Mimpi buruk Mentari

155K 9.4K 599
                                    

Part ini mengandung unsur dewasa 🔞. Mohon bijak dalam membaca dan untuk anak di bawah umur, kalian bisa skip aja part ini.

[Dua puluh]

"Biar gue aja."

"Itu pakaian gue, gue yang cuci."

"Lo ga usah beresin kamar, udah gue rapiin."

"Hari ini jadwal kuliah online lo, kan? Pake laptop gue aja."

"Gue pesen soto sama es campur, buat lo, gue udah kenyang."

Mentari memakan sotonya dengan pelan, berpikir keras ada apa dengan dirinya juga Baskara hari ini. Tadi pagi ia terbangun dengan perasaan aneh, entah apa, tapi sesuatu dalam dirinya terasa berbeda.

Dan Baskara yang berubah drastis dari tuan galak menjadi tuan super baik dan mandiri, membuatnya sedikit curiga.

Semua yang seharusnya Mentari kerjakan, Baskara ambil alih. Merapikan kamar, mencuci baju, membelikannya makanan hingga tersenyum sepanjang hari kepadanya.

Itu sungguh super aneh, Mentari bukannya tidak suka akan perubahan Baskara, tapi itu membuatnya tidak nyaman. Baskara bertingkah seolah-olah sedang menginginkan sesuatu darinya, dan ia tidak tahu.

Hati Mentari masih mengingat dengan jelas semua ucapan menyakitkan dari lelaki itu.

"Aku tidak pantas dinikahi oleh seseorang? Emangnya siapa dia bisa mengatur takdirku?!" Mentari menggenggam erat sendok ditangannya.

"Membayar 5 juta untuk meniduriku? Dia pikir aku cewek murahan?! Bajingan itu! Tunggu sampai besok dan kamu bukan tuanku lagi!"

Mentari menyesal mengingat kembali cacian Baskara, hatinya kembali berdarah sekarang. Bibir Mentari bergetar, kemudian terdengar isakan kecil. Ia menangis pelan dengan tangan masih menyuapi soto yang tersisa sedikit.

"Gak seharusnya dia hina aku kayak gitu, emangnya segitu bencinya ya dia sama aku, sampai semua cowok yang deketin aku dia hasut buat menjauh? Jadi pelayan kan halal." Mentari mengunyah sembari menyusut air matanya.

Ngomong-ngomong soto ini enak, batinnya. Sangat jarang Baskara memberinya makanan secara cuma-cuma, jadi sayang kalau tidak dimakan, kan?

Mentari menghela napas berat saat melihat soto yang ada dimangkuk sudah habis. Pikirannya kembali berkelana.

Mentari selama ini hanya berbicara seperlunya dengan Baskara, ia bukan perempuan baik yang pemaaf dan menyabar. Dan Baskara sudah merendahkannya dengan cara yang paling menyakitkan, Mentari tidak terima itu.

Dirinya berharga, ia pantas mendapatkan lelaki baik untuk menjadi suaminya. Dan yang lebih penting Fajar menerimanya apa adanya, itu sudah cukup. Walaupun masih tidak ada cinta antara mereka, itu bisa mengikuti nanti ketika semuanya sudah berjalan.

Mencintai Fajar pastinya tidak akan sulit, kan? Fajar adalah lelaki baik dan tahu caranya memperlakukan seorang perempuan. Tidak seperti tuan mudanya saat ini. Sangat arogan, Mentari bersumpah tidak akan memaafkannya dengan mudah.

Jangan pikir derajatnya jauh di atas Mentari dan Baskara bisa menginjak-injak harga dirinya. Ia lebih dari yang Baskara pikirkan.

"Mentari, tolong temenin ke depan ya? Ada yang perlu gue beli." Mentari memandang Baskara yang muncul tiba-tiba dengan datar.

Sebenarnya Baskara tidak datang tiba-tiba, tapi Mentari tahunya begitu karena Baskara sudah memperhatikan Mentari sejak pagi hingga siang ini secara diam-diam. Mentari tidak boleh pergi.

"Maaf, Tuan. Aku lagi makan."

Sejak kapan tuannya itu meminta sesuatu dengan diawali kata 'tolong'? Cih! Mentari berdecak pelan.

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang