Dinda menggeliat bangun dari tidurnya,seperti biasa benda pertama yang diraihnya saat membuka mata di awal harinya adalah handphonenya.Sudah ada beberapa pesan dari Zayn,Dindapun membalasnya.Mereka mulai saling berkirim pesan sebelum mereka bertemu dan menghabiskan waktu bersama hari ini.
Setelah puas bertukar pesan,lengkap dengan kesepakatan untuk memakai jaket bomber warna merah hari ini,Dinda bergegas membersihkan diri,lalu bersiap untuk meninggalkan kamarnya.
Klek___klek____Dinda masih berusaha memutar knop pintu kamarnya agar terbuka,hingga amarahnya meledak saat menyadari perbuatan ayahnya.
Brak____brak____"buka pintunya Pi...buka....!"teriak Dinda sembari terus menggebrak pintu kamarnya
Suara gebrakan pintu kamar Dinda yang begitu keras terdengar hingga lantai dasar rumah bertingkat 2 Salman,juga suara Dinda yang terdengar samar-samar.
Nadya dan Iqbal menatap Kharisma dan Salman yang nampak tegang.
"Mas,sebaiknya cepat buka pintu kamar Dinda!"bujuk Kharisma
"Sebentar lagi,aku belum menghabiskan sarapanku!"Salman terlihat mencoba tenang,meskipun tak bisa menutupi ketegangannya
Kharisma sudah tak bisa menjabarkan betapa resah hatinya saat ini,memikirkan keributan yang akan segera terjadi.Nadya nampak mendengus jengah akan perselisihan Dinda dan Salman.Iqbal kembali tenang menikmati sarapannya,tanpa peduli apa yang terjadi dengan kakak pertamanya itu hingga terkunci di kamarnya.
"Pi...Mi...Iqbal berangkat dulu!"pamit Iqbal,menyalami tangan Salman dan Kharisma
"Hati-hati Sayang!"ucap Kharisma,Iqbal hanya tersenyum menanggapi ucapan Kharisma
"Kak Nadya aku duluan!"pamitnya pada Nadya
"Iya!"jawab Nadya seadanya,kebencian yang diciptakan Dinda membuat Nadyapun kehilangan kepedulian pada Iqbal.Sama seperti Dinda,Nadya menyimpan luka karena kondisi itu,membuatnya hidup dengan rasa hampa di tengah-tengah keluarganya,meskipun Nadya lebih bisa mengendalikan dirinya.
Dinda tak henti menggebrak pintu kamarnya menunggu ada yang berbaik hati membukakan untuknya,sembari berfikir keras bagaimana dia bisa bebas dari kurungan yang diciptakan ayahnya?.
Ceklek____tangan Dinda sudah terasa panas karena menggebrak pintu,dan Salman baru saja membukakannya.Mata indahnya menatap nyalang pada sang ayah yang terlihat tak merasa bersalah.Salman memasuki kamar Dinda dan kembali menutupnya,tanpa membiarkan Dinda keluar.Diluar Kharisma menunggu dengan was-was.Nadya sudah pergi kuliah dengan tatapan sinisnya pada Kharisma tadi.
"Papi keterlaluan!,kenapa Papi mengunci pintu kamarku?"cerca Dinda
"Jaga bicaramu Din!"tukas Salman menuding wajah Dinda
"Kau tidak akan keluar dari kamar ini sebelum kita bicara!"tekan Salman
"Bicara apa Pi?,tidak ada yang perlu kita bicarakan!"tukas Dinda
"Ada Din...ada...!"Salman balas menukas,kali ini dia harus bersikap lebih keras pada Dinda agar mendengarnya.
"Oke,bicaralah Pi!"saut Dinda menunjukkan ekspresi acuhnya,satu tangannya bertolak pinggang tanpa sopan
"Papi mau kau segera menikah!"ucap Salman,membuat Dinda terperangah sesaat,lalu tawanya pecah menganggap ayahnya sedang membuat lelucon.
"Hahaha...apa Pi?,menikah?",Dinda berseloroh dengan wajah gelinya.Salman nampak menahan emosinya yang sudah meletup-letup di kepalanya.
"Baiklah Pi,aku dengan senang hati akan menikah dengan Zayn!"ucap Dinda masih menunjukkan ekspresi kurang ajarnya
"Jangan mimpi kau Din,sampai mati Papi tidak akan mengizinkanmu menikah dengan pria br*ngsek itu!"tukas Salman yang benar-benar diuji kesabarannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Risalah Hati
FanfictionKisah seorang gadis bernama Dinda Kirana, yang selalu membangkang pada sang ayah,harus terpisahkan dengan Zayn Malik,kekasihnya.Karena perjodohannya dengan Rizky Nazar,salah satu karyawan ayahnya yang begitu sempurna di mata ayahnya. Rizky Nazar: Me...