Ratapan singa betina

128K 8.3K 334
                                    

[Tiga puluh lima]

Dengan bra sport yang basah oleh keringatnya dan celana pendek jauh di atas lutut, Mentari berjalan menuju dispenser dan mengambil air, meneguknya dengan rakus.

Sedangkan Baskara kini sudah duduk dimeja makan dan menuangkan sereal dan susu ke dalam magkuk, memakannya tanpa melirik Mentari sedikitpun.

"Jangan makan dulu, Kak. Kita lanjutin lagi," ujar Mentari merampas mangkuk yang penuh dengan sereal milik Baskara.

"Gak! Lo juga gila kali, ajak gue senam aerobik siang bolong begini. Panaaas!"

"Ini masih jam 9, masih pagi. Ayok, ah! Katanya mau lihat aku seksi, yaudah, temenin aku nurunin berat badan dong. Ya?" rayu Mentari, duduk dipangkuan suaminya dengan senyum manis.

Baskara menatap Mentari sebentar, kemudian memutar bola mata. Sudah tak termakan oleh bujuk rayu isterinya yang beberapa hari belakangan ini sangat bersemangat mengajaknya olahraga.

"Tetep gak. Lagian lo udah seksi kok," komentar Baskara, sebelah tangannya memijat dada menonjol milik Mentari. "Cuma gendutan dikit doang," lanjutnya lagi membuat Mentari dengan cepat turun dari pangkuan suaminya.

"Itu namanya tetep gendut, kan?! Udahlah, Kak Baskara emang udah gak cinta lagi sama aku. Besok pokoknya aku mau beli obat diet!"

Percayalah, keduanya sudah tak ragu lagi saling menunjukkan sisi buruk mereka setelah usia pernikahan mereka semakin lama. Tiga bulan berjalan semenjak ijab qabul Baskara ucapkan, Mentari bahkan sudah berani mengunci Baskara di luar rumah.

Itu berawal dari motor baru dan mesin cuci, Baskara memang membelinya dengan mudah, ia memiliki cukup banyak uang untuk itu semua. Namun Mentari yang masih belum tahu jika dibohongi dengan 'kemiskinan palsu' itu, luar biasa marah dan meminta kedua barang itu untuk dikembalikan.

Baskara bilang tidak apa-apa, itu hanya barang kredit dan mereka bisa mencicilnya kapan saja, sedangkan Mentari tetap keras kepala tidak ingin memiliki hutang dan masih kuat jika harus mencuci dengan tangannya.

Dan jadilah mereka tidak saling bertegur sapa hingga tiga hari. Tapi itu sudah berlalu, kini mereka kembali dengan perdebatan kecil lainnya.

Mentari melepas sepatu olahraganya dengan kesal, melemparnya keluar kamar hingga menghantam pintu belakang yang ada di samping pendingin. Sudah hilang minat untuk kembali olah raga jika tidak ditemani Baskara.

Dasar suami gak pengertian! Gak peka!

"Pokoknya aku bakalan pergi beli obat diet besok! Gak usah larang-larang aku segala! Gak perlu anter-anter juga! Aku bisa sendiri!"

Baskara yang mendengar bentakan itu berusaha menahan tawanya, ia kembali meraih mangkuk serealnya dan memakannya dengan diiringan omelan Mentari.

"Oh, aku tau sekarang!"

Brrfff!

Baskara menyemburkan sereal yang ada dimulutnya karena terkejut melihat Mentari yang tiba-tiba muncul bertolak pinggang dengan hanya menggunakan handuk di depannya.

Apalagi sekarang? batin Baskara penasaran menantikan drama selanjutnya.

"Kakak sengaja kan beliin aku banyak makanan malem-malem biar aku tambah gendut?" tuduh Mentari mengacungkan jari telunjuknya dengan mata menyipit.

Baskara mengusap mulutnya, mengangkat tangan untuk membela diri. "Tunggu, tunggu. Itu bukannya lo yang minta ya? Kan lo yang malem-malem minta dibeliin donat lah, sate lah, ini lah, itu lah. Kok sekarang jadi gue yang salah?"

"Jadi sekarang aku yang salah?!" Mentari semakin marah.

"Harusnya Kakak nolak dong, waktu aku minta ini itu. Kakak tau kalau semua yang aku minta itu tinggi lemak dan karbohidrat! Harusnya Kakak larang aku biar aku gak tambah gendut!"

Unpredictable Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang