Ini akhirnya

138K 10.3K 725
                                    

Jangan buat seseorang mencintaimu
Jika kamu tidak bisa mencintainya
----¤¤¤----

[Delapan belas]

Entah mengapa setelah semuanya tahu tentang pernikahannya, Mentari merasa sangat tidak enak, kepada siapa, ia juga tidak tahu. Mentari tidak tahu cara menjelaskannya.

Rasanya ... seperti khawatir tentang sesuatu yang membuatmu merasa sangat bersalah namun disisi lain, kamu padahal tidak sedang melakukan apa-apa. Itu sangat membingungkan.

"Aarggh!" Mentari mengerang pelan, pusing dengan pikirannya sendiri.

"Lo ngapain sih?! Lo takut dimarahin bang Baskara?" Alvino merangkul bahu Mentari yang masih terduduk ditempatnya bermain tadi.

Baskara pergi dalam diam setelah ucapan Sintya tentang pernikahannya terlontar, Laras pun langsung mengikuti tanpa berniat pamit pada Mentari dan Alvino. Sedangkan Sintya meringis merasa bersalah karena sadar ucapannya itu bukanlah hal yang Mentari inginkan, kemudian pergi setelah meminta maaf.

"Emangnya tuan Baskara bakalan marah?"

Alvino berpikir sebentar, "Yaa ... tergantung perasaannya."

"Perasaan apanya?" tanya Mentari bingung.

"Bang Baskara suka sama lo, dan gue tau lo juga pasti suka sama dia, jadi ya kemungkinan bang Baskara marah pasti ada."

Mentari menjauhi Alvino, berusaha berdiri. "Gak mungkin. Tuan Baskara jelas-jelas gak suka sama aku. Dia ... nolak waktu aku nyatain perasaan. Padahal tuan Baskara satu-satunya pertimbangan buat aku nolak rencana pernikahan itu."

Alvino mengerutkan alis. Baskara menolak Mentari? Apa ia salah melihat perhatian Baskara pada Mentari selama ini?

"Masalah lo ribet! Gak ngerti gue cinta-cintaan begini. Gebetan gue aja gue tembak nolak mulu. Udahlah gue pulang aja." Alvino mengacak rambutnya kemudian berlalu pergi, menggerutu pelan tentang sesuatu yang Mentari tidak tahu.

"Terus aku harus gimana dong?" tanya Mentari pada dirinya sendiri. Berdiri diam sendirian dan bingung dan tidak tahu harus bagaimana dan otaknya sekarang buntu dan masih banyak lagi.

Mentari memutuskan untuk memasuki mansion, melihat semua lampu sudah menyala karena sudah pukul enam sore. Para pelayan sedang memasak untuk makan malam, dan Mentari memutuskan untuk kembali ke kamar saja karena memasak bukanlah pekerjaannya.

Bibi Nolan tidak mempercayainya masalah masak-memasak dan pun hari ini dia dibebas tugaskan karena sakitnya.

Otaknya sebisa mungkin ia tahan untuk tidak memikirkan Baskara. Memangnya untuk apa? Berkali-kali ia menjelaskan pada dirinya sendiri bahwa Baskara milik Laras, Baskara tidak menyukainya, Baskara tidak akan bersamanya. Semuanya sejelas itu namun sekarang Mentari dengan bodohnya resah karena menganggap Baskara tidak senang karena kabar pernikahannya.

Mentari bodoh tidak punya otak! Masalah sesimple itu dan otaknya yang kusut tidak bisa menyelesaikannya? Sekali lagi, Mentari bodoh!

Tarik napas ... buang ....

Baskara sudah memilih perempuannya. Dan Mentari sudah memiliki masa depannya. Sampai sini Mentari sudah paham semuanya. Tidak ada yang salah. Semuanya sudah terkendali. Kecuali hati sialannya ini, Mentari akan mengurusnya nanti saja.

Sekarang ia butuh istirahat.

Mentari memasuki kamarnya dengan tubuh dan jiwa yang sudah letih, menutup pintu pelan kemudian menguncinya. Mentari baru saja akan berbalik dan berbaring di ranjang namun seseorang lebih dulu membekap mulutnya. Matanya melotot saat melihat Baskaralah yang melakukannya.

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang