8. Tingkah Aneh Agam

126K 12.8K 397
                                    

Sorry, semalem ga update. Aku gbisa konsen kalau rame ternyata.

Yuk komentar yuk, kalau nggak ya aku nggak update lagi wkwk. Nyoba aja sih ini, adakah yang berminat dengan kisah Naya dan Agam apa enggak:v

Skuy vote dan komen sebelum baca. Happy reading!

...

Sembari menunggu roti panggangnya jadi, Naya meminum segelas air hangat yang memang sudah menjadi kebiasaannya setiap pagi. Tiba-tiba kilasan balik kejadian kemarin siang di depan restoran muncul membuatnya mendengus.

"Nay." Lelaki itu menahan lengannya.

"Ya?"

"Jangan terlalu berharap sama saya. Ini hanya keisengan Javier. Toh saya sepertinya tidak tertarik sama kamu." Gandhi melepaskan cekalan tangannya lalu masuk kembali ke restoran, meninggalkan Naya yang wajahnya sudah merah padam karena marah.

WHAT?

Kemarin, Naya hampir saja kembali mendatangi meja teman-temannya dan memaki lelaki bernama Gandhi itu. Astaga, dirinya seperti sedang diremehkan. Dan apa pula maksud menahannya pergi hanya untuk memberitahu kalau dia tidak tertarik pada dirinya?

Seperti dirinya menunjukan ketertarikan dengan begitu jelas saja.

Suara bel ditekan beruntun membuat Naya terlonjak dan refleks berdiri dari kursi makannya. Ia melihat dari monitor dan mendapati Agam berdiri di depan unitnya dengan tampang tenang seperti biasa.

Mau tidak mau ia membuka pintu dan mempersilakan lelaki itu masuk. Naya tidak mau Agam tahu, kalau dirinya sedikit kesal pada sahabatnya itu karena tidak memberitahu dirinya kalau Agam dan Nesya sudah benar-benar menjadi sepasang kekasih.

"Ngapain lo?"

"Numpang sarapan," jawab Agam tenang.

Naya hanya memutar bola matanya malas dan mengizinkan lelaki itu masuk. Ini bukan hal aneh, karena biasanya jika Agam menginap di apartemen, lelaki itu akan selalu memencet bel unitnya untuk meminta sarapan. Padahal menu sarapan yang selalu ia sajikan pada lelaki itu tidak pernah berubah sejak pertama kali mereka lebih dekat dan berani bertandang ke unit masing-masing. Ya. Mereka memang sedekat itu.

Roti panggang dengan selai. Setiap hari. Bayangkan betapa membosankannya menu sarapan itu.

Naya jadi berpikir untuk mencoba membuat pie buah atau susu. Atau, pancake dengan madu? Entahlah, masak-memasak bukan keahliannya. Ia langsung saja berjalan menuju kitchen set--yang tidak bersekat sama sekali dengan ruang utama-- untuk menyiapkan sarapannya.

Apartemen yang Naya sewa memang bertipe studio, dan biasa saja. Tidak ada yang menarik, khas sekali dengan apartemen tipe studio lainnya. Dirinya bahkan tidak mau repot-repot merenovasi atau mengubah tata letak benda-benda yang ada di unitnya ini. Ya karena dirinya hanya menyewa, jadi selain malas ya karena ini bukan miliknya.

Sangat berbeda dengan Agam yang langsung merenovasi unit bersamanya begitu tempat itu resmi menjadi miliknya. Seluruh ruangan itu berwarna abu-abu dan putih, pun dengan furniturenya. Membosankan, dan biasa sekali. Untung saja ada beberapa tanaman bonsai yang Naya beli untuk ditaruh di rak yang terbuat dari kayu--yang dicat dengan warna putih--yang menjadi sekat antara dapur dan ruang utama.

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang