Ada yang suka ngaku-ngaku dirinya adalah Atlet. Orang yang satu ini bahkan dalam sehari bisa bikin kekesalan seseorang bisa jadi dosa dan amal neraka bagi dia. Siapa lagi kalau bukan Haris Ar-Rahman?
Sebelum itu gue minta maaf sama Dipa. Karena setiap gue nyebut nama Haris pasti temen bangku gue-SiDipa- akan bersungut-sungut kesal.
Gue akui, cowok boncel ini multitalenta. Dia pintar, nyanyi lumayan bisa, dan ahli bela diri. Kalau ngelihat Haris gue seperti nggak bisa ngelihat sisi baik dari sikapnya. Tapi yaudahlah dia nanti kesinggung lagi.
Haris itu selalu nanya kegue tentang orang disekitar gue. Tapi anehnya yang ditanya adalah cewek semua.
Contohnya dia selalu nanya kakak gue SMA dimana, kelas berapa, udah punya pacar apa belum. Sampai-sampai gue nggak bisa hitung udah berapa kali dia nanya itu ke gue. Ya maksud gue, ini adiknya kan ada kenapa nggak nanyain adiknya, tanyain gue kek udah punya pacar apa belum, kan dikit-dikit gue juga mau diperhatiin kali Ris.
Juga ada Alya. Lo ingat temen Stupidalty gue?
Bisa dibilang dia ini primadona SMP gue. Dia selalu nanya Alya kenapa nggak balasin chat nya dia.Gue maklumin aja.
Mungkin Haris ini lagi usaha buat PDKT-an. Tapi yang nggak bisa gue maklumin adalah tiap hari PDKT-an Haris ini beda terus.Nggak! Gue nggak akan liat sisi kontranya. Karena disini hanya kebaikanlah yang berkibar.
Kalau dipikir-pikir Haris ini selalu bahagia. Walaupun gue sering dengar Haris ditolak cewek, tapi dia nggak pernah tuh kelihatan sedih.
Gue pernah nanya sekali.
"Lo pernah nangis masalah cewek nggak?"
Dia langsung jawab dengan senyuman dan nepuk-nepuk dadanya.
"Oh maaf Sri, gue nggak akan pernah nangis karena cewek dan percintaan."
Dari situ gue cuman bisa senyum sambil nyimpulin sesuatu.
Haris ini orang yang langkahnya nggak bisa terhadang hanya karena cinta. Walau gue nggak tahu bagaimana sisi dalamnya setidaknya sisi luar Haris berhasil bikin gue takjub.Gue sempat mikir, andai semua orang bersikap bijak seperti Haris mungkin dunia ini berpeluang besar dalam bahagia. Walaupun bahagia bisa aja kandas karena hal apapun.
Tapi cukup aja satu.
Apapun yang terjadi, bahagia selalu diopsi pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
dead brain
Teen FictionSemua beranggapan kelas gue adalah perwujudan Albert Einstein. Pintar, berpendidikan, teladan, dan berbahagia. Tapi sayangnya anggapan mereka nggak benar walau satu pun. Menurut gue dengan ciri-ciri IQ jongkok, bar-bar dan bermasalah, sebenarnya kel...