Alan lagi-lagi melihat Ara yang sedang asik bermain ponsel, jemari lentiknya terlihat sedang menari mengetik sesuatu disana, "Gue ngajak lo kesini buat nemenin gue, Ra."
Ara mendengus lalu mematikan ponselnya, "Iya, gue tau, maaf."
"--Coba gue liat list nya." Tanya Ara, Alan menyodorkan daftar apa saja yang harus mereka beli.
Ara mengangguk-angguk membacanya, "Seharunya ini dikasih sama bendahara. Kok lo ketua disuruh sih?" Tanya Ara heran.
Alan mengidikkan bahu tak peduli. Toh, kalau dia mengikuti jejak kedua temannya karena Aylice sebagai bendahara 1 dan Adrian sebagai bendahara 2 sedangkan wakil ketua diambil dari angkatan kelas sebelas. Aylice dan Adrian berdebat dulu dengan guru mangkanya tugas bendahara diberikan kepada Alan.
Tentu saja Aylice dan Adrian sangat menolak jika disuruh ini itu, mereka tak akan terima. Banyak alasan yang mereka rangkai agar tak diberikan tugas ini dan alhasil semua list yang ditugaskan ke bendahara diberikan semua kepada ketua nya saja.
Jikalau Alan membantah itu akan menghabiskan tenaga saja walaupun semua tugas mereka berdua diberikan kepada siapapun, lebih baik Alan simpan tenaganya untuk dirumahnya nanti karena dirumahnya banyak sekali menguras tenaga sampai-sampai dirinya tak pernah ingin pulang kesana,
Pingin sekali Alan pergi menyusul Ayahnya yang beda negara tapi ini juga soal keselamatan Tere, Alan tak mau egois.
Dulu juga pernah Tere celaka karena ancaman dari ibunya yang tak pernah main.
(Semoga kalian ngerti tentang penjelasan ku.)"G-gue boleh pinjam punggung lo dulu boleh kak?Buat nulis."
Alan mengangguk.
Ara gemetar dengan mendekatkan daftar belanja kepunggung Alan lalu Ara melihat kearah keranjang yang dipegang Alan.
"Makanan? Check."
Saat Ara mengatakan 'Check' ia akan mencontreng bertanda sudah ada.
"Pembersih ruangan? Check."
"Alat tulis? Check."
"Minuman? Check."
"Taplak meja? Check."
Ara melihat semua daftar belanjaan mereka sudah full dengan contrengan, "Selesai, Kak."
Alan mengangguk dengan membawa keranjang mereka menuju kasir
Apa kalian berfikir makanan dan minuman itu kebutuhan ruangan osis? Jadi, ruang osis SMA Gardeka ini mempunyai kulkas khusus ruang osis, jadi setiap rapat anggota osis boleh makan dan minum seperlunya saja beda dengan Adrian dan Aylice, ruang osis menurut mereka ada gudang makanan Free. Setiap olahraga pasti mereka berdua mampir untuk menikmati makanan dan minuman gratis itu, Haha.
*********
"Lo lapar?"
Ara menoleh, "Lumayan sih." Balasnya.
"Mau makan?"
"E-eh? Uang gue udah habis."
"Gue traktir."
"Ngg--"
"Gak terima penolakan."
Ara mendengus pelan lalu mengikuti langkah Alan yang besar ini.
Ara mencekal tangan Alan saat ingin memasuki cafe.
"Nggak usah kak. Gue makan dirumah aja."
"Balasan."
"Balasan apa?" Bingung Ara.
"Makasih."
Meskipun begitu, Ara tetap merasa tak enak. "Jangan disini kak, makanannya mahal-mahal. Di tempat lain aja yuk, kasian uang lo juga."
Alan menarik tangan Ara, "Gue mau disini."
Mereka duduk disalah satu meja pojok belakang. Bukannya ingin macam-macam, entah kenapa Alan sangat suka dengan posisi pojokan itu. Tempat ini juga termasuk cafe langganan Triple.A
Ara melihat daftar menu satu persatu. Astaga, makanan apa sih ini? Harga minumannya saja diatas 25 ribu.
Ara menimang-nimang kalau dirinya belanja dikantin pasti banyak dia dapet snack dan memakannya hingga kenyang.
Bukannya tak pernah makan makanan yang super mahal seperti ini, malah di negara kelahirannya Ara sering kali memakan makanan yang harganya lebih dari ini. Tapi Ara kan lagi ditraktir sama Alan jadi dirinya tak enak hati untuk memesan.
"Jus jeruk aja deh kak."
"Yakin?"
Ara mendengus, "Udah gue bilang, mendingan lo tabung aja nanti kalau ada keperluan lo bisa gunain uang itu. Nggak usah traktir gue, gue ngerasa nggak enak."
"Gue masih punya uang." Balas Alan tenang.
Ara lagi-lagi menghela nafas sabar, "Serah lo deh, Kak."
Alan memanggil pelayan dengan mengangkat sebelah tangannya, "Mas, saya pesan espresso smoothie dua, sushi dua sama orchid bakery nya dua."
Ara kembali melihat menu dan mencari yang disebutkan Alan tadi, matanya melotot sempurna seraya menggeleng-gelengkan kepala, "Gila ya lo kak. Makanan yang lo pesen harganya astagfirullah."
Alan mengidikkan bahu tak peduli, biarkan saja Ara mumet tidak jelas.
********
Setelah selesai makan mereka berjalan menuju prkiran dnegan Alan yang menenteng tas belanjaan perlengkapan ruang osis yang kurang itu.
"Lo mau langsung pulang?"
"Emang lo mau kemana?" Balas Ara dengan bertanya balik.
"Kalau ditanya tuh jawab, bukan malah nanya balik."
"Pulang aja deh. Aneh gue rasanya kalau pake baju kering dibadan."
"Rumah Adrian." Balas Alan dengan menjawab pertannyaan yang dilontarkan Ara beberapa detik lalu.
"Ngapain disana?" Sejak kapan Ara berani bertanya? Dan sejak kapan mereka jadi akrab seperti ini?
"Ngumpul terus ke club."
"Gausah ke Club, kak. Nggak baik."
"Apa pedulinya lo?"
"Gue peduli sama kak Adrian." Ceplos Ara, langsung saja ia menggeleng, "M-maks-"
"Oke." Balas Alan dingin.
"Perasaan tadi agak lembut deh, kok balik dingin lagi? Huft!" Ucap Ara membatin.
•
TBC
Hayooooo gimans?
Next? Vote ya:> komen juga boleh, hihi..
#Triple.N
KAMU SEDANG MEMBACA
Avoid Cold Boy // SELESAI✔️
Teen Fiction[COMPLETED]✅ {FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN BIASAKAN BERI SUARA AGAR SAYA NYAMAN UNTUK MENULIS] Bayangkan saja, 1 tahun gadis ini menjauhi kakak kelasnya karena hal sepele, sangat sepele kalau difikirkan oleh akal sehat. Berada di satu sekolah nam...