Trillionaire Heart, Poor Jimin

968 98 13
                                    

"Bastard Sialan!." Maki Ji Eun, Wanita itu terus saja mengumpati pria yang tadi hampir menabraknya.

"Lihat saja nanti, kalau aku bertemu dengannya akan ku cekik dia sampai mati kehabisan nafas, lalu kucincang habis alat kelaminnya itu!." Ucap Ji Eun penuh emosi.

"Wih, sadis banget." Seseorang bergidik ngeri mendengar semua ucapan Ji Eun.

"Aku sumpahin laki - laki sialan itu impoten!."

Gadis bernama rose sedari tadi  tertawa terbahak - bahak mendengar umpatan dan juga sumpah serapah yang diucapkan oleh Sahabatnya.

Rose merupakan supermodel international yang namanya sudah tersohor di seluruh dunia.

"Apa ada yang lucu, huh?!." Tanya Ji Eun sambil merengut kesal karena sahabatnya itu malah terbahak - bahak seperti itu.

"Kaulah, memang siapa lagi? kau itu dari tadi tidak berhenti merutuki pria itu, pakai acara sumpah serapah segala lagi, kan kasihan kalau sampai sumpahmu itu terkabul." Ji Eun mendengus kesal.

"Ya, Sudahlah terima nasibmu ditabrak pria tampan." Ucap Rose sambil tertawa terbahak - bahak.

Ji Eun semakin merengut kesal saat mendengar ucapan sahabatnya itu "Siapa yang bilang tampan? dia pria paling jelek yang pernah aku temui."

"Kau sendiri yang tadi mengatakan bahwa pria itu tampan."  Ucap Rose mengulum tawa.

"Sudahlah, Aku tak mau membahas pria menyebalkan itu lagi." Ucap Ji Eun "Oh Ya, Bagaimana Hubunganmu dengan Jimin?."

"Well, Hubungan kami baik - baik saja, tapi tidak dengan calon kakak iparku. Wanita itu sangat menyeramkan." bisik Rose pelan, Ji Eun tertawa mendengarnya.

Yah..Siapa yang akan tahu dimana sang cinta berlabuh. Siapa yang akan menyangka kalau sahabatnya itu akan jatuh cinta pada Bae Jimin, Billionaire London dan teman masa kuliahnya.

"Lupakan masalahku. Mari fokus padamu saja, Aku dengar kau akan kembali ke Seoul?." tanya Rose serius pada Ji Eun.

"Yah, mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa terus lari dari kenyataan." Rose mengangguk - anggukan kepalanya karena apa yang diucapkan Ji Eun itu benar.

"Aku menyayangimu dan aku percaya kau bisa melewati semuanya karena aku tahu sendiri kamu sangat kuat." Ucap Rose menyemangati

"Iya, kamu benar." Ucap Ji Eun Kembali ceria.

"Kalau ada laki - laki yang berani macam - macam?." tanya Rose lantang.

"Tendang selangkangannya biar impoten!." Jawab Ji Eun meneruskan ucapan Rose dengan lantang.

Kedua gadis itu melayangkan tendangannya ke udara sambil tertawa lepas, Hanya dengan Rose, Ji Eun bisa begitu terbuka dan mereka juga saling melengkapi satu sama lainnya.

******

Ditempat lain, Sean baru saja tiba di Mansion keluarga Hamilton.

"SUZY!." teriak Sean sambil berjalan memasuki Mansion.

"Sean, kau kebiasaan sekali. Jangan berteriak, Adikmu tidak ada." Ucap Irene santai. Sementara, Jimin langsung bersembunyi dibalik punggung sang kakak.

"Pergi? Ke mana?" Tanya Sean penuh amarah. Irene hanya mengedikan bahu tidak tahu.

"Apa saja yang kalian lakukan selama aku tidak ada huh?! Menjaga Suzy saja tidak becus!." Sean menatap tajam ke arah kedua sepupunya. Irene sama sekali tidak takut akan tatapan yang dilontarkan Sean kepadanya.

"Sudahlah Sean, berhentilah bersikap egois, Sebaiknya kau Izinkan Suzy berhubungan dengan Sehun." Seakan memancing amarah Sean, Irene sama sekali tidak takut menghadapi pria yang ada dihadapannya.

Sean menggeram marah, "Tidak akan pernah," ucapnya tegas dan penuh penekanan.

Jimin yang berdiri di belakang tubuh Irene bergidik melihat wajah marah Sean. Apa Irene benar-benar akan melawan pria gila itu? Apa kakaknya itu tidak sadar jika sudah membangunkan singa yang sedang tertidur?

"Noona, sebaiknya jangan mencari masalah dengan Sean." Jimin membisikkan pendapatnya, siapa tahu saja kakaknya itu mendengarkan usulannya.

"Diam!" Jimin dengan cepat menganggukkan kepalanya kala kakaknya itu menatapnya dengan tajam, membuat nyalinya kembali menciut. 

"Sean, bukankah cinta tidak bisa memilih? mereka berdua hanya merasakan perasaan yang disebut dengan cinta tanpa bisa memilih mana yang boleh dicintai dan mana yang tak boleh dicintai." Irene berusaha bersikap tenang menghadapi Sean yang kapan saja bisa mengamuk.

Sean berdecak kesal "Tapi itu bukan cinta, Noona."

"Lalu apa?."

"Pria itu hanya mempermainkan adikku."

"Sudah mendramanya, Heh?." Ucap Harry sambil menuruni tangga. "Sekarang kita pergi ke Osea Island." Irene, Jimin dan Sean berusaha mencerna apa yang diucapkan oleh Harry.

"Osea Island?." Tanya mereka bertiga kompak, Harry mengangguk.

Ya, Osea Island adalah pulau pribadi milik keluarga Hamilton. Pulau itu merupakan tempat keramat dan kematian karena disini merupakan tempat keluarga Hamilton mengeksekusi semua musuh - musuh mereka. Pulau itu sudah ada sebelum Harry dan Sean lahir. Hanya keluarga Hamilton yang memiliki akses keluar masuk ke pulau itu. Penjagaan disana sangat ketat Bahkan keluarga Bae tidak memiliki akses ke Osea Island.

"Anak buahku sudah mendapatkan wanita jalang itu dan Kita harus membereskan semuanya sebelum Uncle Tau." Ucap Harry santai, Sean mengangguk. Sementara, Jimin mencengkram erat lengan Irene, memejamkan mata rapat-rapat dan merapal doa semoga Harry tidak mengajaknya ikut ketempat menyeramkan itu, membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Jimin merinding.

"kau disini saja." Ucap Harry yang diberi anggukan oleh Irene.

"Jimin, Sebaiknya kau ikut dengan kami." Perintah Harry dengan penuh penekanan kemudian berlalu pergi keluar Mansion diikuti oleh Sean dibelakangnya.

Apakah ini yang dinamakan kesengsaraan atau neraka memiliki saudara kejam dan berdarah dingin? Jika ya. Maka Jimin ingin mengangkat kedua tangannya di atas kamera tanda ia menyerah menghadapi kekejaman semua saudaranya.

Duh Gusti bisa ga aku ngilang aja sekarang juga. batin Jimin.

Trillionaire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang