Ara menepis tangan Alan saat ia ingin mengobatinya, "Nggak usah pura-pura peduli sama aku kalo kamu udah jadian sama orang lain!" Ketus Ara dengan membuang pandang.
Alan tertohok mendengar-nya. Tapi ia tetap saja melanjutkan aksi-nya.
"Udah aku bil—shhh." Ara meringis saat obat itu mulai meresap kedalam luka-nya.
Alan memutar bola matanya, "Terus aja ngeyel!"
Ara terdiam tak niat membalasnya. Tangannya langsung menutup kotak P3K agar lelaki ini berhenti mengobati Ara.
Alan mendengus, "Mau diobatin ato ngobatin sendiri?"
"Perlu nanya?" Ceplos Ara merasa kesal.
"Oke." Langsung saja ia membuka kembali kotak P3K itu terus juga kembali mengobati Ara di bagian pipinya.
"Awss..." Ara meringis. Dengan reflex Alan meniup pelan, "masih?"
Tatapan mereka bertemu, Ara-lah yang terlebih dahulu memutuskan kontak mata mereka.
Hanya gelengan singkat yang Ara beri, "pelanan." Ucapnya.
Dia mengangguk dengan kembali mengobati.
Setelah selesai mengobati di daerah pipi, dia beralih mengobati pergelangan tangan Ara.
Ara memandang wajah Alan lekat, angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya membuat Ara enggan untuk memalingkan wajah.
Membendung rindu yang banyak ternyata nggak semudah berbicara.
Ara sangat suka melihat matanya yang tajam nan bulu matanya yang lentik, jangan lupakan hidung mancung dan bibir tipis merah mudanya.
Ara menarik nafas dalam sembari menggeleng dengan memejamkan mata, berharap untuk sadar kembali posisi dirinya dihati Alan seperti apa.
"Cukup kak, asal kamu tau. Gimana rasanya liat pacar kita mesraan sama cewek lain itu sakit banget." Ucapnya memaksakan diri. Sebenarnya Ara tak kuasa mengucapkan kata terakhir itu 'cewek lain'
Dia berhenti lalu menatap Ara dengan heran. "Biar aku aja, jangan sampe aku salah paham lagi sama kamu." Lanjutnya.
Dan detik itu juga Ara mengambil alih peralatan tanpa berniat menatap lelaki yang dihadapanya ini sedikitpun,
"Shhh.." spontan Ara menjatuhkan obat merah dan perban itu karena perih yang lebih menyengat.
Yatuhan, Ara rasa tangannya ingin dibius saja biar mati rasa sementara agar tak meringis didepan lelaki ini.
"Jangan ngeyel, Ra." Lalu ia membungkuk dan mengambil obat yang berjatuhan tadi.
Ara menahan nafas sejenak saat Alan kembali mengobatinya,
"Pergi kak." Seru Ara memalingkan wajah."Maaf.." Cicitnya.
Ara menatapnya tajam dengan wajah bertanya.
"Maaf karena buat lo kecewa." Lanjutnya.
Ara tersenyum miris untuk dirinya sendiri, "Aku yang terlalu berharap, bukan kamu yang salah. Seharusnya aku yang sadar diri dari awal. Harusnya aku yang buka mata lebar-lebar terus liat sebenernya posisiku dimana." Ujar Ara dengan senyuman parau.
"Maaf..."
"AAAALAANN~" Panggil seseorang dengan suara mendayu dan berlari kecil seperti anak TK.
Ara mendongak mendapati Aylice yang sedang menenteng tas Alan.
"Nyari kak Alan?" Kata Ara bertanya dengan melihat kearah Aylice, dia mengangguk singkat.
"Bawa pergi aja deh, yang jauh kalau bisa." Ucap Ara seraya membuka obat merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avoid Cold Boy // SELESAI✔️
Teen Fiction[COMPLETED]✅ {FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN BIASAKAN BERI SUARA AGAR SAYA NYAMAN UNTUK MENULIS] Bayangkan saja, 1 tahun gadis ini menjauhi kakak kelasnya karena hal sepele, sangat sepele kalau difikirkan oleh akal sehat. Berada di satu sekolah nam...