Say good bye dulu dong buat Einstein.Ada yang bilang kami semua cuman remaja labil yang hanya bisa nyusahin orang tua.
Dulu gue selalu nyesal ketika punya kelas yang diluar ekspetasi gue. Berada dilingkungan yang nggak pernah menginginkan gue dan selalu dianggap sebelah mata.
Cuman diEinstein doang gue bisa ngerasain apa itu sama rata. Walau banyak guru yang nganggap gue salah masuk kelas, gue tetap nggak peduli. Karena punya orang seperti Einstein udah lebih dari sekedar cukup.
Jangan berdiri di depan ku.
Karena ku bukan pengikut yang baik.Memangnya apa yang perlu disesali? Apa yang perlu dipikirkan? Gue punya mereka. Punya orang-orang yang selalu berusaha memantaskan diri jadi keluarga seperti yang selalu dikatakan Buk Dina.
Jangan berdiri di belakang ku.
Karena ku bukan pemimpin yang baik.Ada Tio, Rehan, Haris, Adam, Wahyu, Erik, Ferzi, dan Kevin sebagai pelengkap, bikin kami semua merasa nggak ada yang kosong.
Ada Yuli, Cindy, Icha, Zahwa, Rahmi, Alfin juga Rafli yang selalu ngasih kami pengetahuan yang begitu luas, sampai-sampai kami ngerasa ada begitu banyak guru gratis yang peduli sama kami.
Ada Aza, Dena, Nadya, Salsa, dan juga Nasya, yang mengelilingi dengan sejuta kejutan yang mereka sembunyikan.
Ada Dipa, Lingga, Nanab, Salma, serta Dinda, yang selalu berapi-api dengan sejuta recehan kunonya, yang bikin kelas selalu ramai dan nggak pernah bisa diam.
Juga Monic, Ines, Sindi, Ipit, dan Nia yang bakalan nggak bisa dilupakan gitu aja.
Berdirilah... disamping ku.
Sebagai... kawan...Mungkin setelah lulus dari SMP kami akan jarang ketemu dang mungkin nggak pernah ketemu lagi. Tapi bukan berarti cerita dari Einstein nggak sampai disini aja. Ada begitu banyak kebersamaan kami selama setahun dan itu semua bikin kami nggak akan bisa putus hubungan.
Kawan... Kawan... Kawan... Kawan.
Buat kalian yang selalu bilang cuman masa SMA yang bisa kita bikin bahagia disekolah itu salah, waktu dimana kalian pertama kali menjadi seorang remaja lah yang paling istimewa.
Gue yang dulunya nggak punya gairah hidup jadi semangat kalau setiap hari selalu kepikiran pengen ngulang masa-masa yang lewat, pengen ngulang cendol dawet, walau nggak mau nyium kentut Rehan lagi, tetap aja akan kangen terus sama bunyinya, hehehe.
Diumur yang ke lima belas tahun ini, gue tutup cerita ini. Cerita yang bakal gue ingat sampai kapanpun.
Gue nggak tahu apa bisa ketemu orang-orang kayak mereka atau nggak. Tapi setidaknya gue tahu gue pernah punya keluarga disebuah ruangan yang isinya bau ketek Dipa, bau jigong Kevin, bau kentut Rehan, dan tentunya bau neraka dan dosa dari yang lainnya.
Sebagai... Kawan.
Buat Einstein. Terimakasih untuk masa-masanya, terimakasih udah ngijinin gue buat kenal kalian, dan itu hal yang paling bahagia buat gue selama ini.
Sebuah lagu dari Banda Neira.
'Sebagai Kawan.'Btw terimakasih semuanya. Sampai jumpa di story lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
dead brain
Novela JuvenilSemua beranggapan kelas gue adalah perwujudan Albert Einstein. Pintar, berpendidikan, teladan, dan berbahagia. Tapi sayangnya anggapan mereka nggak benar walau satu pun. Menurut gue dengan ciri-ciri IQ jongkok, bar-bar dan bermasalah, sebenarnya kel...