FLU

534 9 2
                                    

Memasak sendiri bubur jahe membuat ku begitu kesulitan hidung memerah mataku sedikit bengkak, dari pagi syal dan mantel di tubuhku tak pernah lepas, Aku melihat bibi membawa sekeranjang pakaianku yang masih basah untuk di jemur aku tahu dia mencuci kembali semua. Air sudah mengalir pak Danai sudah kembali ternyata semua karena saluran utama tersumbat. Heh aku akui memang sekarang aku sangat bodoh, saluran keran utama sebesar itu tak terlihat semalam oh tuhan.

"Nak,,,,, Rayn.....!!! Nak Rayn!"

"Ya Bi!!"

"Makanan sudah siap! Makan dulu baru tidur lagi, dan jangan menghidupkan pendingin ruangan, flu tidak akan berhenti jika tidak taat!!!'"

"Berhentilah, jangan banyak menasehati ku bi, dengar semua akan baik-baik saja"

"Emm.....jika masih tak ingin menurut maka bibi akan melapor pada nyonya"

Berdecak kesal, aku bangkit dari tempat tidur mematikan pendingin ruangan, keluar dari kamar jika tidak maka bibi akan kembali mengetuk pintu itu membuat ku hampir gila.

Melangkah bosan laptop kerja masih tergelak dalam keadaan hidup, handphone terus berdering mataku terusik saat melihat sebuah plastik tergelak di Mejah kerja, perlahan membuka dengan sedikit ragu, apa itu.
Dua buah kotak makanan berfikir sejenak siapa yang memberi semua ini, apa mungkin bibi tapi bukankah dia bilang kalau makanan di sediakan di Mejah makan.
Bubur ayam spesial, dan Teh jahe hangat.

"Bibi..... Bibi..... Paman Danai!!!"

"Ya nak?"

"Makanan di Mejah siapa yang bawa?"

"Eee...."

Keduanya saling pandang lama menjawab membuat ku pusing, apa susahnya bilang kalau mereka yang membeli kan nya untuk ku, aku tahu mereka takut menjawab karena akan aku marahi, heh.... Sebenarnya aku senang yaaa senang sekali. Dengan semangat aku memakan semua sup favorit ku dan obat yang selalu ibuku berikan ketika jatuh flu.

Karena kekenyangan akhirnya aku tertidur di sofa tak perduli bagaimana keadaan ruang kerjaku yang pasti setelah memakan itu aku merasa begitu mengantuk.

Terbangun, melihat jam di dinding menunjukkan bahwa hari masih siang, itu artinya tidurku hanya berlangsung beberapa menit saja, aku keluar memainkan handphone ku mengecek siapa saja yang terus menghubungi ku.
Tiba-tiba mataku terusik saat melihat dari pintu taman belakang Zara masuk, memakai baju kaos oblong yang kebesaran dengan celana hotpants pendek dia terlihat begitu santai, apa dia tidak ke kantor heh siapa dia hingga harus ikut bolos, aku dengan cepat menghampiri nya namun tiba-tiba flu ku datang kembali, terus bersin.

"Bibi....."

"Ya nak?"

"Bi, apa dia tidak ke kantor hari ini?"

"Nak Zara baru pulang setengah jam yang lalu, dia juga yang membawa kan sup ayam spesial dan Teh jahe itu, dia bilang kalau pekerjaan kantor sudah selesai dia pulang untuk mengangkat jemuran"

"Hah..... Seberapa penting baju-baju nya itu, bahkan tak bermerek sama sekali!!"

Ejek ku kesal, apalagi setelah mendengar kalau sup yang tadi ku makan sampai habis adalah sup pemberian nya. Aku menghampiri nya.
Wajahnya menatap ku bodoh, seperti manusia yang tak berdosa berlalu begitu saja, menarik tangannya kembali hingga pakaian di tangannya terjatuh.

Sesaat tatapan itu berubah dia mengabaikan ku dan mengambil kembali pakaiannya, apa yang terjadi kenapa dia tak tertarik untuk berdebat, oh yaaa aku mengerti jangan bilang dia mulai kasihan karena aku jatuh sakit well bukankah aku terlalu percaya diri. Aku terus kesal terhadap nya hingga mengikuti nya masuk ke kamar, matanya menatapku kaku tentu dia tak suka dengan perlakuan ku seperti itu.
Tapi sampai beberapa detik kemudian hingga hampir satu menit dia tak menunjukkan reaksi apapun.
Oh ya mataku terusik saat melihat pemandangan di kamar dimana dia tempati, ya beberapa album lukisan tergeletak di lantai semuanya gambar motif bikini, bahkan beberapa di antaranya gambar gaun.

SHE IS MY WIFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang