"Eh, Lan?" Bingung Adrian dengan menjetik jemarinya sebanyak tiga kali didepan wajah Alan.
Alan berdehem sebagai jawaban.
"Lo liatin siapa dah, serius bener." Ungkap Adrian mengikuti arah pandang Alan.
Mata Adrian tertuju kearah gadis yang sedang tertawa lepas bersama teman kelas Ara yang bernotabe orang yang sangat iri pada Alan, dia Nolan, meskipun berstatua sebagai adik kelas itu tak memandang kebencian Nolan kepada Alan, "Ara?" Beo Adrian.
"Dor!" Pekik seseorang dari belakang dengan memukul pundak Alan dan Adrian secara bersamaan bermaksud mengejutkan.
"Eh otak kucing lo pecah anjing!" Latah Adrian reflex.
Aylice tak menahan diri untuk tidak tertawa alhasil tawanya membuat orang yang lalu lalang menutup telinga, sedangkan Alan tersenyum tipis.
"Nge-club nanti malam kuy gue yang traktir." Ajak Aylice seraya menaik-turunkan Alisnya.
"Gue ada tanding." Tolak Alan.
"Tanding?" Beo Aylice.
"Mau ikut?" Tanya Alan.
Aylice mengangguk antusias, "Gue harap lo nggak semakin ngasih gue harapan kalo lo nggak suka sama gue, Lan." Balas Aylice penuh harap.
Alan tersenyum kecut mendengarnya, "Nanti kita kumpul di tempat biasa." Seperti biasa Alan tak menanggapi ucapan Aylice yang seperti itu.
Adrian dan Aylice pun mengangguk.
**********
"Nanta! Bunda ingin berbicara sama kamu!"
"—Nanta, Stop!" Ketus Elent—ibu Alan— dengan duduk santai di sofa.
Dengan malas Alan menoleh, "Apa lagi bun? Alan capek. Baru pulang sekolah."
"Kamu tinggal sama Ayah kamu saja. Kalau sikap kamu begini. Bunda akan pesanin kamu tiket sekarang."
"Bunda yang buat sikap aku begini!" Teriak Alan sudah tak tahan meluapkan kekesalannya.
"—Bunda kira diselingkuhin itu enak?! Kalau Ayah tau gimana?! Ayah kerja banting tulang disana malah Bunda enak-enakan tinggal make sama laki-laki yang selalu Bunda bawa kesini!" Emosi Alan.
Elent terkekeh, "Mau ngelapor kamu?! Jangan harap Tere bakal hidup tenang."
Selalu saja ancaman itu.
"Kenapa harus Tere yang mama jadiin ancaman, huh?!" Tanya Alan muak melihat tingkah ibunya yang tak pernah tak mengancamnya jika Alan tak mengikuti perintahnya.
Elent tersenyum meremehkan, "Hanya itu yang bisa buat kamu nurut sama Bunda."
Alan memutar bola matanya jengah, tak rela melanjutkan obrolan yang menguras banyak tenaganya, "Mau bunda apa? Aku capek mau istirahat."
"Minta uang sama Ayahmu, telpon dia. Bunda lagi butuh uang." Suruh Elent tanpa basa-basi. Toh Alan juga tak suka orang yang bertele-tele.
Astaga! Uang-uang-uang! Selalu saja uang.
"Kan udah dua minggu yang lalu, Bun." Balas Alan berusaha sabar.
"Udah habis buat bunda pake. Telpon sekarang." Kekeuh Elent.
"Nggak!" Ketus Alan tetap pada pendirian.
"Tere? Yakin?"
Alan mendengus kasar, "Oke."
Dengan rasa ogah-ogahan, Alan menelpon Ayahnya, "Halo, Yah.."
"...."
"Aku butuh uang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Avoid Cold Boy // SELESAI✔️
Teen Fiction[COMPLETED]✅ {FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN BIASAKAN BERI SUARA AGAR SAYA NYAMAN UNTUK MENULIS] Bayangkan saja, 1 tahun gadis ini menjauhi kakak kelasnya karena hal sepele, sangat sepele kalau difikirkan oleh akal sehat. Berada di satu sekolah nam...