Misi ... Naya numpang tenar dulu~
Aku mau nanya nih, kalian tim baru baca atau tim baca ulang? Wkwk kayaknya dari kemaren banyak yg baca ulang deh🤣Jangan lupa tersenyum hari ini yaaa🤗
Happy reading! Jangan lupa vote dulu sama komennya yang banyak ya.
...
Lipstik, sisir, parfum, pembersih make up dan beberapa barang lain yang selama ini tergeletak sembarangan di mobil Agam sudah tidak ada sejak beberapa minggu yang lalu. Dirinya benar-benar merealisasikan perkataannya waktu itu untuk sedikit demi sedikit belajar tidak terlalu dekat dengan Agam.
Naya hanya ingin sahabat kesayangannya itu tidak lagi terganggu dengan kehadirannya, dan berbahagia dengan pasangannya, segera. Ia sadar, selama ini dirinya memang keterlaluan pada lelaki itu dan kini ia ingin memperbaikinya. Andai bisa, maka Naya akan menganggap Agam seperti teman biasa. Seperti Aro dan yang lainnya.
Ngomong-ngomong tentang Aro, di mana lelaki itu sekarang ya? Sombong sekali mentang-mentang sekarang sedang banjir job. Katanya, lelaki itu sudah tidak lagi naksir padanya karena ternyata banyak bule-bule yang lebih cantik dari pada dirinya.
Naya bertopang dagu, lalu menghela napasnya malas. Hal yang belakangan sering ia lakukan saat sarapan. Roti panggang yang biasanya tetap Naya makan dengan penuh selera, kini teronggok tak tersentuh sama sekali.
Andai tahu akan seperti ini sepinya saat tidak memiliki Agam yang siap sedia memakan dua tangkup roti bakar buatannya, maka Naya tidak akan melakukan hal konyol ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan mau tak mau dirinya harus melanjutkannya.
Naya melirik ponselnya yang bernasib sama dengan roti bakar buatanya. Teronggok tanpa tersentuh sama sekali, hingga akhirnya menyala dan menunjukan sebuah panggilan masuk dari Sita.
"Ya, Sit?" jawab Naya ogah-ogahan.
"Mbak, lo masih waras, kan? Gila! Lama banget nggak kabar-kabaran ya kita." Sita heboh sendiri di seberang sana.
"Lo tahu gue sibuk sama kafe, Sit. Lo juga sok sibuk banget, mentang-mentang sekarang jadi asistennya artis tenar." Naya menjauhkan ponsel demi menyelamatkan telinganya dari pekikan Sita.
"Monmaap yah, saya udah nggak kerja sama itu laki. Nggak kuat gue bareng sama cowok playboy yang suka minta beliin daleman cewek kalau lagi ngamar." Terdengar sebuah helaan napas dari seberang sana--yang Naya yakin tidak dibuat-buat. "Lo jadi model lagi aja deh, Mbak. Gue butuh kerjaan nih, buat menyambung hidup."
Memutar bola matanya, Naya mencibir dalam diam. Halah, pembohong sekali. Bahkan kalau perempuan cerewet itu hanya nonton televisi sambil rebahan tiap hari, Sita tidak akan miskin. Dia hanya mengada-ngada karena pada dasarnya Sita adalah anak pemilik bengkel-bengkel besar dan memiliki banyak kontrakan yang disewakan.
"Nggak usah sok miskin lo, Sit. Miskin beneran tahu rasa."
"Kampret! Nggak gitu juga, Mbak! Tuh kan, gue jadi ngomong kasar," gerutu Sita di seberang. "Sebenernya ini nggak elit banget ngomong tentang kerjaan di telepon, tapi ... gue dapet e-mail--yang kebetulan ini salah satu kenalan gue, nawarin lo buat jadi brand ambassador produk kosmetiknya. Lo mau ya, Mbak? Eksis jadi publik figur lagi."
"Males. Ngurusin kafe aja udah pusing gue." Bohong. Naya berbohong mengatakannya, demi memberikan alasan yang jelas. Karena dengan begitu, Sita tidak akan mencecarnya dengan banyak sekali keuntungan-keuntungan jika ia eksis kembali.
Sita berdecak di seberang sana. "Inget ya, Mbak. AtLook Beauty itu perusahaan kosmetik besar. Kalau lo bisa jadi brand ambassadornya, karir lo pasti bakalan melejit. Lagian lo tuh bersih banget jadi model yang sering wara-wiri di televisi, kenapa nyia-nyiain kesempatan kayak gini, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together (selesai)
ChickLitNayara Swastika punya hidup yang sempurna; menjadi model ternama, bergelimang harta, tak lupa paras cantik yang membuat siapapun terpesona. Namun, dirinya malah memilih meninggalkan karir modelingnya dan membangun sebuah kafe yang namanya langsung m...