36. Final

256K 15.7K 1.2K
                                    

Hehehe kalian apa kabar? Lapak ini sudah banyak sarang laba-labanya ternyata wkwks. Btw, di lapak baru juga aku blm update karena banyak hal yang akhir akhir ini menggangu.

Oh iya, aku ada ngikut suatu projek, dan aku memutuskan untuk menulis cerita baru--kali ini tentang Jen temannya Gam-Nay yang sebenernya sok cool doang wkwks. Jangan lupa mampir yaa, bakal aku publish perdananya besok yuhuu. Happy reading!

...

Naya mendengus. Dirinya jamin, yang membuat quality time-nya dengan Agam terhambat adalah Sita. Dia jelas yang memberitahu Irendra Laksmono--pihak dari AtLook Beauty--jika hari ini dirinya memang sedang senggang.

Bukan senggang karena kebetulan, tetapi dirinya memang sengaja meluangkan waktu untuk berkencan dengan Agam di kantor lelaki itu. Sebagai terakhiran, karena sebentar lagi Agam akan mundur sebagai CEO dan fokus dengan usahanya di Bali. Wadaw, Naya bahkan memekik senang ketika Agam mengatakan bahwa mereka akan hidup di Bali setelah menikah. Bali adalah pulau impiannya untuk menghabiskan sisa hidupnya, dan Agam merealisasikan itu. Membuat Naya makin cinta saja.

"Nggak tau ini, Gam. Ada pihak AtLook Beauty tiba-tiba mampir. Kamu aja yang pulang ke sini, gimana? Atau lagi hectic banget?"

"Oke. Nanti aku yang pulang. Sebentar lagi."

"Gam?"

"Ya?"

"Panggil sayang dong." Selanjutnya Naya terkikik. Ya salam, bisa-bisanya dirinya malah jadi segenit ini. Terlebih melihat cincin putih bertengger di jari manisnya. Membuat Naya makin cekikikan seperti orang gila.

"Harus?"

"Iya, dong."

"Oke. Aku harus kerja lagi, supaya ini cepat kelar. Bye, Sayang."

Dan wajah Naya memerah seketika. Ya salam, lelaki itu sekalinya manggil sayang, bikin Naya mabuk kepayang! Dirinya bahkan sampai tidak sadar kalau sekarang, ia sudah berhadapan dengan pihak AtLook Beauty. Naya lalu menutup teleponnya dan kembali fokus dengan lelaki bernama Irendra itu.

"Saya ke sini bukan untuk menawari kamu jadi brand ambassador."

"Ya?" Naya mengrenyit bingung, karena kenapa lelaki dengan setelan formal di hadapannya ini datang kalau bukan membahas perihal pekerjaan.

"Tadinya Pak Yudha sudah ingin menyerah, tapi saya nekat menemui kamu."

"Ya???" Naya makin bingung. Terlebih setelah Irendra menyebut nama yang sangat tidak asing.

"Yudha Laksmono, ayah kamu."

"A-ayah?" Naya tergagap. Entah kenapa, napasnya tiba-tiba memburu dan rasa gugup menyerangnya--terbukti dari kedua telapak tangannya yang tiba-tiba berkeringat. Bagaimana bisa lelaki di hadapannya ini tahu?

"Saya tahu, kamu juga sudah tau, kan?"

Ragu-ragu Naya mengangguk. Sungguh, dirinya tidak pernah mengira jika ia akan bertemu dengan salah satu orang yang mengenal lelaki--yang katanya adalah ayah biologisnya. Karena demi apa pun, Naya sudah tidak peduli lagi, dan ingin memulai lembar baru saja dengan orang-orang yang jelas akan selalu bersamanya.

Namun, sepertinya semesta punya kehendak lain, dan ingin memberinya waktu untuk sekedar bertemu sapa dengan pria bernama Yudha itu.

"Kamu ...." Naya berujar dengan ragu. Dirinya menyadari jika nama belakang Irendra dan Pak Yudha sama. "Anaknya Pak Yudha?"

"Tepatnya anak angkat. Beliau dan istri tidak memiliki keturunan, sampai akhirnya mengangkat saya dan satu orang lagi sebagai anak." Irendra tersenyum, kali ini lebih lebar. Terlihat sekali betapa memujanya  ia pada sosok paruh baya itu.

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang