6. Cerewet

128K 12.6K 297
                                    

Haloo, adakah yang menanti?

Nyumbang vote sama komen dong ya, kan nggak bikin kalean auto misqueen :v

Jangan lupa angkat kedua sudut bibirmu berlawanan yaa, ih manis bet ya senyum kamu, hwehehe.
Happy reading!

...

Naya adalah seseorang yang selalu percaya diri, entah di catwalk, di depan kamera, dan di depan banyak orang sekalipun--dengan porsi yang tidak berlebihan. Bahkan ketika dirinya tidak mendapatkan respons apa pun ketika ia berbicara panjang lebar pada Agam, Naya masih percaya diri jika lelaki itu mendengarkan seluruh ceritanya.

Namun, nyatanya masih saja ada hal yang membuat nyali dan rasa percaya dirinya berkurang drastis seketika. Yakni ketika ia berhadapan dengan kakak laki-lakinya. Cakra dan Januar Kalandra.

Ia menatap Agam dengan tatapan tak terbaca, sambil menggenggam erat gelas tinggi berisi smoothie mangga yang baru saja Alfani antarkan. Lelaki itu, Januar, kakak keduanya melangkah semakin dekat, dan akhirnya berdiri seraya melihat varian kopi dan memesan espresso tanpa melihat ke arah Naya.

Naya menggigit bibir bawahnya gugup, "Sendirian, Bang?" Ia mencoba tersenyum yang malah terlihat aneh.

Januar menoleh pada Naya dengan tatapan datar yang memang hanya untuk dirinya, tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Seketika saja Naya tersenyum kecut dan memilih pergi saja dari meja bar sembari menyeret Agam dengan sekuat tenanga.

"Gam, temenin gue nyari cat dinding."

"Kenapa pergi?" tanya Agam sambil memasang sabuk pengaman.

"Yakan gue udah bilang nyari cat dinding. Gue kan mau pindah, Djati!" Naya memutar bola matanya jengah. Padahal baru beberapa menit yang lalu dirinya mengatakan permintaannya.

"I know. Tapi lo nggak pamitan sama Janu," balasnya seraya mengetik sesuatu di ponselnya.

"Lo nggak lihat tadi, dia aja nggak bales sapaan gue?!" Deuh, kenapa pula Agam jadi cerewet seperti ini. Tidak tahu saja dirinya sedang kesal karena untuk kesekian kalinya diabaikan oleh kakak keduanya itu. Pun dengan kakak pertamanya yang kini sudah memiliki istri dan anak. Naya betul-betul tidak paham dirinya melakukan kesalahan apa sehingga saudara-saudaranya enggan berinteraksi dengannya meski sekedar bersapa.

Menjadi anak ketiga dari empat bersaudara membuat meja makan di rumah keluaga Kalandra tidak terliat sepi setiap harinya. Meski sekarang kakak pertamanya, Cakra, sudah memiliki keluarga sendiri. Terlebih adik perempuan Naya yang cerewetnya kebangetan, membuat keluarga Kalandra selalu hangat dan penuh tawa.

Tapi semuanya musnah begitu saja ketika Naya ikut bergabung. Dirinya selalu tidak ditanggapi dan akhirnya merasa kesepian--karena semua keluarganya selalu memusatkan perhatian pada Kaila, adik perempuannya itu.

Naya mendesah keras seraya mengacak rambutnya hingga berantakan, ketika otaknya tanpa izin memunculkan ingatan-ingatan tentang dirinya yang selalu diabaikan oleh keluarganya. Berhenti, bodoh! Lo nyakitin diri sendiri! Toh dirinya sudah punya Agam yang selalu bersamanya--atau lebih tepatnya dirinya yang selalu menempel seperti lem pada lelaki itu--sejak mereka dipertemukan sewaktu mengantarkan mamanya arisan.

"Lo gak nanya kenapa sikap Janu begitu?" tanya Agam lagi.

"Udah pernah, Djati!"

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang