5. Sorry

129K 13.4K 240
                                    

Happy Reading! Gatau lah w mo bikin author note apa:v skuy la komen sama votenya~

Sebenernya perlu cast nggak sih menurut kalian?

...

Sudah lima hari sejak kejadian di resepsi pernikahan sahabatnya dan dirinya marah pada Agam, Naya memilih menyibukkan diri dan berkutat dengan kafe yang kian hari semakin banyak pengunjungnya. Dirinya tidak mau repot-repot memikirkan lelaki itu yang juga tidak memikirkannya sama sekali. Boro-boro mengabari atau mendatanginya. Mengiriminya pesan pun tidak.

"Daun bawang sama seledrinya habis, Fan?" tanya Naya sembari memegang sebuah notes yang biasanya ia pakai untuk mencatat bahan yang harus ia beli. Seharusnya sih ia lakukan malam hari, tapi karena kalau sudah malam biasanya dirinya sudah sangat lelah, jadi mau tidak mau ya pagi-pagi sudah sibuk seperti ini.

Begini-begini dirinya tidak pernah malu dan risih jika harus ke pasar langsung. Persetan dengan profesi modelnya yang mungkin saja diketahui banyak orang. Naya harus memastikan bahan-bahan yang dibutuhkan kafenya berkualitas bagus dan tidak sembarangan. Bukannya dirinya tidak percaya pada para pegawainya, tetapi salahkan saja sifat ingin selalu sempurna yang bersemayam di dalam tubuhnya.

"Yup, Mbak."

"Kalau ayam? Saus?"

"Mayonaise, saus tomat, bawang bombai hampir habis, Mbak. Terus sekarang chicken salted egg lagi jadi menu favorit, jadi banyakin beli ayam," ujar Arbi sembari fokus dengan penggorengan entah untuk apa.

"Berasnya masih ada kan, ya?"

"Masih, Mbak."

"Oh ya, kopi kemarin udah dateng belum? Gue kepikiran pingin nambahin latte art biar minumannya unyu-unyu gitu." Naya tersenyum gemas mengingat latte art yang pernah ia temui di beberapa kafe yang pernah ia kunjungi bersama Aro.

"Lhah? Siapa yang bisa bikin latte art? Saya belum pernah belajar, Mbak," ujar Robi yang bekerja sebagai barista. "Udah dateng kemarin. Kan Mbak Naya yang nerima, masa lupa."

Naya menunjukan cengiran kudanya. "Ya maap. Tenang, bisa lah gue bikin dan ngajarin latte art. Percuma dong gue bolak-balik ke Bali tapi nggak dapet hasil apa-apa."

Beberapa karyawannya melotot karena terkejut. "Jadi ... Mbak Naya ke Bali cuma buat belajar latte art?"

"Yup." Naya mengulum senyumnya kemudian berlalu begitu saja untuk mengambil tasnya bersiap ke pasar.

Naya sudah rapi sedari tadi dengan kaus pendek berwarna kuning pudar yang dipadukan dengan celana denim, rambut panjang lurusnya ia ikat menjadi satu tinggi-tinggi hingga menyerupai untaian ekor kuda, wajahnya yang dipoles tipis dengan bedak, dan lipstik berwarna peach membuatnya terlihat segar. Niatnya ia ingin membeli bahan makanan, lalu nanti siang dirinya ingin membeli beberapa gulung wallpaper dinding dan cat.

Ponselnya berdering sedari tadi, tetapi Naya tidak peduli. Paling-paling juga Sita yang menghubunginya dan menawarkan supaya dirinya beralih profesi sebagai artis saja. Dirinya sudah sangat bosan mendengar celotehan itu.

...

IYA CAFE adalah sebuah kafe tiga lantai yang dibangun Naya sejak dirinya merasa jenuh dan bosan pada profesinya, dua setengah tahun yang lalu. Sebelumnya, ia melalang buana hingga Australia untuk mengetahui seluk beluk tentang usaha itu bersama Aro dan Reya yang memang suka travelling. Dan Naya tidak merasa petualangannya mendatangi satu per satu kafe yang ada di negara itu sia-sia. Dirinya bahkan beberapa kali kerap bertemu langsung dengan pemiliknya.

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang