Jendela Dunia

127 29 3
                                    

Dengan nama panjang, dan juga nama pendek yang sama, Alfin.

Badannya kecil kayak mochi tapi otak besar segede gaban. Dan juga punya mulut yang selalu suka ngomong sembarangan.

Gue perhatiin dari dulu hingga sekarang, Alfin ini selalu giat belajar. Sebesar apapun gangguan, mata Alfin selalu kepapan tulis. Gue belum pernah ngelihat Alfin main-main saat jam pelajaran. Di otak nya itu hanya ada belajar, belajar, dan belajar. Sampai-sampai gue pikir Alfin ini adalah Jendela dunia, mungkin kalau ditanya tentang dibuku, dia tahu semuanya.
Di jamkos pun Alfin ini nggak jauh-jauh dari tempat duduknya.

Timbul satu pertanyaam diotak gue. Alfin ini apa nggak pernah istirahat?

Nggak seperti warga Einstein lainnya yang gue ceritain, Alfin ini mungkin gue ceritain hanya sekitar pelajaran aja. Tapi apa pernah lo denger pelajaran disekolah itu juga bisa menjadi pelajaran hidup?

Ngelihat Alfin gue kek ngelihat Albert Einstein yang sebenarnya. Dia nggak pernah putus belajar. Dia nggak pernah berhenti untuk giat berpendidikan.

Gue sering berandai menjadi Alfin. Andai gue seperti dulu lagi, seperti Alfin mungkin sekarang gue nggak perlu susah-susah untuk belajar.

Tapi gue sadar. Gue nggak bisa jadi Alfin, karena gue adalah gue. Dan Alfin adalah Alfin.

Karena itu gue cuman jadiin Alfin sebagai inspirasi gue. Alfin benar-benar orang yang bikin gue sadar, bahwa belajar adalah salah satu bagian hidup gue yang telah menghilang. Dan karena Alfin juga, gue kembali berusaha mencari jati diri gue yang udah hilang ditelan waktu.

dead brainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang