18. Teguran

119K 13K 738
                                    

Ternyata emang susah, hwehehe. Maap ya gais :"

Tapi aku tetep bakal ngelunjak sih, jadi aku minta komennya yang banyak. Bacanya juga pelan-pelan biar nggak cepet abis, biar nge-feel juga.

Dari Agam dan Naya, katanya lvy!

Bonus penampakan Agam versi Pulpenabu wkwk

Bonus penampakan Agam versi Pulpenabu wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Agam dengan kaus putih beserta celana jeans robek-robeknya adalah perpaduan yang mematikan. Andai saja Naya tidak kebal dengan virus baper, maka persahabatan mereka berdua mungkin tidak akan sampai sekarang.

Lelaki bertubuh jangkung itu sedang melangkah dari tangga, dengan sebuah kacamata hitam berada di genggaman. Rambut cokelat yang kini sedikit memanjang itu benar-benar membuat Naya salah fokus. Agam terlihat sangat hawt dengan penampilan dan kulit putihnya.

Tangan Naya masih sibuk mengelus rambut halus milik adik satu-satunya yang Agam punya--yang kini sedang rebahan berbantalkan pahanya. "Rambutmu udah panjang, mau digondrongin apa gimana?"

"Nggak lah, Kak. Lupa aja ini kalau mau ke barber shop."

"Emang tuh anak paling males kalau disuruh potong rambut. Tuh anak juga tuh yang lagi mau ke sini." Tante Reni yang tadi sedang asyik membaca majalah fashion menyahut, dengan ekspresi wajah kesal.

Mereka tadi memang sedang berkumpul di rumah Agam--lebih tepatnya Naya yang menjemput sahabatnya itu untuk mengambil pesanan gaun dan setelan jas khusus yang dirancang langsung oleh Olivia--untuk sebuah acara perusahaan milik relasi bisnis keluarga Djatiharsono. Tentunya ini bukan untuk pertama kalinya. Entahlah, Naya juga bingung kenapa Agam justru mengajaknya di saat lelaki itu memiliki Nesya.

"Bukan sengaja, Mama. Kan tadi udah bilang, Aldi lupa mulu. Lagian nggak sepanjang itu. Masih panjangan punya Mas Agam." Remaja itu bersungut-sungut seraya memamerkan rambutnya.

Naya terkekeh, dengan mata yang kini menilik pada Agam--membuktikan kebenaran perkataan remaja itu. Memang sih, rambut Agam kali ini sedikit lebih panjang dari biasanya--yang justru terlihat seksi di matanya.

"Udah siap, Gam? Mobil lo di mana, sih? Kok nggak lo aja yang nyamperin gue di kafe?" tanya Naya beruntun saat Agam duduk di sebelahnya.

"Bengkel."

"Kualat itu Kak Ya! Gara-gara nggak mau ngasih pinjem mobil sama aku, terus malah dipake buat nganter Mbak--siapa itu namanya lah yang pernah ke sini." Aldi menyambar begitu saja dengan ekspresi sebal yang begitu jelas tercetak di wajahnya. Remaja itu benar-benar cerewet dan mudah sekali mengeluarkan ekspresi.

"Jangan gitu, Dek. Mbak Nesya juga bakalan jadi Mbak Ipar kamu nanti akhirnya." Ini Tante Reni yang bicara dengan mata yang melotot pada Aldi--yang sepertinya tidak takut sama sekali.

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang