3.Perhatian Ayra

178 11 0
                                    

Ayra masuk kedalam rumahnya dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya, mamanya yang sedang menonton TV pun terheran dengan kelakuan anak gadis semata wayangnya.

"Ay kamu kenapa sayang?" tanya mama.

"Ayra ngga papa ma," jawab Ayra yang masih menampilkan senyum manisnya.

"Ngga mungkin kalau nggak ada apa apa, terus kenapa senyum senyum sendiri?"

"Hehehe mama tau aja kalau anaknya lagi bahagia," jawab Ayra sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

"Sini cerita sama mama ada apa disekolah baru kamu,"

"Emmm ma aku mau tanya nih, mama pernah ngga jatuh cinta sama cowok?"

"Pertanyaan kamu itu aneh banget sih kalau mama nggak pernah jatuh cinta ke cowok mungkin mama nggak ketemu papa kamu terus kamu ngga bakal ada di dunia ini," jelas mama sambil cekikikan.

"Hehehe iya juga sih ma," tersenyum malu.

"Emang anak mama lagi jatuh cinta sama siapa?" tebak mama Ayra.

"Eh mama kok tau sih," jawab Ayra sambil menutupi rasa malunya.

"Iyalah mama juga pernah muda kali,"

"Adalah ma temen pokoknya,"

"Cieee anak baru padahal, udah dapet incaran aja anak mama yang manja ini," goda sang mama tersenyum jail.

"Apaan sih ma,, udah ah aku mau ke kamar aja"

"Polos banget sih anak titisan dari siapa itu, perasaan ngga ada yang menuruni sifatnya deh," batin mama sembari geleng geleng kepala.

Ayra berjalan ke kamarnya dengan cepat takut diikuti oleh mamanya. Dia langsung melemparkan tas nya ke sembarang tempat dan langsung tiduran di kasur empuknya.

"Eh gue belum dapat nomornya
Aduh gimana gue bisa lupa nanya sih tadi. Gue tanya siapa yaaa," kata Ayra bermonolog sembari berpikir.

"Gue tau harus tanya ke siapa!"

Disambarnya tas yang tergeletak dilantai mencari ponselnya dan langsung mengetik nomor yang akan di telfonnya.

"Hallo Gista lo punya nomornya Rafa ngga, penting nih bantuin gue dong please gue butuh banget,"

"Elah apaan sih lo ganggu gue aja cuma gara gara minta nomor Rafa,
sorry gue nggak punya lagian tadi di sekolah kenapa nggak nanya," ketus Gista di seberang telfon.

"Gue lupa tadi," jawab Ayra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Asik sama pemikiran klasik lo sih, berharap sama cowok cupu mustahil tau nggak, masih banyak yang lebih baik dari pada dia. Gue saranin yaa lo itu cantik, keren, kaya, pinter tapi yaa kadang kadang manja sih dan satu lagi lo itu jangan terlalu polos polos lah makanya banyak yang manfaatin lo. Cari cowok itu yang baik, ganteng dan yang paling penting bobot bibit bebet nya harus jelas," omel Gista.

"Bobot ?
Yang kaya pak Bambang guru sejarah itu?
harus setara dengan bobotnya pak Bambang yang gendut itu?"

"Sialan lo gue udah ngomong panjang lebar malah di sepelein, lo belum ngerasain timpukan senjata emas gue?"

"Ngga usah ngegas juga kali suara lo ngalahin toa masjid di komplek gue tau nggak, pokoknya gue nggak mau tau lo harus cariin nomor Rafa secepatnya nanti gue kasih imbalan,"

"Bakso pak ucup sama siomay mbak ijah yaa,"

"Pak Ucup kepala botak?
Mbak ijah bohayy? Siap itu mah,"

"Oke deh," dan langsung mematikan telfon secara sepihak.

"Sialan telfonnya main matiin gitu aja awas aja kalau sampek ngga dapet gue botakin tuh kelapa eh maksudnya kepala biar couple sama pak Ucup"

My Prince Cold Hearted [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang