Jadi.....kenapa hyung dan imo bertengkar?" Tanya si kembar. Sekarang mereka berdiri tepat di depan Taek Won dan Ha Neul yang duduk di kursi ayunan.
Bahkan tampang serius mereka mau tak mau membuat keduanya tersenyum gemas.
"Imo kalian mau sekolah keluar negeri yang jauh dan lama. Dia mau meninggalkan kita." Jawab Taek Won datar yang langsung mendapat gelengan tak percaya dari Ha Neul.
"Benarkah itu imo?" Tanya Won Bin, dan mendapat gelengan dari Ha Neul.
"Punya bukti?" Tanya Woo Bin pada Taek Won dan pria itu mengangguk. "Bukti berupa print an surat tanda diterima kuliah di Harvard, berikut biaya dan tempat tinggal."
Si kembar langsung menoleh kearah Ha Neul meminta penjelasan.
"Imo memang mendaftar dan diterima di sana." Jelas Ha Neul. "Tapi imo tak pernah bilang kalau imo mau kuliah di sana kan! Biayanya mahal, tempatnya jauh dan imo tidak mau jauh dari kalian. Itu yang menjadi pertimbangan imo. Buktinya imo masih di sini."
Taek Won mendelik tak suka. "Jadi kau tak keberatan jauh dariku?!"
Ha Neul tak menjawab. Gadis itu malah terlihat sibuk mengajak Woo Bin main ayunan bersamanya. Won Bin yang melihat kembarannya tampak senang berada di ayunan bersama imonya merasa iri. Taek Won yang menyadari hal itu buru-buru menduduki anak kecil itu di pangkuannya lalu mulai bermain ayunan bersama.
Beberapa menit, investigasi ala cupid kecil itu terhenti. Keduanya sibuk bercanda dengan si kembar sampai mereka tertidur dipangkuan masing-masing.
Taek Won tentu saja yang selalu memulai percakapan karena ia tak tahan terus di diamkan oleh gadis disampingnya itu.
"Jadi....kau..., tak jadi kuliah di luar negeri?" Tanya Taek Won. Ha Neul melirik sekilas kearah pria yang menunggu jawabannya itu lalu ia menggeleng sebagai jawaban 'tidak'
"Tapi kau tetap akan kuliah?"
Kali ini Ha Neul mengangguk sebagai jawaban 'ya'
"Kenapa? Toh nantinya uang tetap menjadi tujuan akhir, kuliah ataupun tidak kau tetap harus mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupmu. Aku sanggup menggaji mu dan kalau kau bosan bekerja di rumah, kau bisa bekerja di perusahaan, aku akan memberikan posisi yang cocok dengan keahlian mu. Tidak perlu susah-susah kuliah." Taek Won tersenyum dan menambahkan. "Kalau kau bersedia menjadi istriku, itu berarti kau bisa memiliki segalanya, hartaku dan hatiku."
Mau tak mau Ha Neul tersenyum mendengar pernyataan itu. Padahal mereka sedang bertengkar, bisa-bisanya pria itu menyelipkan kalimat lamaran dalam kata-katanya.
"Kau itu si mister perfect. Aku tak mau berdiri di sampingmu dengan keadaanku yang sekarang. Egoku yang tidak terima." Jelas Ha Neul akhirnya.
Taek Won mendengus tak suka. "Aku belum sempurna karena aku belum bisa memilikimu sekarang. Bagiku aku hanya pria biasa yang menginginkanmu di sisiku!"
"Tapi aku tidak mau berdiri di sampingmu. Tidak sekarang!" Tolak Ha Neul yang langsung membuat hati Taek berdenyut sakit.
"Coba tanya kenapa?" Pinta Ha Neul pada pria yang sekarang sedang merengut kecewa.
"Kenapa?" Tanya Taek Won akhirnya.
"Karena...." Ha Neul menarik nafas dalam sebelum mengungkapkan isi hatinya. "Aku cemburu pada setiap wanita yang berada di sampingmu!"
"What!!!" Taek Won melongo tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Memangnya ada berapa banyak wanita yang pernah berada disampingku? Katakan siapa mereka dan aku akan segera memutuskan hubungan dengan mereka!."
"Cih!"
"Aku memperhatikanmu di setiap kesempatan, kau memang jarang membicarakan wanita, tapi para wanita itu banyak membicarakan mu. Menurut info yang ku dapat dari Ji Min, hampir semua rekan bisnismu memiliki anak wanita yang pasti ingin dijodohkan denganmu dan kau tak pernah menolak ajakan mereka untuk makan malam atau jalan-jalan berdua meski kau menyebutnya dengan taktik bisnis. Kau punya akun instagram yang iseng kau buat dan memiliki 99% follower wanita. Hampir 90%, memiliki fotomu bersama mereka sedang makan malam romantis berdua."
"....." Yang mendengarkan sekarang malah bungkam.
Ha Neul berhenti bicara untuk sekedar mengelus pipi Woo Bin, lalu kembali bicara. "Para wanita itu memiliki kedudukan dan status yang bisa dipastikan tak akan menjadi cibiran dunia. anak konglomerat, sosialita, punya segudang prestasi, tubuh sempurna dan berwajah cantik. Dan yang pasti tak akan membuatmu malu jika dibandingkan denganku, meski aku tau, kau tak pernah sedikitpun merasa seperti itu terhadapku."
"Aku...." Ha Neul kembali menarik nafas dalam. "Aku merasa malu hatiku juga merasa tak terima. Aku cukup bangga dengan otak ku dan aku tak pernah merasa aku bodoh, aku bisa mempelajari semuanya. Belum terlambat bagiku untuk menyesuaikan diri menjadi seseorang yang setidaknya bisa kau banggakan. Aku ingin menjadi dokter anak. Itu adalah cita-cita yang membuatku semangat belajar mengacuhkan cemoohan orang sejak dulu. Aku mempunyai impian memiliki klinik kecil dengan uangku. Dan meski belakangan ini pikiranku terfokus pada kakak ku, si kembar dan...kau! Aku tak pernah lupa akan cita-citaku. Jadi aku tetap akan kuliah meskipun kau melarang ku. Lagipula....." Ha Neul menghentikan penjelasannya untuk sekedar tersenyum kearah Taek Won. "Aku pikir aku terlalu muda untuk menikah. Aku bahkan belum 20 tahun dan aku sendiri yakin kalau aku masih labil."
Taek Won yang tadinya diam mendengarkan, akhirnya menghela nafas dalam dan mengungkapkan pikirannya. "Karena alasan itu jugalah aku jadi tak mau kau kuliah."
"Kau masih muda, perasaanmu masih labil, kau bisa saja berubah. Saat ini kau bilang kau mencintaiku tapi nanti ketika kau mulai mengenal banyak pria diluar sana, kau akan berpikir ulang. Kalau-kalau kau tidak tau, kau bisa membuat pria jatuh cinta hanya dengan tersenyum kearah mereka."
"......"
"Ah. Kau belum pernah benar-benar mengatakan kalau kau mencintaiku. Itu tambah membuatku galau. Dan jangan tersenyum pada Ji Min, dia sudah punya pacar!"
"....." Perintah terakhir itu jelas membuat Ha Neul tak bisa berkata apa-apa.
"Aku sudah mencintaimu hampir seumur hidupku, aku tak ingin kau menjadi milik orang lain. Kau itu benci dikekang, dan karena hal itulah yang membuatku semakin takut bahwa aku memiliki kesempatan untuk kehilanganmu. Yang paling aku takutkan, aku bisa saja merelakan mu hanya demi melihatmu bahagia. Tadinya....aku berpikir...aku akan mengikis sedikit demi sedikit perasaanku agar tak terlalu bergantung padamu. Maka dari itu aku mengacuhkan mu, menunjukkan kekesalanku padamu. Tapi...detik berikutnya, hatiku malah makin sakit dan merasa tak rela. Jadi aku harus bagaimana sekarang? Kau membuat ku bodoh."
"....."
"Eee....permisi!"
Dong Ho akhirnya muncul menyela pembicaraan antara Ha Neul dan Taek Won.
"Ini....sudah hampir jam setengah sebelas malam. Kalau kalian masih ingin berlama-lama saling mengungkapkan perasaan.....ada baiknya kalau tempat dan waktunya diatur besok saja. Si kembar bisa sakit dengan cuaca yang makin dingin ini dan aku juga tak mau kalian berdua sakit. Jadi... bagaimana kalau sesi tanya jawabnya dilanjutkan lain kali." ucap pria itu memberi saran sambil menggendong Won Bin. Sang Hyuk juga mendadak muncul dan mengambil Woo Bin yang berada dipangkuan Ha Neul.
Dan tentu saja pembicaraan mereka hari itu terhenti tanpa mendapatkan kesimpulan yang jelas.
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO and I (END)
RomansaPersoal jatuh cinta, jodoh dan takdir tak hanya berlangsung oleh kebetulan belaka. Memang benar istilah cinta butuh perjuangan, butuh kesabaran dan butuh petunjuk arah dan kerelaan hati agar bisa menyatu. Sama seperti perjuangan CEO dingin Jung Taek...