Haiii, Naya coming!
Jangan lupa jaga kesehatan dan selalu tersenyum, ya!
Happy Reading. Kuyla vote sama komennya, uhuy!
...
"Ngapain juga lama-lama di sini di hari minggu. Kayak kamu betah aja kalau masmu sama istrinya ada di sini." Jani Kalandra berujar dengan ketus, dengan tangan yang bergerak lincah memotong-motong semangka menjadi berbentuk dadu kecil-kecil.
Naya melirik mamanya yang kini berubah ketus ketika dirinya bertanya tentang Cakra yang kemarin bertandang dan menginap di kediaman Kalandra, bersama istrinya. Mana menjawabnya ketus begitu, pula. Dan apa tadi? Kenapa justru dirinya yang disalahkan? Memangnya kakaknya itu melakukan perbuatan apa sampai-sampai dirinya tidak suka dengan mereka? Ada-ada saja. "Ngapain juga aku nggak suka, Ma? Rumah juga rumah bersama kok." Ia mengambil sepotong semangka dengan tusuk gigi lalu memakannya.
Ya, Naya memang selalu berada di kediaman Kalandra tiap hari minggu, lalu akan pulang senin pagi. Itu adalah persyaratan yang harus ia taati saat dirinya meminta izin untuk tinggal sendiri. Meski sering kali Naya justru mangkir dengan sejuta alasannya. Karena untuk kesekian kalinya, ia tidak mau merusak suasana hangat yang tercipta. Terlebih papanya.
"Halah, kamu--"
"Ma, kopi Papa mana?"
Perkataan Bu Jani terpotong dengan keberadaan suaminya yang langsung mencari kopi. Hal yang membuat Bu Jani dengan sigap meracik minuman berwarna pekat itu. Naya menopang dagunya dengan kedua tangan, melihat keharmonisan orang tuanya. Membatin, berharap dirinya bisa sebahagia itu bersama pasangannya nanti.
Mungkin nanti dirinya akan memakai daster bunga-bunga selutut, dan pasangannya hanya memakai kaus singlet dengan sarung kotak-kotak khas bapak-bapak. Membayangkannya saja sudah membuat Naya terkekeh geli sambil geleng-geleng kepala. Sejenak, yang terlintas di bayangannya justru dirinya bersama Agam di sebuah rumah sederhana, dengan pakaian rumahan sedang menghabiskan waktu bersama. Naya memukul kepalanya pelan. Please, lelaki lain saja!
Naya lebih memilih beranjak saja menuju kamarnya untuk menghabiskan waktunya hingga senin pagi menjelang. Itu hanya satu-satunya cara yang ia punya supaya tidak perlu berkeliaran di rumah yang luasnya tidak kira-kira ini. Di lorong lantai dua--yang sengaja dibuat untuk kamar anak Pak Kalandra, senyum tipis Naya tersungging. Ingin sekali rasanya ia masuk ke salah satu kamar kakaknya, dan mengganggu Janu yang mungkin saja sekarang masih tidur.
Salah satu pintu bercat merah jambu tiba-tiba terbuka, membuat Naya mengelus dadanya karena terkejut. Astaga, Kaila benar-benar ingin membuatnya mati jantungan!
Kaila tersenyum lebar. "Sini, Kak. Gue punya baju tidur selusin," ujarnya seraya berbisik.
Naya sendiri geleng-geleng kepala, baru mengingat jika adik perempuannya suka sekali mengoleksi baju tidur bermotif apa pun--berbeda dengannya yang lebih suka mengoleksi kaus, dress, atau tas yang lucu-lucu. Tapi, meski begitu, sering kali bahkan dirinya yang harus menjadi tempat sampah jika akhirnya Kaila tidak suka dengan piyama yang baru ia beli. Dan yang menyebalkannya lagi adalah Naya harus membayarnya.
"Banyak banget, mau buat ngapain? Buka toko, lo?" Naya mengerutkan alisnya ketika mendapati setumpuk piyama yang masih terbungkus plastik.
"Buat koleksi, lah!" Kaila mengendikkan bahunya tak acuh. "Tadi gue dapet ginian dari orang gila, katanya kalau ada yang nggak suka, suruh kasih ke kakak aja. Ada beberapa dress sama tas branded juga, astaga. Seneng banget gue kalau jadi lo."
"Orang gila siapa? Kok bisa tau kalau lo punya kakak perempuan? Gue nggak pakai nama Kalandra lho, Kai." Sepasang alis Naya semakin bertaut, dengan sudut hati seperti dicubit saat mengatakannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/214312311-288-k216993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Be Together (selesai)
ChickLitNayara Swastika punya hidup yang sempurna; menjadi model ternama, bergelimang harta, tak lupa paras cantik yang membuat siapapun terpesona. Namun, dirinya malah memilih meninggalkan karir modelingnya dan membangun sebuah kafe yang namanya langsung m...