32. Maaf

125K 13.4K 1K
                                    

Sepi amet niiiii. Pada kemaneee

...

Satu hal yang paling Naya inginkan ketika mobil Aro sampai di pelataran parkir kafenya adalah berjalan secepat mungkin menuju rumah, lalu membanting tubuh di kasur empuk kesayangannya. Namun, yang ia dapati ketika turun dari mobil adalah, Agam yang sedang menyandarkan bokong pada mobil sembari menilik arloji yang ada di pergelangan tangan.

Begitu Agam melihat Naya, lelaki itu langsung melangkah mendekat, dengan tatapan lekatnya. Tapi untuk sekarang, Naya benar-benar lelah dan butuh istirahat. Padahal ia hanya melakukan perjalanan jauh, dan tidak menyetir sama sekali.

"Hai, Gam. Lo ngapain di mari?"

"Lo jelas tahu apa yang gue lakukan, Nay. Dari mana? Dan kenapa nggak bilang?"

Naya berdecak, lalu merentangkan tangannya. "Kebiasaan banget! Kalau ketemu pacar itu dipeluk kek, dicium keningnya kek, atau gimana."

Lelaki itu pun mendekat, masuk dalam rentangan tangan Naya, memeluk perempuan itu erat, dan menghidu aroma yang seharian tidak ia dapatkan. "Kalau lo bilang, kita bisa pergi bareng. Nggak harus sama Aro."

"Ya kenapa? Lagian Aro doang. Gue juga kan liburan buat berpikir jernih. Masuk yuk, Gam. Gue ngantuk banget, jujur. Bicaranya besok lagi aja, ya?" Naya semakin mengeratkan pelukannya. Agam hangat sekali, dan hal itu benar-benar membuat Naya nyaman.

"Oke."

Dan hal yang terakhir Naya ingat adalah dirinya menutup mata padahal belum sampai di kasurnya. Membuat Agam geleng-geleng kepala sembari berusaha mengangkat Naya untuk masuk rumah, di lantai tiga. Perempuan yang ada dalam gendongannya ini benar-benar merepotkan, tetapi Agam tidak keberatan sama sekali.

...

Dengan ponsel yang berada di tangannya, Naya masih menimbang-nimbang akan keluar dari kamarnya nanti atau sekarang. Ada hal yang benar-benar mengganggu pikiranya sejak perjalanan pulang dari Cilacap kemarin. Yakni, pesan dari Aldi--yang memang rutin bertukar kabar dengannya.

Aldi:
Mbak, tahu nggak? Kemarin Mas Agam keliatan gentle banget gilaaaaak!
Masa sih, dia bilang mau serius sama Mbak Naya di depan kami semua. Aku tercengang banget Mas Agam yang biasanya cuma hobi diem, mau jawabin perkataan mama. Ya salam, kemarin aku pengin banget videoin.

Naya:
Trus gimana? Berhasil nggak? Bentar lagi aku jadi Mbak iparmu ini😂

Aldi:
Sayang banget, Mas Agam blm berhasil. Mamaku ternyata bebal banget. Aku jg sebel sendiri, Mbak.

Dan setelah itu, Naya enggan lagi membalas pesan yang Aldi kirim. Beruntung, bocah itu mengiriminya pesan sewaktu dirinya dalam perjalanan pulang, dan tidak merusak mood-nya--yang memang sudah sedikit berantakan akibat perkataan Aro di pantai kemarin.

Dirinya celingukan, dan akhirnya memilih beranjak untuk mencuci mukanya--yang jelas terlihat sangat dekil karena belum sempat cuci muka semalam. Sepasang matanya melihat sebuah kertas yang tertempel di kaca riasnya. Satu yang terlintas dalam benak Naya adalah, Agam tersangkanya. Padahal dirinya sudah sering sekali bilang, kalau ia paling tidak suka kaca riasnya kotor.

Gue pulang.

What? Naya mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan jika pandangan matanya masih waras. Lelak itu, mengotori kacanya dengan sticky note--yang jelas ada di atas mejanya--hanya untuk menulis dua kata itu? Naya benar-benar tidak habis pikir.

Lebih baik Naya mandi saja, lalu melihat-lihat kafenya--yang tidak pernah ia kontrol setengah bulan ini. Yah, walau setidaknya ia harus menyiapkan jawaban jika para karyawan keponya itu menanyakan apa yang terjadi padanya belakangan ini dan akhirnya kabur tanpa Agam.

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang