11. Buta

122K 12.7K 347
                                    

Aah, baru bisa update inii. Hwehe. Komennya jangan dikendorin. Tapi yang bikin seneng ya kalo komen, wkwk

Jangan lupa klik bintangnya, dan happy reading!

...

"Wow. Ini beneran kafe milik lo, Nay? Incredible! Lo pasti makin susah diraih." Navin menyugar rambutnya seraya berpura-pura kecewa.

Naya tertawa renyah. "Maksud lo apaan, ha?"

"Biasanya nih, Nay, kalau cewek udah sukses, yang pingin deketin itu mikir-mikir lagi," jelas Navin berusaha serius. "Padahal tadinya gue mau maju, karena singa piaraan elo udah punya betinanya sendiri."

"Yee si Bambang! Maksud lo, gue jangan berkembang, gitu? Biar lo bisa deketin gue?" Naya memutar bola matanya malas ketika ucapannya tadi dijawab dengan anggukan polos.

Tadi, sewaktu dirinya memainkan ponsel saat mau mandi, Jen--lelaki yang juga salah satu teman Agam--yang juga menjadi temannya itu mengiriminya pesan jika dia dengan Navin sedang berada dekat dari kafenya, dan ingin bertemu dengannya. Naya pun tidak keberatan sama sekali dan menyuruh dua orang itu untuk segera datang. Memang tidak seakrab dirinya dengan Agam, tapi Jen dan Navin asyik.

Naya menyugar rambutnya yang bergelombang dengan ujung yang sedikit basah saat mandi tadi, kala mencoba kamar mandi barunya di lantai tiga. God! Beberapa hari lagi tempat itu sudah bisa dipakai, dan dirinya sudah tidak sabar. "Lo pada mau makan apa?"

Naya melambai pada Kara yang kebetulan sedang lewat untuk meminta daftar menu. Namun, saat dirinya menatap ke arah Jen yang memang membelakangi pintu kaca di lantai dua--di area outdoor--ia mendapati Agam sedang melangkah mendekat pada mereka. Lhoh? Bukannya tadi lelaki itu sudah pulang? Naya bahkan mengira kalau lelaki itu sedang kencan bersama Nesya.

"Seadanya aja lah, Nay. Yang penting gratis," celetuk Navin pongah.

Dua kelopak mata Naya melebar, lalu kembali santai seperti biasa. "Nasi sama garam aja kalau gitu."

"Yah, jahat. Omong-omong, lo lagi ada pacar? Nggak patah hati lo? Si Agam udah punya pacar?" Navin tidak memelankan suaranya sama sekali, karena tidak tahu kalau Agam berada tepat di belakangnya sekarang.

"Kenapa? Mau mepet?" Suara Agam yang tenang tiba-tiba menyela Naya yang sudah hampir menjawab rasa penasaran Navin.

Navin bahkan harus mengelus dadanya karena terkejut dengan suara Agam. "Iya lah! Naya ini bener-bener perfect, kalau nggak dipepet ya keduluan orang lain!"

Baru Naya akan membalas perkataan lelaki berambut hijau itu, Agam sudah menyerobot terlebih dahulu. "Siapa bilang?" Wajahnya tetap tenang. "Naya nggak bisa masak."

Sontak saja perkataan Agam membuat Naya melotot. Hei, itu aib! Dan dengan gampangnya lelaki itu malah mengatakan pada lelaki lain. Astaga, Agam memang tidak bisa dipercaya!

Bersidekap dada, Navin mengerling pada Naya. "Sorry to say nih, Gam. Gue ini kaya raya, selama gue masih bisa sewa pembantu, ya nggak masalah. Kelebihan-kelebihan Naya yang lain nggak bakal langsung ketutup cuma karena dia nggak bisa masak." Ia mengedipkan sebelah matanya genit pada Naya yang kini melotot. "Lagian, Naya pasti bisa nyenengin gue dibidang yang lain."

Rahang Agam mengetat mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Navin, tetapi lelaki itu tetap diam.

Navin memajukan wajahnya di depan Naya. "Lo beneran nggak ada pacar, Nay?"

"Kalau gue kasih jawaban sekarang sama cowok yang tadi ngajakin komit, ya gue ada pacar lah!" Naya mengulum senyuman kala melihat dua laki-laki di hadapannya terkejut. Ia tertawa dalam hati.

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang