11 'ACB' || Uks

2.1K 134 8
                                    

Kini kelas Ara yang akan bertanding, "Ayo Guys! Semangat, kita pasti menang!" Ujar Resya, ketua tim basket putri.

"Kalo ketbasnya ada disini, pasti kita menang." Sahut Linda.

Resya menggeleng, "Kalian juga harus bisa dong. Kerjasama tim diprioritaskan sekarang. Jadi, SEMANGAT!"

"Doa dulu lah guys." Sahut Charly.

Semuanya mengangguk serempak, "Char, lo aja yang mimpin." Charly mengangguk.

"Sebelum kita memulai pertandingan, sebaiknya kita berdoa menurut ajaran dan keyakinan kita masing-masing. Berdoa, mulai!"

Semuanya menunduk dengan melafalkan doa sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut.

"Selesai."

Mereka sama-sama megumpulkan telapak tangannya lalu menggabungnya menjadi satu,  "SEMANGAT MIPA TIGA! WOH!" Teriak semuanya seraya mengangkat telapak tanganya tinggi-tinggi.

******

Alan yang tengah menikmati minum air dinginnya itu terbelalak saat melihat bola basket yang dipegang Thea melambung kearah Ara yang sedang kelimpungan, entah kenapa anak itu.

"Ara! Awas!" Teriak Alan.

Ara berbalik arah melihat siapa yang menyeruaki namanya dengan tatapan heran, wajahnya seperti sedang bertanya 'kenapa?'

Bugh

"Anjing." Umpat Ara.

Kepala yang sudah pusing ditambah lagi dengan hantaman bola basket. Ara sedikit berfikir, salah apa kepalanya? Apa ini ganjaran karena tak sopan kepada Alan? Entahlah.

Dengan berlari sekencang kilat Alan menghampiri Ara yang sudah terkapar memegang kepala. Semua teman-temannya terkejut termasuk para guru.

"Cepat bawa Ara ke UKS!" Titah pak Seo selaku koordinat acara ini.

Saat teman-teman Ara ingin membawa dirinya tapi tangan kekar milik seseorang menghalangi mereka, "Biar gue aja." Balas Alan datar. Semuanya mengangguk.

Ara dibantu berdiri oleh Alan namun setelah beberapa detik Ara melingguh tak suka, "Lepasin!" Hentak Ara membuat teman yang lain melongo.

Alan tetap saja kekeuh pada pendirian, tak melepaskan lengan Ara malah menuntunnya kembali jalan, "Lo denger nggak sih kak? Gue yakin lo nggak tuli."

"What?!" Pekik Thala tak menyangka begitu juga dengan teman yang lain, mulut mereka menganga dengan mata melebar.

Ara mensepak tangan Alan yang berada di bahunya, "Gausah pegang-pegang." Desisnya tak suka.

Saat Alan sedikit melonggarkan tangannya dari bahu Ara, dan.... Ara kembali oleng dan hampir kembali mencium tanah tapi dipegang kembali oleh Alan.

"Kalau dibilangin tuh gausah ngeyel." Ketusnya tapi Ara malah mengindahkannya.

"Kak Adrian!" Ara melambaikan kepada orang yang dirinya sebut.

Adrian yang tengah bersana Aylice pun mengernyit bingung lalu menghampiri Ara di ikuti Aylice.

"Kak Adrian, lo bisa nganter gue ke UKS nggak?"

Adrian sekilas melirik kearah Alan dan Alan malah mengangguk, "Boleh." Balas Adrian

Mengapa Adrian harus meminta izin ke Alan sih?

Melihat itu Aylice tak tinggal diam, "Oh, jadi lo udah bosen sama Alan? Balik lagi ke Adrian?"

"Udah, Ay. Dia lagi sakit." Bela Alan.

"Apa pedulinya lo?"

Skakmatt

Alan diam membisu tak bisa berkata-kata lagi. Sedangkan Adrian dan Ara sudah melenggang pergi. Alan tetap saja terlihat datar walaupun banyak yang melihat aksi heroitnya saat ini.

*******

Sesampainya di UKS ternyata penjaganya cuma 1 orang, yaitu teman Ara sendiri, Lala. "Ada yang perlu gue ambilin lagi? Minyak kayu putih?"  Tanya Lala.

Ara menggeleng, "Gue udah bawa." Lala mengangguk lalu kembali duduk dikursi penjaga seraya memainkan ponsel.

Ara selalu membawa yang namanya minyak kayu putih kemana-mana, dimanapun ia berada wajib ada benda itu misalnya dirinya sedang pusing atau sejenisnya Ara dapat menghirup aroma mint dari minyak kayu putih itu.

"Gue boleh pergi sekarang?" Tanya Adrian.

"Bentar dulu." Cegatnya.

Adrian mengangguk lalu kembali bermain ponsel.

"Kak, gue kok sakit ya?" Tanya Ara melihat kelangit-langit atap.

"Yaiyalah. Kan lo kena timpuk bola basket." Balas Adrian seadanya.

"Ish, bukannya gitu! Apa lo fikir gue terlalu kasar sama Kak Alan?" Tanya Ara sedikit was-was

"Nggak."

"Nggak kasar?" Tanya Ara memastikan.

Adrian terkekeh seraya menurunkan ponsel dari penglihatannya, "Nggak ada lembut-lembutnya."

Apa benar Ara tadi tidak ada lembutnya? Yaampun.

"Lo nyesel?"

Ara mengangguk ragu, "Maybe?"

"Emang sekarang apa yang lo rasain?" Tanya Adrian.

Ara menghembuskan nafas lirih, "Nggak enak karena udah bentak Kak Alan."

"Itu namanya nyesel, Ra." Balas Adrian mengacak puncak kepala Ara gemas

Terlihat Ara dan Adrian sama-sama tertawa renyah. Sedangkan Lala sudah pergi entah kemana, mungkin ada urusan yang lain? Entahlah.

Tanpa mereka sadari ada laki-laki yang tengah memperhatikan mereka tertawa seperti itu. Muka boleh datar tapi hatinya enggak kok, kalian tahu pasti itu siapa kan?

*********

Alan yang tengah duduk direrumputan taman mendongak melihat seseorang yang baru datang. "Ngapain?" Tanya Alan.

Ara duduk disamping Alan dengan berselonjoran kaki, "Lo marah?"

Alan menatap wajah Ara, "Emang keliatan kalo gue marah?"

Jelas saja Ara menggeleng. Marah, kesal, sedih ataupun bahagia Alan dapat mengontrol raut wajahnya dengan sangat baik.

"Maaf." Cicit Ara pelan tapi dapat didengar Alan.

Alan tersenyum sangat tipis, "Gue nggak denger, kerasan." Balas Alan sengaja.

"Maaf." Kini suara Ara sedikit keras.

"Gak denger."

Ara berdecak, "Gue yakin banget kalo lo sebenarnya itu nggak tuli, kak." Ara menarik nafasnya dalam, "Maaf Kak Alan!" Ucap Ara lantang.

Alan melihat kedepan kearah air mancur yang berada tak jauh darinya, "Oke."

"Itu aja?" Dengus Ara bertanya.

"Terus apa?"

"Gapapa, Dingin banget."

"Cuaca?"

Ara menggeleng cepat, "Sikap lo."



















.TBC.

Vote ya~

Maaf ya kalo ngga sreg di part ini. Aku udah baca beberapa kali dan putusin buat publish aja, hehe.

See u next part, cinta👋🏻

@ptriwk
#Triple.N

Avoid Cold Boy // SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang