-20- Walikota Korup

288 106 2
                                    

Ash merenungkan seluruh perkataan Niel barusan. Niel berkata seolah-olah Ash adalah orang yang tidak punya hati. Padahal Ash hanya berkata yang sebenarnya kalau mereka tidak punya waktu. Apa yang bisa mereka lakukan jika besok pagi mereka sudah harus meninggalkan kota ini?

Sebenarnya Ash juga tergiur dengan hadiah yang ditawarkan Quest itu. Dia juga tak tega dengan rakyat di kota ini. Tapi setelah mempertimbangkan beberapa hal, Ash merasa tak masalah jika Quest itu di tolak. Mungkin akan ada petualang lain yang dapat penyelesaikannya.

[Quest]
Anda menerima Quest!
Mona sangat bersyukur atas kebaikan hati Anda telah bersedia membantu warga Didio. Selesaikan quest sebelum anda meninggalkan kota ini.

Pinalti: Kepercayaan Masyarakat kota Didio akan hilang dan Fame anda akan berkurang -150.

"Sialan!"

Ash kebingungan saat notifikasi itu muncul di hadapannya. Ia baru ingat kalau mereka masih memasang mode Party yang artinya apabila seseorang mengambil misi/quest maka anggota lain juga otomatis termasuk di dalamnya. Ash tidak bisa memisahkan diri dari Party, karena kalau ia melakukannya Misi/Quest itu akan terbawa olehnya yang merupakan Ketua Party.

Ash segera keluar kamar lalu menghampiri Niel yang berada di Bar penginapan. Lelaki itu terlihat tengah berbincang dengan Mona sambil bersenda gurau. Sky juga terlihat asik menikmati makan malamnya.

"Niel, kau sungguh mengambil Quest itu?"

"Ash! Cepat duduk disini!"

Ash mengacak rambutnya frustrasi. Semua sudah terlanjur dan misi itu tidak bisa ia batalkan. Ash tak mau terkena pinalti yang membuat Fame nya menjadi Minus. Bisa-bisa ia dikira sebagai kriminal. Kalau begini mau tak mau Ash harus menyelesaikan misinya.

"Apa kita akan membunuh Walikota itu?"

"Sky, jangan bicara begitu," tegur Niel. Mendengar kalimat seperti itu keluar dari mulut anak dibawah umur membuat hatinya terasa sakit. Ia harus melindungi kepolosan Sky.

"Kurasa kita tak perlu sampai membunuh Walikota. Bukankah yang terpenting adalah menyingkirkannya? Kita hanya perlu membuat Walikota itu kehilangan jabatannya. Jika kita membunuhnya, itu termasuk tindakan kriminal. Bagaimanapun dia adalah pemimpin kota ini. Kita akan bermasalah dengan pemerintah pusat."

Niel diam-diam tersenyum mendengarnya. Awalnya memang Ash menolak. Tapi begitu lelaki itu turun tangan, dia akan benar-benar serius melakukannya. Dia adalah lelaki yang bisa diandalkan.

"Apa kalian pernah membuat laporan pada pemerintah pusat? Ini sudah berlangsung selama lima tahun. Apa tak ada tindakan sama sekali?"

"Tidak. Langkah kami sangat dibatasi. Begitu Gridy mengetahui ada pergerakan rakyat yang tidak biasa, dia akan menyingkirkan orang itu."

"Itu benar. Walaupun rakyat melapor, aku rasa tidak akan sampai ke telinga pemerintah pusat. Orang seperti Gridy pasti punya relasi yang membantu menutupi perbuatannya." Niel sudah paham dengan masalah seperti. Kepentingan dalam politik selalu bergerak dengan pola yang sama. Di dunia manapun pasti ada saja pejabat yang bisa disuap.

"Masalahnya tak hanya disitu. Walaupun kita berhasil melengserkan Gridy dari jabatannya, siapa yang akan menggantikan tugasnya? Sebuah kota tanpa pemimpin tak akan bertahan lama," ujar Ash. Dia punya poin penting lainnya. Quest ini tidak mungkin sesederhana itu, lagipula ini quest tingkat C.

"Sebenarnya ada satu orang yang berhak memegang posisi Walikota Didio." Ash dan Niel menatap Mona menanti wanita itu melanjutkan perkataannya. "Namanya Harris, dia adalah anak dari Walikota sebelumnya. Atau dengan kata lain sepupu Gridy. Jabatan Walikota seharusnya diturunkan berdasarkan keturunan langsung, tapi aku tak mengerti mengapa posisi itu berakhir di tangan Gridy."

"Ash."

Ash mengangguk sepaham dengan Niel. Dia rasa ada sedikit kejanggalan disini. Harris seharusnya tahu watak sepupunya dan tidak mungkin membiarkan nasib rakyat menderita seperti ini. Kecuali dia adalah orang yang mementingkan dirinya sendiri.

"Kami akan coba bicara dengan Harris. Dimana kami bisa menemuinya?"

"Harris saat ini mengelola Bar yang berjarak 200 meter dari sini. Bicaralah secara perlahan dengannya. Dia sangat sensitif jika membahas masalah walikota. Bisa-bisa kalian diusir sebelum sempat membicarakannya."

***

Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali Ash meminum minuman beralkohol. Bahkan sejak dirinya menginjakkan kaki di Argatroz, ini adalah pertama kalinya. Ia tak tahu apakah ini saat yang tepat untuk menikmati segelas Bir dingin.

"Alkohol di Argatroz ternyata seenak ini." Niel terlihat kegirangan. Dia sepertinya lupa tujuan sebenarnya mereka kesini adalah untuk bicara dengan Harris.

"Ini terlalu mahal." Ash menyayangkan harga bir yang menyentuh 200 Con per gelasnya. Ia bertekat tidak akan minum lebih dari segelas.

Ash menunggu tempat ini sedikit sepi agar memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Haris. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan banyak pelanggan yang memutuskan pulang. Bar akan kembali ramai begitu mendekati tengah malam.

"Hei, apa tempat ini milikmu?" Ash mencoba mengajak Harris bicara saat melihat pria itu tengah membersihkan gelas-gelas bir pelanggan.

"Ya, namaku Harris. Aku pemilik bar ini."

"Harris? Kalau begitu apa kau anak dari Walikota sebelumnya?" Niel ikut dalam percakapan ini senatural mungkin.

"Ya begitulah." Dari jawabannya yang begitu singkat, memang terlihat Harris seperti menghindari pokok bahasan ini.

"Apa kau tak berniat mengambil posisi Walikota yang sekarang? Kota ini bisa-bisa hancur jika terus dipimpim pria tamak itu."

"Benar! Sayang sekali bir seenak ini dihargai begitu mahal," sambung Niel. Ia sedikit melirik Harris ingin memastikan bagaimana ekspresi pria itu.

"Aku tidak pantas mengisi posisi itu."

Ash saling bertatapan dengan Niel sekilas lalu berkata, "Kau yakin? Kami ini petualang cukup hebat. Membunuh Gridy bukan lah perihal sulit bagi kami."

"Hoho, benar. Aku dengar ada sesuatu yang terjadi lima tahun lalu. Mungkin kita bisa mengorek informasi yang berhubungan dengan saat itu."

Harris menghentakkan gelas ditangan dengan kuat membuat suara gebrakan yang cukup mengejutkan. Beberapa pelanggan yang tersisa sontak menoleh ke arah mereka. Niel bersusah payah menelan ludahnya sendiri lantaran sedikit merasa terintimidasi.

"Aku tidak tertarik. Aku harap kalian segera pergi begitu minuman kalian habis."

Niel menghela napas panjang. Seperti yang diduga, karakter Harris begitu keras. Ia tak akan mudah dibujuk begitu saja. Dia bukanlah tipe orang yang mementingkan kekuasaan.

"Harris! Harris, aku butuh bantuanmu! Kumohon... tolong kami kali ini saja!"

Seorang wanita menyerbu masuk ke Bar milik Harris. Wajahnya memancarkan kepanikkan dan air matanya mengalir deras. Tubuhnya gemetar ketakutan dan ia sedikit tergagap kesulitan untuk berbicara.

"Mona, ada apa? Tenanglah dan jelaskan padaku apa yang terjadi." Harris memegang kedua pundak wanita itu mencegahnya kalau saja tiba-tiba kehilangan kesadarannya.

"Gridy... dia ingin mengeksekusi seorang anak kecil." Wanita itu menutup kedua matanya dengan telapak tangan. Dirinya kembali sesenggukan dan nyaris tumbang namun Niel dengan sigap menangkap tubuhnya.

"Dimana anak itu sekarang?"

-To be continued-


The Land : Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang