Cerai?

166K 9.8K 381
                                    

[Dua puluh enam]

Baskara dan Alvino duduk dibangku panjang yang ada di seberang jalan rumah Mentari. Sudah pukul 4 sore namun Mentari masih saja tidak ingin melihat wajah Baskara.

Setelah Baskara menyapa Mentari saat gadis itu terbangun dari pingsannya, Baskara tidak menyangka akan mendapatkan tendangan diwajahnya, tepat diwajahnya membuatnya terjungkal ke belakang. Sialan, Baskara terus mengumpat dalam hati saat mengingatnya.

Tidak hanya mendapat tendangan bebas, telinganya yang berharga juga mendapat bonus teriakan nyaring dari bibir gadis yang adalah isterinya itu. Bayangkan saja, mereka baru beberapa jam sah menjadi suami isteri namun sudah bertengkar layaknya pegulat.

Alvino menghela napas panjang, lagi. "Lo tau nggak---"

"Nggak." jawab Baskara cepat memotong ucapan Alvino.

"Lo gila banget sumpah! Bunda sama ayah nelpon mulu nanyain lo. Kayaknya riwayat gue bakalan tamat pas nyampe sana nanti." ucap Alvino mendesah panjang.

"Ya lo ngapain ngirim foto gue, goblok! Gue niatnya bakalan jelasin pelan-pelan sama mereka." Baskara mendengus keras, menahan diri untuk tidak menendang Alvino.

Ia saja tidak menyangka akan langsung menikahi Mentari saat itu juga. Tidak ada persiapan apapun yang ia lakukan, jas hitam yang ia pakai hasil rampasan dari bodyguard Alvino, sedangkan mahar yang ia berikan untuk Mentari adalah jam tangan yang ia gunakan seharga hampir setengah milyar.

"Ayah kayaknya gak bakalan setuju deh." tebak Alvino takut-takut.

Baskara menatap sepupu yang lebih muda tiga tahun darinya itu dengan tajam. "Gue tau." balasnya kemudian berpaling menatap jendela kamar Mentari yang terlihat dari tempatnya duduk.

"Kira-kira Mentari bakalan benci gue berapa lama kalau gue buat kesalahan sama dia?" Baskara bertanya pada Alvino tanpa memutuskan pandangannya pada jendela kamar Mentari.

Mengingat kembali kelakuan bodohnya yang hampir merenggut kesucian gadisnya. Ia pantas dibenci, tapi ketika melihat Mentari ketakutan padanya juga bukan hal yang ia sukai.

Baskara tidak suka jika Mentari membencinya, walaupun itu pantas.

Baskara menginginkan Mentari dihidupnya, begitu juga sebaliknya-- ya mungkin sebelum kejadian laknat itu ia lakukan, tapi Baskara berharap Mentari tetap mencintainya.

Alvino membasahi bibirnya sebelum menjawab. "Tergantung seberapa besar kesalahan lo. Oh iya, kenapa Mentari sampai takut gitu waktu sadar itu lo? Bukannya kalian sama-sama saling cinta?"

Alvino menatap sisi wajah Baskara disertai tanda tanya besar dikepalanya. Bingung dengan hubungan dua orang yang sudah sangat dekat dengannya itu.

"Gue yang salah." Baskara menunduk, mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan. "Gue hampir perkosa dia, dan luka tusuk gue waktu itu dari Mentari."

Alvino tanpa sadar berdiri, menatap Baskara dengan mata melebar dan mulut ternganga. Telunjuknya mengacung ke arah Baskara. "Jadi orang gila yang lo maksud itu Mentari?!"

Alvino berbalik badan kemudian menutup mulutnya tidak menyangka, sebelah tangannya menolak pinggang. "Anjir anjir anjir! Parah banget lo. Pantes lah Mentari takut banget lihat lo, anjing!"

Alvino menendang sepatu Baskara hingga terpental. "Brengsek banget lo, bangke! Bunda bakalan kecewa banget sama lo kalau dia tau kelakuan lo, terutama keluarga Mentari, mereka bakalan langsung ngurus surat cerai buat kalian."

"Sialan." desis Baskara, hatinya memanas mendengar ucapan Alvino.

Bercerai dengan Mentari katanya? Mimpi saja!

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang