Buat menemani hari kalian, Naya-Agam aku persembahkan. Kudu banyak komen pokoknya. Masa kemarin beda banget sama bab sebelumnya:" kan aku jadi sedih.
Skuy vote dan komennya! Happy reading!
#sorryfortypos...
Sepasang mata itu begitu lekat meneliti berkas, dengan tangan yang menggengam bolpoin hitam--sesekali membubuhkan tanda tangan di sana. Sungguh, sejujurnya matanya sudah sangat lelah karena belum istirahat sama sekali sejak tadi pagi.
Ini baru satu perusahaan yang ia pimpin. Belum perusahaan periklanan di Bali--yang baru beberapa tahun Agam rintis, dengan uangnya sendiri, jerih payahnya sendiri--meski bekerja sama dengan Jen yang kini menetap di pulau Dewata.
Pusing mendera tiba-tiba, hingga refleks bolpoinnya terlepas dan tangannya beralih tugas memijit pangkal hidung, berharap sakit kepalanya sedikit mereda. Agam lupa, bahwa dirinya bahkan belum sempat sarapan tadi pagi.
Agam mengangkat gagang telepon dan menekan nomor yang langsung tersambung dengan sekertarisnya. "Jia, bisa pesankan saya makan siang?"
"Bisa, Pak. Mau pesan apa?"
"Terserah."
"Baik, Pak."
"Hm." Agam meletakkan telepon itu pada tempatnya lagi, kemudian kembali menekuri berkas yang tiada habisnya. Ia bahkan tidak sempat sekedar bermain ponsel dan mengabari Naya.
Mrs. Djati calling...
Senyum tipis langsung tersungging di bibir ketika melihat ponselnya yang menyala. Perempuan itu--yang menjadi sahabatnya bertahun-tahun--dengan sangat percaya diri mengganti nama kontaknya sendiri.
"Heh, gue ini nantinya juga bakal jadi Nyonya Djati, jadi nggak usah sewot! Awas kalau namanya lo ganti lagi! Gue cium sampai nggak bisa napas!" Mengingat perkataan Naya tempo lalu, tanpa sadar membuat Agam lupa belum mengangkat panggilan itu, hingga akhirnya Naya menyerah menelepon. Mungkin tahu, kalau ia sedang sibuk.
Mrs. Djati: Nggak usah sok sibuk ya km baaabi. Angkat telepon pacar dong!
Agam: Memang sibuk.
Mrs. Djati: Pantesan nggak ke tempat gue.
Udah makan siang belum?
Gue delivery-in makanan, seneng kan lo? Ayam fillet sama kangkung pula.
Ntar pulang bawain berlian ya, pacar.Agam hanya geleng-geleng membacanya. Padahal beberapa waktu lalu, Naya sempat salah tingkah hanya karena ia mencium kening perempuan itu. Sekarang saja sudah tidak tahu malu.
Agam: Thank you, Nayara.
Mrs. Djati: Hilih, masa gitu doang?! Makasih sayang kek, makasih baby kek, makasih cintaa kek.
Makasih Mrs. Djati juga boleh.
Tauk ah, g soswit lo!
Oyyt, Djati?
Halo?
Where are u?
Kacang mahal, Djatiiiiii...
Reya memekik saat melihat sebuah pop-up pesan di layar ponsel Naya yang menyala--menunjukan sebuah pesan baru dari seseorang bernama Djati. Hal yang membuat Naya buru-buru menyambar ponsel itu--meski nyatanya ia terlambat--karena Reya lebih agresif ketimbang dirinya.
"Aw, aw. Sumpeh demi apa, Nay?!" Perempuan yang sedari pagi menerornya untuk menemani cek kandungan itu--melotot dengan tatapan tidak percaya. God! Naya kecolongan.
"Paan sih?"
Olivia yang baru saja melihat ponsel milik Naya pun menatap penasaran. "Kamu akhirnya pacaran sama Agam? Udah siap mental kalau suatu hari kamu nemu beha di mobilnya kayak Reya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together (selesai)
ChickLitNayara Swastika punya hidup yang sempurna; menjadi model ternama, bergelimang harta, tak lupa paras cantik yang membuat siapapun terpesona. Namun, dirinya malah memilih meninggalkan karir modelingnya dan membangun sebuah kafe yang namanya langsung m...