Nah gitu dong. Komennya banyak itu membuat moodku melonjak seketika wkwk. Terima kasih yang sudah komen~ dan sekarang aku minta komennya lagi yah.
Oh iya, aku mau nanya, definisi cowok badboy di usia matang menurut kalian itu kek mana?
Skuy vote dan komen dulu sebelum baca.
Happy reading!...
Suara gelak tawa yang sesekali terdengar dari meja makan di kediaman Agam membuat rumah besar itu kelihatan ramai. Padahal tawa itu didominasi oleh Naya dan adik bungsu Agam. Sesekali Naya menggelengkan kepalanya ketika remaja berumur 17 tahun itu membuka kedok kakaknya.
"Masakan Tante gimana, Nay?" tanya Tante Reni dengan netra berbinar. Apa lagi ketika Naya mengangguk-anggukan kepalanya pertanda rasanya enak.
Naya kira Tante Reni akan memasak sesuatu yang langka, ternyata mencoba membuat chicken salted egg. "Enak, Tan. Masih krispi juga ayamnya. Tapi aku lebih jatuh cinta sama ayam teriyakinya Tante."
Tante Reni manggut-manggut.
"Gimana kerjaan kamu, Nay? Masih jadi model, kan?" tanya Pak Sean, ayah Agam.
"Bulan depan resmi berhenti, Om. Bosen banget aku jadi model, pingin jadi istri soleha aja." Naya terkekeh, diikuti lelaki paruh baya itu.
Sedangkan Tante Reni malah memicingkan matanya. "Kenapa berhenti? Padahal kamu kalau jadi model kan bisa punya duit secara instan."
"Instan gimana coba, Tan? Kalau maksud instan itu mulai dari jam 6 pagi sampai jam 12 malam, ya berarti mungkin iya," balas Naya seceplosnya.
Yah, dunia model memang keras. Naya bahkan sudah sangat malas. Terlebih dari awal dirinya memang tidak punya keinginan menjadi seperti sekarang ini. Dulu mungkin sewaktu masih remaja, semua baik-baik saja. Tapi semakin Naya beranjak dewasa, semuanya semakin berbahaya dan ia tidak lagi merasa nyaman. Ada beberapa lelaki yang mengajaknya 'tidur' dengan tawaran akan membayarnya mahal, dan mengira kalau dirinya sudah sering dipakai oleh lelaki hidung belang.
Oh hell. Iya, Naya tahu kalau menjadi model sama saja menjual keindahan tubuh kita, tapi bukan berarti menjual dalam artian lain!
"Lhoh, gitu? Bukannya dibayarnya per jam?"
Okay, pertanyaan Tante Reni mulai ambigu. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu memang selalu berpikir kalau semua model itu sama. Kehidupan bebas, bahkan beberapa model perempuan ada yang rela menjadi istri simpanan om-om dengan perut buncit. Tapi kan, bukan berarti dirinya juga sama.
Naya kan selalu percaya diri kalau ia adalah perempuan yang cantik, dan tidak bodoh-bodoh amat. Relasinya juga lumayan banyak. Akan sangat memalukan kalau dirinya merendahkan dirinya sendiri dengan menjadi wanita simpanan.
"Per jam gimana sih, Tante. Emangnya aku ini mobil rentalan apa?" tanya Naya sedikit ketus.
Tante Reni tidak menjawab, dan malah mengalihkan tatapannya pada Agam. "Sebentar lagi Nesya pasti dateng. Tadi pagi Mama udah nelepon dia, katanya bakal ikut lunch bareng." Ia menatap sayang pada anaknya. "Kamu harus baik sama dia, Gam. Banyak senyum, banyak tanya, ramah, dan harus romantis. Nesya itu tipikal mantu idaman ibu-ibu banget."
Naya harus menahan sekuat tenaga untuk tidak memutar bola matanya malas kala Agam hanya mengangguk, tanpa melihat ke arah mamanya sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together (selesai)
ChickLitNayara Swastika punya hidup yang sempurna; menjadi model ternama, bergelimang harta, tak lupa paras cantik yang membuat siapapun terpesona. Namun, dirinya malah memilih meninggalkan karir modelingnya dan membangun sebuah kafe yang namanya langsung m...