10. Membandingkan

120K 12.5K 520
                                    

No author note wkwk. Cm say sorry karena dunia nyata sedang butuh perhatian.

Jangan lupa vote dan komennya.
Happy reading!

...

"Terserah apa kata kamu. So? Mau mencoba berkomitmen dengan saya?" Gandhi menyeruput espressonya dengan gaya elegan.

"Apa menurut kamu, ada perempuan yang mau sama lelaki yang sudah dikata-katai seperti kemarin?"

Gandhi justru terkekeh kecil. "Itu saya sedang mengetes sifat kamu. Kalau kamu kemarin memaki-maki sampai menyiram saya pakai jus mangga, saya nggak akan berada di sini sekarang."

"Dan menurut kamu, apakah sebuah tes yang kamu lakukan tidak mengubah pandangan saya tentang kamu?" Naya melipat kedua tangannya di depan dada. "Lebih baik kamu cari yang lain saja. Saya tidak tertarik."

"Apa ini semua karena Agam?"

Hah?

Naya mengrenyitkan dahinya bingung ketika nama Agam justru dibawa-bawa. Apa urusannya? Oh, astaga. Apa maksudnya adalah dirinya menolak gara-gara Agam? Haha, lucu sekali.

Meski Naya dan Agam sudah dekat sejak lama, tapi tidak semua keputusan dan langkah yang dirinya ambil itu dari keputusan Agam juga. "Maksudnya?"

"You love him."

Dan detik itu pula tawa Naya pecah. Beberapa pelanggan pun menoleh heran pada dirinya. "Dan kenapa pula kamu menyimpulkan demikian?"

Gandhi mengendikan bahunya. Merogoh saku jasnya, lelaki itu menyodorkan sebuah kertas kecil yang Naya tahu adalah sebuah kartu nama. Lelaki itu mengatakan jika dirinya berubah pikiran, Naya bisa menghubungi nomor itu. God! Untuk kesekian kalinya, Naya betul-betul tidak paham dengan lelaki itu.

Naya menatap kartu nama itu dengan kekehan geli yang tidak bisa ditahan. Sejujurnya pikiran gilanya tadi sudah memengaruhi untuk menerima tawaran Gandhi saja. Tapi nanti takutnya ia tidak bisa semudah itu jatuh cinta pada Gandhi. Sungguh, dirinya bukan tipikal perempuan yang suka menerima lelaki hanya karena dirinya sedang kosong atau yang lebih parahnya adalah sedang patah hati. Itu bukan style-nya.

Yah, mungkin dirinya akan menjadikan Aro saja sebagai pengganti Agam. Meski dirinya tidak yakin kalau lelaki itu akan bisa persis seperti Agam. Naya memaki dirinya sendiri. Belum apa-apa dirinya sudah membandingkan laki-laki lain dengan Agam.

Dan dengan itu pula, Naya jadi sedih karena harus menerima kenyataan kalau Agam sudah menemukan perempuan yang mungkin akan jadi pasangannya. Sedangkan dirinya? Masih sibuk memilah lelaki mana yang setara dengan Agam sebagai ganti.

Pada akhirnya nanti, Agam tidak akan menekan bel unit apartemennya secara beruntun di pagi hari untuk meminta sarapan paling membosankan sedunia, Agam tidak akan pura-pura sakit hanya karena malas nge-gym, dan masih banyak "tidak akan" lainnya yang tidak bisa Naya sebutkan.

Hah, semoga saja Nesya bisa menerima Agam jika nanti perut lelaki itu melendung seperti balon karena malas olahraga.

...

"Djati."

Agam yang sedang fokus menekuri ponsel, mendongak dengan sepasang bola mata berpendar tajam. Meski wajahnya tetap tenang. "Jangan panggil saya seperti itu."

Let's Be Together (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang