28

72 8 0
                                    

Entah berapa hari.

Entah berapa minggu.

Entah berapa bulan.

Ryujin mulai menjauh dari Hyunjin, pesan dan telepon yang ia kirimkan semua tidak ada yang dibalas olehnya.

Ya Tuhan, bagaimana ini?

Apa Ryujin sedang patah hati?

Apa Ryujin tidak ingin menemuinya lagi?

Apa Ryujin mengurung dirinya hanya karena nya?

Itu yang ada di pikiran Hyunjin sekarang.

Semua ini salah Wonyoung.

Ya, salah si bocah bawang itu.

Dia sengaja memeluk Hyunjin saat beberapa hari yang lalu agar Ryujin salah paham dan menjauhinya, apa itu maksudnya?

Sungguh, ingin Hyunjin bunuh saja bocah bawang itu.

Hyunjin tidak benar benar memeluknya, awalnya ia tidak terima! Tapi dia sengaja mengeratkan pelukannya!

Astaga.

Hyunjin tidak habis pikir dengan jalan pikirannya itu.

Dan... Soal kado itu, ternyata Ryujin mengingat hari ulang tahunnya. Hyunjin sudah tau isinya, hanya saja, kado itu dibawa lagi oleh Ryujin.

"Kak?"

Hyunjin menoleh, ternyata bunda.

"Kenapa bun?" tanya Hyunjin.

"Kok kamu belum tidur? Kata dokter, harus banyak istirahat," ucap bunda.

"Iya, ini mau kok,"

"Ayah kapan pulang bun?" tanya Hyunjin.

"Besok? Gak tau deh, tapi katanya malem ini dia pulang," jawab bunda gak yakin.

"Kamu lagi ngapain sih kak? Daritadi diem aja," tanya bunda.

"Nggak papa kok, bun. Kakak lagi merenung aja,"

"Merenung apa sih? Gaya banget," ucap bunda.

"Pasti mikirin Ryujin ya?"

Hyunjin mengangguk.

"Itu semua bukan sepenuhnya salah kamu, itu semua salah Wonyoung. Dia yang meluk kamu kan?"

Lagi lagi, Hyunjin mengangguk.

"Apa kamu udah minta maaf sama Ryujin?" tanya bunda.

"Belum bun, aku udah ngirim sms sama telepon dia. Tapi satu pun gak ada yang dibales," jawab Hyunjin.

Bunda tersenyum, "Lebih baik, besok kamu minta maaf sama Ryujin. Jelasin semuanya, dan pasti Ryujin bakalan ngerti,"

Hyunjin mengangguk, lalu memeluk bunda dengan erat, "Makasih bun, kakak sayang bunda,"

"Sama sama, kak. Bunda juga sayang sama kakak. Sekarang kamu tidur sana, udah larut malam," ujar bunda. 

"Iya, bun,"

🍫🍫🍫

Hyunjin menghela nafasnya sebelum mengetuk pintu rumah besar itu. Gugup. Ditangannya sudah ada dua batang coklat, sebagai permintaan maaf.

Hyunjin mengetuk pintu itu, dan...

"Siap---Hyunjin?"

Ryujin membuka pintunya. Dan dia terkejut ketika melihat Hyunjin.

Hyunjin tersenyum, "Hai, Ryu--"

Brak!!

"Ryujin! Kok pintunya ditutup? Aku mau ngomong sama kamu!?" ucap Hyunjin  menggedor pintunya. Ia tau Ryujin masih ada di belakang pintu.

"Pergi, Hyunjin! Ngapain kesini lagi?! Urusin aja si Wonyoung itu!!" seru Ryujin dari dalam.

Benar cemburu ternyata.

"Aku bakal jelasin semua ke kamu, aku sama Wonyoung itu gak ada hubungan apa apa, oke? Aku udah nyuruh dia buat pergi dari kehidupan aku. Biar gak bisa ganggu kita lagi," jelas Hyunjin.

Terdengar suara tangis di dalam, Ryujin menangis.

"Jin... Please, buka pintunya. Aku bawain coklat buat kamu,"

Hening, gak ada jawaban apapun.

"Oke kalau emang kamu masih mau marah sama aku, aku bakal pergi. Tapi tolong, jangan nangis. Aku gak suka,"

Masih hening, Ryujin gak jawab juga.

"Aku pulang dulu yah, kamu jangan lupa makan. Istirahat yang cukup, aku sayang kamu,"

Hening lagi.

Hyunjin lagi lagi hanya bisa menghela nafas, menyimpan coklat itu lalu berjalan pergi.

Oke, mungkin masih ada kesempatan lagi untuk minta maaf sama Ryujin.

Hyunjin gak akan nyerah gitu aja.

Aku cinta kamu, Shin Ryujin.

🍫🍫🍫

"Gimana? Dimaafin sama Ryujin?"

Hyunjin menggeleng pelan.

Ayah menepuk pundak anak semata wayangnya itu, "Sabar ya, mungkin Ryujin butuh waktu,"

"Kakak cuma takut yah, bun, kalo Ryujin benci sama kakak gimana? Kalo Ryujin gak mau ketemu lagi sama kakak gimana?"

"Hush! Ngomong apa sih kamu? Ryujin gak akan benci sama kamu, asal kamu tau aja. Dia sayang sama kamu, dia cuma butuh waktu sampai semua masalah ini selesai," ucap bunda.

"Semua itu butuh proses. Nanti juga kamu sama Ryujin baikan kok," tambah ayah.

"Bunda tau pasti, Ryujin itu gak akan bisa jauh dari kamu. Dia sayang banget sama kamu, percaya sama bunda ya?"

Hyunjin mengangguk, lalu tersenyum tipis.

"Makasih bun, yah, aku gak tau gimana jadinya kalo gak ada kalian,"

Tbc.

CHOCOLATE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang