26

78 9 0
                                    

Ryujin hanya menatap jendela dengan pandangan kosong.

Cklek.

"Ryujin?"

Ryujin menoleh, "Bunda?"

Bunda tersenyum, menghampiri Ryujin, "Gimana keadaan kamu sayang? Ada yang sakit?" tanya bunda sambil menyimpan keranjang buah di atas nakas.

"Masih sedikit pusing bun," jawab Ryujin.

"Syukurlah kalau begitu, ini, bunda bawain buah buat kamu," ucap bunda.

"Makasih, bun," ujar Ryujin.

"Iya, sama sama,"

Ryujin memakan buah apel yang dibawakan bunda.

"Bun," panggil Ryujin.

"Iya sayang?"

"Hyunjin, keadaannya gimana?" tanya Ryujin.

Bunda tersenyum, "Hyunjin masih kritis nak, dan dia belum sadar,"

Ryujin menunduk, Hyunjin seperti itu karena salahnya. Tanpa ia sadari, air matanya mengalir begitu saja tanpa Ryujin minta.

"Loh, nak? Kamu kenapa nangis? Ada yang sakit?" tanya bunda khawatir.

"Hiks... Bun, H-Hyunjin kayak gini... Hiks... Semuanya gara gara aku bun, Hyunjin... Hiks... Ngelindungin aku dari... Hiks... Tembakan Wonyoung..." ucap Ryujin sesenggukan.

Bunda memeluknya erat, "Enggak jin, ini semua bukan salah kamu. Kamu jangan salahin diri kamu, ini semua bukan sepenuhnya salah kamu nak," ucap bunda mengelus lembut punggung Ryujin.

"Aku boleh ketemu nggak Hyunjin bun??" tanya Ryujin setelah melepas pelukannya.

Bunda mengangguk, "Boleh, kuat buat jalan kan?"

"Kuat kok, bun," Ryujin turun dari ranjang rumah sakit dibantu bunda. Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih. Ryujin dan bunda berjalan di lorong rumah sakit, lalu sampai di sebuah ruangan.

"Ini ruangannya bun?" tanya Ryujin.

"Iya, mau bunda temenin?"

Ryujin tersenyum, "Gak usah bun, makasih. Aku sendiri aja,"

"Yaudah gak papa, bunda ngerti kok,"

"Masuk dulu ya, bun," Bunda tersenyum sambil mengangguk. Sedangkan Ryujin masuk ke ruangan itu.

Dilihatnya, Hyunjin terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Membuat Ryujin ingin segera memeluknya, tapi ia tidak bisa.

Ryujin menghampirinya dengan senyum getir. Ya Tuhan, mengapa sakit sekali?

Ryujin duduk di kursi dekat dengan ranjangnya Hyunjin. Bibirnya yang pucat itu tetap saja tidak membuat tampannya berkurang. Tangannya mengelus lembut surai hitam Hyunjin.

"Hyunjin, ini aku, Ryujin," ucap Ryujin.

"Aku kangen, kamu kapan sadar?"

"Kamu kayak gini, pasti gara gara aku kan?" ucap Ryujin menggenggam tangan Hyunjin yang dingin, sesekali mengecupnya. Matanya mulai berkaca kaca, Ryujin menahannya agar tidak mengalir.

"Maafin aku, karena udah buat kamu kayak gini. Semoga kamu cepet sadar. Aku kangen," Ryujin tersenyum, menyapu poni nya yang sudah melebihi alis. Ryujin bangkit dari duduknya, keluar dari ruangan Hyunjin.

CHOCOLATE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang