Kecupan tengah malam

165K 10.9K 567
                                    

[Sembilan belas]

Pekerjaan yang sebelumnya terasa ringan Mentari rasakan berat pada akhir-akhir ini. Empat hari telah berlalu setelah kejadian menguras emosi bersama Baskara, dan sekarang Mentari merasa bekerja menjadi pencuri alih-alih seorang pelayan.

Bagaimana tidak, setiap pekerjaan yang ia lakukan, Mentari harus melakukan perhitungan yang akurat terlebih dahulu agar meminimalisir pertemuan dengan tuan-nya tersebut. Dan merapikan kamar Baskara adalah bagian yang paling sukar ia lakukan.

Mentari harus bangun sangat pagi untuk merapikan kamar Baskara selagi sang empunya melakukan olah raga di ruang gym yang beberapa hari lalu dibuat. Dan Mentari sangat bersyukur karena selama empat hari ini ia sama sekali tidak sedikitpun bertatap muka dengan Baskara.

Sungguh, semuanya seperti begitu dimudahkan untuk upayanya melupakan Baskara. Dan sekarang Mentari kembali ke kegiatannya merapikan kamar dengan aura mencekam itu.

Oke, mari kita mulai.

Sebelum itu Mentari bersembunyi dibalik dinding, melihat jam yang tergantung di dinding di depannya dan mulai menghitung. Kurang dari tiga menit lagi tepat pukul lima pagi, dan berarti sebentar lagi Baskara akan keluar kamar untuk olah raga dan kembali satu jam setelahnya.

"Kamu bisa Mentari!" bisik Mentari seperti hari-hari sebelumnya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Bunyi pintu dibuka membuat Mentari menegakkan badannya untuk berlindung dibalik di dinding. Kemudian derap langkah menjauh menjadi tanda bahwa Baskara sudah berlalu pergi.

Mentari mengintip. Sudah aman. Kemudian berlari kecil memasuki kamar Baskara yang pintunya tidak tertutup.

"Cepat cepat cepat!" Mentari merapikan ranjang Baskara lebih dulu, mengatur bantal dan guling serta melipat selimut tebal yang terlihat kusut.

Setelah selesai, Mentari menyusun buku-buku yang berserakan dimeja kaca depan sofa hitam dan meletakkannya dimeja pojok ruangan, semacam meja belajar namun lebih mirip meja kerja. Entahlah itu tidak penting.

"Cepat Mentari!" Mentari menggerutu kesal.

Memungut baju kotor Baskara yang Mentari maki karena begitu banyak dan berserakan.

Kemana tuannya yang pembersih selama ini? Mentari meringis melihatnya. Dan dengan gerakan gesit Mentari sudah mengumpulkan semuanya, memeluk keranjang cucian itu kemudian berjalan menuju sofa yang di sana tersampir handuk kecil.

"Jorok! Dia gak tau fungsi keranjang cucian ya?!" geram Mentari, meraih handuk itu namun kalah cepat dengan tangan besar yang lebih dulu terjulur meraihnya.

Itu Baskara, yang tadi sudah pergi dan kembali lagi karena melupakan benda kecil itu. Membuat Mentari hampir kejang-kejang karena saking terkejut. Entah Mentari harus mengumpat pada siapa saat ini, pada handuk itu, Baskara atau dirinya sendiri?

Baju pelayannya terasa lebih tipis hingga Mentari mampu merasakan jelas aura panas dibelakang tubuhnya, membuatnya menahan napas dan membatu dengan kedua tangan memeluk keranjang erat.

Apalagi punggung Mentari yang bergesekan langsung dengan dada bidang Baskara, hingga bernapas saja rasanya sulit untuk dilakukan.

Pergi pergi pergi. Batin Mentari komat kamit seperti hendak mengusir setan.

Dan Baskara yang entah disengaja atau tidak, menunduk mensejajarkan tingginya dengan Mentari, berpegangan pada bahu sofa kemudian bernapas pelan tepat di samping wajah Mentari membuat hawa hangat di sana.
kemudian berdiri dan keluar begitu saja tanpa berkata-kata.

Mentari yang seperti terhipnotis, hanya pengerjap pelan dan terduduk disofa merasakan kakinya yang lemas. Tangannya masih memeluk keranjang cucian yang aroma tubuh pemiliknya masih melekat kuat dan menyusup lembut melewati hidung Mentari.

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang