Aku ada ide buat cerita baru. Kira-kira kalian lebih suka cowonya yang lebih dulu suka sama si cewe, atau cewenya duluan yang tertarik sama itu cowo(yg ini istilahnya bucin duluan deh wkwk suka genit-genit gt)
Dan satu lagi, aku mau nanya, kalian lebih suka baca cerita yang bahasanya kaku kayak Naya-Agam gini atau yang santai kayak Rania-Juan?
...
Agam mengendurkan dasi yang melilit lehernya begitu pekerjaannya selesai. Sudah waktunya pulang, tetapi teringat jika dirinya tidak membawa mobil membuatnya malas sekali beranjak. Andai tidak ada yang perlu ia bicarakan dengan orang tuanya, maka dirinya lebih baik bermalam di kantor atau kembali ke rumah Naya. Ia tahu, perempuan itu pasti sangat tertekan sekarang. Terlebih dengan dirinya yang malah menuruhnya menemui Pak Ganesha.
Bodoh. Sekarang Agam baru menyesal karena seharusnya ia membuat Naya senang-senang dahulu supaya perempuan cerewet itu lupa dengan segala permasalahan rumitnya.
Ia mengembuskan napasnya sembari melirik ponsel yang belum tersentuh sama sekali sejak ia berkutat dengan laptop. Baru menyadari kalau Naya bahkan tidak mengiriminya pesan beruntun seperti biasanya.
Hal yang membuat Agam jadi menerka-nerka sendiri apa yang sedang perempuan itu lakukan sehingga mengabaikannya seperti sekarang.
Karena, Naya yang cerewet dan menyebalkan setidaknya membuat hidupnya tidak terlalu datar-datar saja.
Agam terkekeh begitu membaca pesan dari Ajeng--perempuan kesekian kali yang mamanya kenalkan dan berujung mundur terlebih dulu karena kelakuan Naya tadi pagi.
+6282212346789
So sorry, Gam. Kayaknya saya nggak berniat lagi kenalan sama kamu yang sudah sangat bahagia dengan pacarmu. Tadinya saya ingin memajukan jam pertemuan, tapi saya justru melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan di lobi kantor.Sejujurnya Agam memang tidak ingin, dan tidak pernah berniat menemui berbagai perempuan-perempuan itu. Terlebih saat Naya sudah resmi menjadi kekasihnya. Dirinya bahkan sering sekali didiamkan oleh mamanya karena sudah mulai berani membangkang. Agam jadi bingung sendiri, kenapa mamanya selalu memperlakukannya seperti anak kecil--yang harus menurut--sedangkan ia sudah bisa memutuskan sendiri apa yang perlu ia lakukan.
Termasuk menjadikan Naya kekasihnya.
Ia keluar dari kolom chat-nya dengan nomor baru itu dan melihat pesan terakhir yang ia kirimkan pada Naya. Tidak ada balasan, dan hal itu semakin membuat Agam bingung.
Jen calling...
"Ya, Jen?"
"Halo, bro. Gimana kabar, bro? Kapan ke Bali lagi, bro. Starlight butuh lo nih, bro. Pusing pala gue harus handle kontrak kayak gini." Jen berkata seperti orang yang sedang nge-rap, dan Agam tidak memberikan respons yang berlebihan.
Dirinya memang sudah ingin sekali fokus mengurus usaha periklanan yang ia rintis bersama Jen dua tahun lalu. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan DJG Group terbengkalai. Terlebih papanya sudah tidak ingin turun tangan sejak Agam bersedia menjadi pimpinan di sana. Meski hanya sementara, sampai Aldi menyelesaikan pendidikannya hingga mampu memimpin perusahaan.
Dan Agam tidak sabar saat waktu itu datang. Karena dengan begitu, Agam bisa leluasa menetap di Bali bersama Naya nanti. Membayangkannya saja sudah membuat hatinya menghangat.
"Dalam waktu dekat ini kayaknya nggak bisa. Lo bisa kirim lewat email kalau memang males banget baca dan tanda tangan."
"Ck. Gue bekerja sama niatnya biar gue nggak kerja kayak gini, Gam. Kampret lo. Oke lah. Take your time, dan selesaikan urusan lo secepatnya. Gue bakal cuti panjang banget setelah kerja rodi ini selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together (selesai)
ChickLitNayara Swastika punya hidup yang sempurna; menjadi model ternama, bergelimang harta, tak lupa paras cantik yang membuat siapapun terpesona. Namun, dirinya malah memilih meninggalkan karir modelingnya dan membangun sebuah kafe yang namanya langsung m...