mereka nggak serendah yang gue pikirin.
Sehingga lama kelamaan anak cewek einstein terlalu berarti buat gue. Sifatnya yang kayak sapu lidi itu bikin gue takjub. Karena kalau sapu lidi udah satu tali semua, badan lo bisa hancur. Mereka kadang nggak segan-segan baku hantam sama anak cowok karena ganggu salah satu cewek dikelas. Contohnya Lingga, Icha dan gue nggak ingat siapa lagi.
Makin hari gue makin ngelihat sisi terbaik mereka. Sampai-sampai yang awalnya keliatan salah bakal bener kalau udah tahu maksud terselubungnya. Gue jadi pengen ceritain anak cewek ini dengan nama para dewi Yunani atau Romawi.
Mereka adalah wanita terpilih yang berhasil mendobrak kelas dengan semangat mereka, dengan keberanian mereka dan juga persatuan mereka.
Bahkan mereka mau-mau aja kok baku hantam sama para preman kelas lain karena ganggu Einstein. Gue jadi ingat RA Kartini. Masa emansipasi wanitanya berhasil dilanjutin sama cewek Einstein.
Mereka nggak pandang bulu, cowok atau siapapun yang berani nistaiin wanita...siap siap aja disemprot Lingga, siap-siap aja dipukul sapu sama Icha, siap-siap aja diludahin Nia, siap-siap aja dikatain Nanab, siap-siap aja dijulitin Ipit. Dan siap-siap aja buat kenal mereka.
Dewi Yunani dan Romawi yang menyamar sebagai remaja wanita. Sipenerus RA Kartini dalam masa merdekanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dead brain
Teen FictionSemua beranggapan kelas gue adalah perwujudan Albert Einstein. Pintar, berpendidikan, teladan, dan berbahagia. Tapi sayangnya anggapan mereka nggak benar walau satu pun. Menurut gue dengan ciri-ciri IQ jongkok, bar-bar dan bermasalah, sebenarnya kel...