Mansion Raharja

118K 7.8K 241
                                    

[Empat puluh lima]

Mentari lebih banyak diam sepanjang perjalanan pulang ke mansion Raharja, duduk sejauh mungkin dari Baskara di dalam mobil mahal yang sebenarnya membuat perempuan itu penasaran dan ingin menanyakannya langsung pada suaminya.

Jika benar mobil ini dibeli oleh Baskara, Mentari akan benar-benar memberikan lelaki itu makan dengan lauk ikan asin. Mereka ini miskin, jadi tidak perlu terlalu banyak gaya dengan membeli barang mahal. Boros.

"Say---"

"Jangan ngomong!" potong Mentari lebih cepat. Lelaki itu juga tidak perlu terlalu banyak membual dengan kata-kata sayangnya. Mentari muak.

Baskara menghela napas panjang, kembali fokus pada jalanan yang kini hanya dilewati oleh mobilnya. Pohon-pohon tinggi dengan ukuran dan jarak yang sama membentang sepanjang jalanan membuat Mentari terkagum-kagum memandang keluar jendela.

Pohon-pohon itu seperti hanya di-copypaste dan itu sungguh luar biasa dimata Mentari. Butuh waktu lima menit sejak Baskara memasuki jalanan dengan taman hijau dikiri-kanannya hingga mereka sampai di depan gerbang tinggi besar berwarna hitam pekat.

Baskara membuka kaca mobil dan menekan sebuah remot kontrol, pintu gerbang di depannya langsung terbuka. Baskara menekan gas dan memutari air mancur untuk sampai di depan bangunan dengan ubin dan dinding berwarna putih bersih. Oh, dan atapnya berwarna hitam seperti gerbang yang mereka lewati tadi.

Mentari terkagum, mansion ini bahkan lebih mewah daripada mansion Adhyastha.

"Mmh, ini beneran mansionnya kakek Kakak?" Mentari bertanya dengan nada dibuat sedatar mungkin agar terlihat tidak terlalu tertarik.

Baskara menoleh dengan senyum tipis, keluar dari mobil tanpa menjawab dan berputar untuk membukakan pintu untuk isterinya.

"Silahkan Tuan Puteri," ujar Baskara melipat sebelah tangannya di depan tubuh, memperagakan diri seperti pelayan.

Mentari berdecih, tuan puteri katanya? Mentari ingin lebih dari itu.

"Aku gak pantes jadi ratu, ya?" tanya Mentari yang membuat Baskara gelagapan.

Apa masalah sekecil itu harus dipermasalahkan? Mereka bahkan bukan keluarga kerajaan sungguhan.

"Ah, maafkan Raja, Ratuku," ralat Baskara mencoba tersenyum sangat manis.

"Hm," jawab Mentari pendek, keluar dari mobil dibantu oleh Baskara. Para pelayan wanita dan pria yang memakai pakaian hitam putih sudah berjejer berdiri di depan teras, seolah sedang menyambut kedatangan mereka. Atau para pelayan itu memang sedang menyambut kedatangan mereka berdua?

"Ayo masuk, Kakek udah nunggu kita," ajak Baskara, menggenggam telapak tangan mungil milik Mentari.

Mentari menurut, mereka berdua berjalan mendekati para pelayan itu dan mendengar ucapan serempak yang membuat Mentari terkejut sekaligus terheran-heran.

"Selamat datang Tuan Muda Raharja dan Nyonya Muda Raharja."

Tuan dan nyonya Raharja? Apa yang mereka maksud aku sama kak Baskara? batin Mentari ragu-ragu.

"Tuan besar sudah menunggu di dalam. Mari saya antar Tuan Muda, Nyonya Muda." Pelayan yang sudah beruban dengan tubuh tegap itu merentangkan sebelah tangan menghadap pintu besar yang terbuka lebar. Mempersilakan Baskara dan mentari untuk memasuki mansion.

"Wow," bisik Mentari tanpa sadar, ternganga melihat luasnya hall yang menjadi lantai pertama yang mereka pijaki. Pilar-pilar, lantai, dinding dan langit-langit didominasi oleh warna emas dan putih, guci mewah berbagai ukuran tersebar disetiap sudut dan ada tiga lampu kristal besar di atas mereka.

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang