Restu bunda

132K 8.5K 583
                                    

[Tiga puluh tiga]

Pagi berikutnya, Mentari dibuat melongo saat melihat kehadiran bu Rumi serta suaminya yang berdiri dengan senyum simpul di depan rumahnya. Mungkin jika hanya itu ia bisa menyambutnya dengan gembira, namun saat permintaan pak RT dan ibu RT untuk menjaga puteri kesayangannya selagi mereka menghadiri pertemuan di luar kota, Mentari harus terpaksa menyetujui dengan senyum kakunya. Ingat, Mentari ter-pak-sa!

Dan lihatlah sekarang, gadis 15 tahun itu sudah menganggap rumahnya seperti rumah sendiri dengan tidak tahu malu.

Dengan santai, Safira memakan camilan yang ia bawa dari rumahnya di atas sofa, menonton acara kartun dengan mata menatap lekat ke depan tv.

"Kak, tolong ambilin air dingin dong. Tenggorokan Safira seret nih."

"Ambil sendiri!" jawab Mentari sambil mengaduk nasi gorengnya.

"Jauuh, tangan Safira gak sampai," keluh Safira dengan wajah memelas, tangannya menggapai-gapai ke arah pendingin namun tidak mencoba mengubah posisi duduknya di sofa.

Gimana bisa sampai, kalau gerak aja gak mau!

Mentari memutar bola mata tak acuh, masih fokus pada nasi goreng buatannya. Kelakuan Safira sudah merusak suasana hatinya yang mulanya cerah menjadi mendung, dan sekarang gadis itu bertingkah seolah-olah nyonya dirumahnya.

"Pagi, Mentarinya Baskara."

Mentari tersentak saat merasakan pelukan diperutnya dan kecupan ringan dilehernya. Dari aroma khas yang Mentari hapal luar kepala, ia tahu bahwa tubuh hangat itu milik suaminya.

"Pagi," balas Mentari bersemu dengan senyum kecil.

Dengan mulut ternganga Safira memandang pasangan baru itu dengan air liur hampir menetes ke lantai. Bukan karena keromantisannya, tapi lebih karena tubuh setengah telanjang milik Baskara.

Bahunya yang kekar, kulit eksotik dan lengan dengan otot kencang.

"Wow ...." bisikan itu berhasil keluar dari tenggorokannya yang tercekat.

"Bang Baskara kapan jadiin Safira isteri kedua?!" seru Safira, berdiri dengan toples camilan dipelukannya.

"Kak!!" sentak Mentari berbalik, menatap Baskara yang hanya memakai celana pendek tanpa atasan. "Pake bajunya!!"

"Jangan! Aku belum puas lihat!" larang Safira histeris.

Baskara menatap Mentari dan Safira dengan wajah bingung. Tangannya yang masih melekat dipinggang Mentari terlepas saat isterinya itu mendorongnya ke kamar.

"Pasang gak?! Kalau gak, aku gak mau lagi tidur sama Kak Baskara!" ancam Mentari yang langsung membuat baskara masuk ke dalam kamar tanpa mengeluarkan bantahan.

"Eeh, mau kemana kamu?" Mentari menarik lengan Safira yang akan mengikuti Baskara masuk ke dalam kamar.

"Ituu, bang Baskara ke sana ...."

"Gak boleh! Kamu balik nonton tv aja."

Safira cemberut, kembali duduk di sofa dan memeluk toples camilannya. Memandang Mentari yang sedang mengatur piring berisi nasi goreng di meja makan dengan serius.

Ia mendengar cerita tentang pengantin baru itu dari ibunya, menikah diusia muda dan memilih tinggal berdua tanpa didampingi orang tua. Safira mengkhayal, nanti, ia akan menikah muda juga dengan orang yang ia cintai dan mencintainya. Hidup sederhana seperti Mentari dan Baskara, dan bahagia selamanya.

Tapi yang harus ia lakukan pertama-tama adalah, mencari lelaki yang bisa ia ajak menikah muda.

"Kak?" panggil Safira, Mentari tak menjawab, pura-pura sibuk mencuci piring.

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang